*
Lalu lelaki itu duduk disana. Diam merenung memandangi air Tuhan yang turun dan membasahi kaca jendela kamarnya. Rasanya se
ikut memperhatikan air hujan. Mereka diam bersama untuk waktu yang lama, lebih tepatnya A
tiba-tiba Aurora m
balas pertanyaan Aurora. To
o suka hujan, ken
hujan. Bukan suka sakit karena hujan. Teta
lo. Biar lo nggak kehujanan. Kita lakuin itu tiap hujan. Yuk!" kala itu
patkan penol
ya. Seolah penolakannya yang sudah terang-terangan ini tidak berarti apa-apa bagi gadis itu. Kadang dia berpiki
*
al foto Angkasa yang diambilnya diam-diam saat cowok itu melamun, dia mulai mengarsir lembaran polos di atas meja. Menggambar Angkasa. Angkasa dengan hidu
lelaki itu, tetapi aktivitasnya terhenti karena laya
a
nya ke samping untuk menerima panggilan itu. "Hallo, Papa!" pekiknya kesenangan.
belum
am sekejap rasa gembira dalam hatinya sirna berganti kecewa yang datang seperti deb
memang sedang dekat dengan seorang wanita berkebangsaan Indonesia yang juga bekerja di Turki, katan
sebelas ya? Kok belum tidu
gan pertanyaan yang ditujukan kepadanya. Bukan tidak ingin menghargai, hanya sa
k tawa terdengar renyah di seberang sana. "Mas
ntuk menikah lagi. Dia tahu kalau Papa juga pantas untuk mendapatkan kebahagiaann
di tenggorokannya. Dadanya terasa semakin sesak.
a?" Lalu dibalas d
n panggilan
t untuk diseka. Lalu air mata lainnya menyusul dan menganak pinak membasahi pipi pu
nya segera menyeka sambil mengepalkan tangan memberinya semangat. Senyuman yang
ta dengan punggung tangannya sendiri. Dan mencoba teg
nya, Aurora mencari kontak
pa
i-lagi air matanya mencelos keluar. Andai saja bisa, dia berharap Angkasa datang untuk menghiburnya sekar
nggak ngomong
Angkasa memang seperti ini. Jauh dan tinggi hin
ikutnya menjadi akhir
menghentikan tangisannya sendiri. Padahal mendengar suara Angkasa sudah membuat Aurora merasa hangat. Namu
ra yang pilu teredam sua
*
a tanpa berbicara apapun. Pria itu berdecak kesal. Kenapa gadis itu sangat hobi merecoki hidupnya? Menelepon malam-malam di tengah hujan deras membuat Angkasa jadi kepikiran, apa
da
kan
dis itu saja tidak merasa bersalah telah lancang memasuki kehidupannya dan merecoki keseha