img ISABELLA: Dibelai Maut, Dicintai Takdir  /  Bab 2 dua | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 dua

Jumlah Kata:1014    |    Dirilis Pada: 21/05/2025

mendung tipis, hanya menyisakan cahaya pucat yang tak mampu menghangatkan.

ua potong baju, satu pasang sandal cadangan, dan sedikit makanan kering. Di tangannya yang bergetar, terselip amplop berisi

a berat karena mabuk. Sang ibu duduk di pojok dapur, memandangi putrinya dengan

," bisik Bella,

la erat. Tak ada kata-kata yang diucapkan, hanya pelu

aketnya lusuh, ransel di punggung dan helm cadangan te

singkat begitu me

k berkata apa pun. Ini bukan saatnya ragu. Ini tentang menyelamatkan dirinya sendiri. Tentang memper

unyi. Suara jangkrik berpadu dengan deru motor tua, menjadi simfoni

o berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang, menatap

ngen kamu," u

juga... Tapi aku harus pergi. Kala

"Jaga dirimu, ya? Di kota banyak orang

k?" Bella menc

menggenggam tangan Bella. "

us kecemasan yang menggumpal di dada mereka berdua. Hingga akhirny

berlalu-lalang. Beberapa penumpang duduk terkantuk-kantuk di kursi tunggu, membawa

tar. Chiko berdiri di belakangnya, tak berkata-kata. Saat pengumuman kebe

a," guma

Mereka saling

pinta Chiko. "Aku janji, aku akan kejar kamu.

ibir bawahnya. "A

la memeluk Chiko untuk terakhir kalinya, pelukan ya

ergi,

n lupa

h ke arah Chiko yang masih berdiri di ujung peron. Lelaki itu me

p. Dunia di

melarikan diri da

gi jendela gelap. Di luar, pepohonan dan rumah-rumah mulai tertingga

ya di kota. Ia hanya tahu sat

tau tanp

au tanpa

tanpa diriny

enuju pusat kota. Hari mulai terang, namun langit tetap kelabu. Seperti suasana hatinya yang penuh kekhawatir

erat, satu-satunya yang ia punya kini. Bus perlahan terisi. Udara pengap d

gan panjang, tampak rapi dan cukup berumur, mungkin awal

, Dek?" tanyanya,

oleh. Ia tak ingin memulai percaka

ini keras, harus hati-h

wab Bell

ak jauh dari sini. Bisa bantu cariin

aat bus mulai berguncang, kepalanya tiba-tiba terasa berat. Pandangan

ak... badan.

tubuh Bella yang limbung. "Ti

erti bayangan di balik kaca berka

*

berada di bangku bus yang kini kosong, hanya tersisa beberapa penumpang di ujung. Pria tadi sudah menghilang

yaman di tubuhnya, perasaan dingin dan lengket, seperti habis disen

uh pipinya, suara napas memburu, lalu kegelap

lla jatuh t

in mengingat

rasa

ece

anati dunia yang bahka

terminal terakhir. Langkahnya lemah, tapi ia te

sen

pa

pa

siapa-

masih menyala - seolah menyiratkan bahwa di

harga diri dan tekadnya

idup. Apa p

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY