san. Nada suaranya rendah dan lembut, nyaris seperti bisikan angin dingin di musim gugur, namun di dalamnya mengalir kekuasaan ya
eperti bayangan dari dunia lain-anggun, misterius, dan begitu mendominasi. Mantel hitam panjangnya bergoyang
mpir tercekik oleh tekanan suasana. Ia berdiri kaku di sisi
nna dengan suara datar, dingin, dan tanpa emosi. Kalimat itu keluar begitu saja, nam
berputar sesuai keinginannya. Ia tidak menoleh ke Irene. Tak ada perpisahan, tak ada salam. Hanya suara pintu ya
nna perlahan menjauh dan akhirnya menghilang di antara bayangan be
Tangannya meremas setir, jari-jarinya mencengkeram erat seolah itulah satu-satunya pegangan nyata di dunia yang se
empat yang telah ditentukan dalam jadwal. Tapi pagi ini, sesuatu mendorongnya untuk mengambil alih. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan dengan logika. Galeri utama-tem
dengar dari sistem bluetooth mobil, mengu
Anna, menekan
erdengar ragu dan gugup. "Tidak terdaftar dalam jadwal.
san, tidak ada konfirmasi. Ia tidak pernah suka kejutan,
ah jeda singkat, ia menambahkan, "Tapi terima saja.
k, N
l mengantri tanpa harapan, seperti barisan manusia yang kehilangan arah. Klakson-klakson bers
nya pelan. "Aku tidak akan menunggu dalam
hanya diketahui mereka yang hafal kota ini seperti telapak tangannya sendiri. Jalan itu sempit, sepi, da
instingnya memprediksi ap
tanya terlalu terlambat menangkap
AK
ke depan. Kepala menghantam setir. Sakit. Getarannya menyusup ke seluruh tulang.
g keluar. Tangannya langsung menyentuh kening-terasa hanramatis. Asap tipis mengepul dari kap mesinnya. Pintu pengemudi
sok itu
a-Tuhan-terlalu tajam untuk disebut tampan, terlalu tenang untuk disebut manusia b
Napasnya tertah
samar. Seolah dirinya sedang bertemu dengan seseoran
tanyanya, suara yang biasanya penuh kekuasa
ah ingin menelusuri setiap kenangan yang mungkin pernah mereka bagi. Ada keterk
kin menyebar ke pelipis. "Aku tidak melihat Tuan
Jo Anna, lalu saat Jo Anna hendak mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi
Anna hampi
anya. Suaranya dalam, ten
bersih. Terlalu putih untuk suasana seperti ini. Te
ntuh tangan Jo Anna-singkat, tapi cukup untuk mem
uhnya terasa semakin ringan. Suara jalanan menghilang. Langit seperti
a pria itu, terdenga
pi kekuatannya sirna. Lututnya lemas. Nafasnya terseng
ulai tumbang, sebuah peluka
itu. Hangat.
bih panik, lebih hidup. Tak lagi t
ni berada dalam pelukan seseorang yang tak ia kenali... atau justru terlalu
menatap wajah Jo Anna dengan sorot mata y
angat pelan. Hanya u
angkapmu