lap yang terus bergerak perlahan. Embun tipis mulai turun, menggantung di udara seperti rahasia yang enggan dijatuhkan, lalu merambat perlahan di pelataran atap sebuah hotel tua. B
seperti desahan napas dari sesuatu yang belum selesai. Udara itu tidak hanya membekukan kulit, tapi membawa kesan s
nya membelakangi cahaya kuning pucat dari lentera gantung yang bergoyang pelan tertiup angin
cela, seperti karya seni dari tangan dewa yang tak dikenal. Pundaknya lebar, dadanya bidang, dan lekuk tubuhnya memperlihatkan latihan fisik yang keras dan konsisten. Bukan sekadar tampilan, tapi kekuatan yang
buhnya yang menyita selur
hannya. Tapi matanya... matanya lebih dalam dari teluk gelap di bawah pelabuhan Marseille. Mata itu tidak hanya melihat, tapi menilai, mengukur, dan menyimpan. Ada ribuan rahasia di balik kilatan mata itu, dan semuanya dikunci rapi, jauh dari jan
osisi tegap yang menunjukkan dia bukan perempuan biasa. Di belakangnya, terpampang lambang perusahaan yang mewakili kekuasaan absolut: MA Group. Per
bunyi di balik bayangan, tapi suaranya-lembut, namun tajam se
n. Tapi setiap kata seperti pal
annya bukan orang yang bisa diterobos hanya dengan pandangan. Wajahnya tetap kosong-bukan karena tanpa ekspresi, tapi karena ia memilih untuk tida
m dan berat, namun nyaris seperti gumaman. "Gadis
apan. Seorang lelaki yang lahir bukan untuk berjalan di
mengelilinginya. "Dan itu kelebihanmu. Kau bebas mendekatinya. Tapi kau
lu memiringkan kepalanya. "Seperti racun di da
ak menyentuh tanah. Diamnya bukan tanda ragu, tapi karena ia sedang menganalisis-menimb
alah pilihan..." lanjut perempuan itu. "Dan kau tah
nya?" tanya laki
k hanya ditugaskan untuk mendekatinya. Kau harus masuk ke dalam hidupnya, mengukir ruang di b
bawa rambut hitamnya berterbangan. Tapi tubuhnya tet
yum samar. "Maka permainan ini akan lebih
git kelabu di atas mereka. Kabut mulai menebal, dan
nya?" tanyan
an?" bisiknya. "Kau tidak butuh jaminan. Karena bahkan kau sendiri adalah
erat, dan dipenuhi makna. Angin membawa bau asin dari
laki-laki itu akh
embiarkan keheningan menjawab sebagian dari pertanyaan itu. L
a pelan. "Tapi itu
ngerutkan alis,
perempuan. "Dan itulah tugasmu. Temukan. Bongkar.
Sesuatu dalam dirinya berge
mpuan itu pelan, lalu menoleh sedikit. "Dia adalah legenda yang sed
wajahnya tetap da
isa menyakiti dan menyelamat
ik," bisik l
ngun," jawab perempuan itu tenang, lalu melan
kahnya menghilang,
berat, pelan, namun tegas. Sepert
ki itu
ggi dan gelap, mengenakan mantel panjang yang menyapu lantai.
gitu dia berbicara, wakt
nya kau yang bisa menaklukkannya. Dan hanya
laki-laki muda itu sendirian di atap tua Marseille, dengan satu tugas