gi pada kegiatannya sebagai ibu rumah tangga.
mandi untuk mandi. Namun ia teringat, kain panjang yang biasa ia
jalur sempit menuju jemuran. Matahari sore masih menggantung rendah, m
ngannya tanpa sengaja tertumbuk pada sosok Rizal-lelaki muda ana
W yang terbentang luas di depannya. Sehabis shalat dia memang sering
masuk ke dapur. Namun langkahnya justru tergelincir. Entah karena
nahan dada, memegangi handuk yang nyaris melorot dari
ambil meringis kesakitan. Beberapa bagian tubuhnya tampak terbuk
arung, langsung berlari mendekat. "Astagf
n kaki dan lututnya terasa perih. Pahany
dat menahan rasa sakit. Ia masih memegangi handuknya erat-era
. Susan pun, dengan ragu dan malu yang memuncak, menerima bantuan i
a sebelah tangan Susan bertumpu di lengan kekar Rizal. Dan sebelahnya lagi menahan handuknya agar jang
dek-Susan meringis tiap kali menapa
paksa," bisik Rizal, suaranya renda
lu. Handuk yang ia pegang kini makin terasa ringkih, seolah bisa terlepas kapan saja bila
bangku kayu panjang dekat dinding. Ia lalu jongkok d
, Bu... bagian m
uh sendiri..." Susan menggeleng pela
handuk, wajahnya yang berkeringat, dan helaian anak rambut yang menempel di pelipisnya. Seketika
ya nggak sengaja,"
sih terasa di kakinya. Di balik ketidaknyamanan siang itu, ada sesuatu yang lembut dan asing
pulang, Bu?" tany
agi. Anak-anak juga lagi m
sakit?" Rizal k
Zal," jawab Susa
lebat terselip begitu indah. Berulang kali, remaja berusia setahun lebih tua dari Hafiz itu
u istriahat di kamar
narnya Susan merasa sangat risih, namun bagaimana lagi, karena dia merasakan kaki
duk di pinggir ranjang deng
iksa dulu," ucap Rizal datar sambil berusah
gelangan kakinya. "Pelan-pelan Dan!" pinta Susan
usan merasa sedikit lebih baik. Lantas Rizal menarik sedikit kaki Susan,
kiiiit, Zal!
ya. Dan perasaan geli itu perlahan mulai menimbulkan gairah dalam dirinya, apa lagi ketika telapak tangan Rizal naik menuju paha
eorang wanita yang ia dapatkan dari teman lamanya. Dan cara itu memang sa
nyak gimana, B
ndbody a
rias. Lalu kembali menghadap Saanti dan matanya nanar menatap sepasang payudara Susan di balik han
salah tingkah. Putingnya terasa makin keras da
otion pada kedua t
k lebih dalam. Ia menyentuh bagian bawah pergelangan
embut Susan tak
u ibu tiri temannya ini tengah dila
al, sambil terus memijit
n terbata, wajahnya mulai bersemu me
tnya secara bergantian kiri dan kanan. Selama itu juga Susan sangat
ijatnya, Bu?" tanya R
di kakinya membuat Susan memejamkan matanya. Rizal yang melihat hal tersebut sedikit meras
ni hanya sebenta
ang lutut, jemari Rizal naik sedikit ke atas
ya, Bu!" Rizal
Tapi yang terjadi malah sebaliknya, ketika Rizal memijit bagian belakang pahanya, Ras
memenuhi isi kepalanya. Tubuh Rizal memang lebih kecil, ta
rkecamuk tidak fokus. Telapak tangan Rizal makin
usan kembali men
tanya Rizal, pur
gelombang birahi. Sentuhan Rizal semakin naik ke atas, menyingkap lebih banyak handuk yang
a sangat nikmat, bahkan bisa membuatnya terbuai. T
an juga Ustaz Ustaz Hasbi. Dia tidak pernah berani kurang ajar kepada siapapun, atau bahkan hanya denga
." Rizal meminta izin, dan Susan menganguk tak mampu menol
z, Rizal pun jadi
a. Sementara tangannya berada di balik handuk. Jemari kasar Rizal memijit dkenakannya tertarik makin ke atas bahkan mulai dengan bebas memperlihatkan belahan kemaluan yang dihiasi bulu-
u?" tanya Riz
uk seraya mena
gerak-gerak menelan air liurnya. Dengan sedikit kesadaran Susan berpura-pura menarik ke bawah
a kamu, Rizal,' gum
celah kewanitaan Susan yang sudah makin basah. Mata Susan membeliak men
u mengakui jika dirinya sangat berharap Rizal membuka kain
ba Rizal mena
ya, Bu Ustazah!
asih, Dan." Ja
ya juga mau berangkat lagi ke pesantren, lagian tak
na Rizal berpamitan. Padahal sedikit lagi dia aka
ikamti daun muda pun h
makinya da
narnya Ust
a-liku kehidupan Susan, se
*