R
mengiringi terbukan
njat dan panik. Tubuh telanjangnya tak m
tutup yang tampak juga terkejut. Meski suaranya terdengar terlalu tenang untu
edikit terbuka. Tapi sejurus kemudian, ekspresinya berubah kendur dan tenang, bahkan seul
ria itu kembali berseru t
ng, menutupi bagian tubuh yang seharusnya tak boleh terlihat oleh siapa pun, apalagi ibu
warga kampung dijuluki 'Ustazah Susan' it
i kesal. Jantungnya masih berdebar, malu dan canggun
l di balik handuknya. Lalu ia menoleh ke belakang memastikan tak ada siapa-siapa di luar sana. Kemudia
elan, tersenyum manis dengan mata tetap tidak b
Bu!" kata Hafiz, berusaha te
ngambil sabun cuci. Namun tidak langsung keluar, mala
" panggil
hi dan menatapnya. "
sa dan makin gagah..." uc
e
makin berdeg
n, menyisakan udara yang terasa lebih berat dari sebelumnya. Hafiz berdiri kaku, tak bersuar
meski semuanya telah basah dan penuh busa sabun. Sebagian tubuhnya masih gemeta
?' pikir Hafiz cemas. Ia bahkan menduga kalau ibu tirinya, mengintip d
pati ibu tirinya sedang duduk di kursi tamu, sibuk dengan ponselnya, dalam pakaian yang tak biasa. Daster mini sangat kont
a menghela napas lega, merasa sedikit aman. Tetapi, belum sempat mengambil pakaian untuk
i mengalir saat melihat ibu tirinya berdiri di
ntar?" tanya Susan le
beraturan. Ia mencoba untuk tetap tenang, me
fiz dengan suara pelan,
a langkah dengan sorot mata curiga yang semakin dalam. Ia berusaha menahan di
, hampir seperti berbisik. Namun, kata-kata itu justru
gendalikan diri, merasa terjebak dala
ibu masuk kamar i
saha menetralisir keadaan. "Memangnya mau a
uhnya. Refleks, Hafiz meloncat ke atas ranjang, berdiri dengan kedua lututHafiz hampir berteriak, kesal dan
ini ibumu!" bentak Susan dengan nada y
beri nafkah batin pada istrinya. Sedangkan aku sebagai istrinya mas
erasa cukup banyak mengenal ayahnya. Bahkan seminggu yang lalu, tak sengaja dia masih sempat mendeng
namun agak bergetar. "Tapi maaf, bukan berarti harus menuruti semua ke
ri di kamar mandi, bukankah berbagi itu lebih baik?
njadi tegang, dingin dan membeku. Tatapan Susan berubah sa
bantu ibu, kan?"
k Hafiz sponta
dari rumah ini!" balas Susan tiba-t
r ke sini hanya sekedar numpang mandi,
ibumu, jangan pernah datang lagi ke sini!" be
n celaka. Selain fisiknya lebih tinggi, besar dan kuat, Hafiz juga meng
ung pergi dengan motor matiknya ke rumah nenekny
tap padi yang mulai menguning. Siang tampak cerah, tapi hatinya
ulukan dan penampilanmu nggak sesuai
alui internet. Tapi sejauh apapun dia melenceng, masih punya batasan. Susan tetaplah istr
isikan menggoda dari ibu tirinya masih terbayang jelas. Ia menu
ah menjadi neraka. Namun andai pun ia mau bicara terbuka, si
gaimana dengan lelaki lain?" bisiknya. "Ayah
enjauh dan memang sebenarnya sudah sejak lama menjauh. Tadi Hafiz datang ke rumah ayahnya benar-benar hanya bu
duduk termangu di kamarnya, meren
nya, namun di sini lain dia juga merasa marah karena telah ditolak dan di
rhum ibunya, namun sedikit banyak Susan me
dilakukan anak tirinya di kamar mandi saat itu. Dan karena itulah ia sangat berhasrat, lalu masuk ke kamar mandi tanpa per
akan menyesal telah merendahkan ibu tirimu. K
arena kedalaman ilmu agamanya. Ia bukan lulusan pesantren, tak hafal banyak ayat atau hadits. Hanya memang pakaiannya selalu tertutup r
menundukkan pandangan, menyelipkan "Masya Allah", atau diam untuk terlihat shalihah. Peran itu ia lakoni laksan
ergoda oleh bayang-bayang masa lalunya yang terasa kelam. Tapi status barunya sebagai istri Ustaz, memaksanya tetap berdiri s
tetangganya, ada sisi lain Susan yang tak diduga oleh semua orang yang dengan mudahnya mem
Merasa lebih seksi dan bisa berkamuplase dengan sempurna, setidaknya dia bisa mengubur dalam-dalam sisi liar da
hilaf apalagi ketahuan suami dan keluarganya. Namun Hafiz, an
ana nikmatnya bercinta dengan lelaki muda,
*