, aku tak akan pe
untuk kugapai, tapi karena aku t
panku sambil membuka buku atau sekadar berbagi cerita. Tapi sekarang, ada jarak yang ha
suatu sore. "Kelihatannya aja ju
rsenyu
ahu," jawa
tawa, caranya marah-marah manja, caranya mengingatkan untuk makan, aku hany
menjadi pen
tanpa pernah diberi
apannya, agar tak perlu terus merasakan getir ini. Tapi d
ku sendiri. Apa cukup hanya m
ang kutemukan
tak memberiku
ng tenang, yang bisa diajak ngobrol tanpa harus p
akan ia genggam tangann
dia perkenalkan dengan b
ia cari d
erti bayang-bayang yang selalu a
tetap menyukainya. Bahka
cintaku mungkin hanya
pelan di luar jendela perpustakaa
ol sama kamu, May. Kamu itu kayak rumah yang
, menunduk, menyembunyikan genang
ng ia anggap tenang itu... menyimp
lajar pergi,
i hidupnya, tapi karena aku sadar...
ami setiap hari dengan perhatian diam-diam, kutemani dengan doa yang tak pernah ia tah
ustakaan. Aku datang lebih siang a
ini aku memilih tempat tersembunyi di an
Dimas men
g kelihatan belakangan ini,"
pesan itu lama, seb
s, lagi foku
stiker senyum dan pe
k lukanya, dia teta
i untuk melangkah menjauh. Tapi aku tahu, jika aku terus tinggal di dekatnya, aku hanya aka
an fakultas. Nadine menggandeng lengannya, tertawa lepas. Dim
iang lorong, berusaha meng
aku benar-
tak terbalas. Ia juga tak
menulis di j
banan. Bukan karena tak bisa bicara, tapi karena tahu, tak
gambil kelas tambahan. Mencoba memberi diriku alasan untuk sibuk, agar tidak lagi terpak
hal yang tak b
ita, tokoh utamanya... sela
*
m panas, cepat, hangat, dan penuh k
ni hanya kami kenal lewat nilai dan komentar di makalah. Dimas ada di sana, tentu saja. D
melihat da
rasa dalam diam, mengucapkan sela
ti cerita yang tak selesai. Tanpa kal
akhir dari kisa
upanya punya
*
up besar di kotaku. Hari pertama kerja, aku gugup setengah mati. Mengenakan kemeja putih
uara yang tak asing
ay
u nyaris
noleh
ma
g yang menggantung, dan senyum
sini juga?" tan
ombang rasa yang tiba-tiba
lai hari
eren! Aku udah duluan dua
tombol rewind dalam hidupku. Semua yang sudah kucoba kubu
dian, aku tahu kam
as tetap jadi Dimas, mudah dekat, ramah, dan
novel?" tanyanya saat
mengangguk
sambil tersenyum, mengingat masa lalu. "Te
hu harus m
itu hanya nostalgia at
aku kembali
tapi karena ternyata, rasa itu
pakan. Tapi hidup membawaku kembali ke titik in
n. Tapi aku masih Maya, si pengagum rahasia, yang duduk
tanya-tanya
kan membuatku berani... atau

GOOGLE PLAY