img Ranjang panas ARTku  /  Bab 4 puas | 80.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 puas

Jumlah Kata:889    |    Dirilis Pada: 07/06/2025

na bergetar hebat, gemuruh klimaks mengguncang seluruh jiwa dan raganya. Sementara itu, saat Abraham mencapai puncak, ia segera mencabut d

sa begitu puas dengan permain

n. Ada keindahan dalam kelelahan yang tampak di wajah wanita itu. Tapi waktu tidak pernah berpihak pada mereka. Dengan satu napas panjang

elangkah keluar dari kamar. Tak ada pelukan, tak ada kecupan perpisahan. Hanya sisa panas yang men

memeluk tubuhnya sendiri, menarik selimut hingga ke leher, seolah bisa menyembunyikan semuanya di bali

ponsel yang tergeletak di nakas membuatnya tersentak. Nada dering itu biasa saj

nya terpam

an berhent

emarinya terasa dingin. Butuh beberapa detik sebel

, dengan suara yang ia

rti biasanya, tapi justru kehangatan itu yang membu

ggak ngapa-ngapain...

an ngos-ngosan. Kam

agak ngos-ngosan aja," katanya buru-buru, menciptakan alasa

aga kesehatan. Jangan banyak mikir, ya. Aku tahu ke

Ia hanya bisa mengangguk pelan, meski

malam. Mimpinya... aneh. Kamu sama seseorang. Tapi

a mem

mata, napas

amu masih

denger," jaw

kangen. Jangan lupa makan,

l

lan be

Yang jelas, rasa sesak yang tadi sempat reda, kini kembali menyesakkan dada. Suaminya sosok yang sederhana dan jauh, yang mungkin tak

itu, Karina justru merasa semakin dingin. Ia menata

cahaya hangat ke seluruh sudut ruangan. Susi tengah duduk bersandar di kepala ranjang, mengenakan gaun tidur satin berwarna gading, rambutnya te

mping Susi. Ia menarik selimut, lalu menyelipkan tangannya ke pinggang istrinya, memeluk dari

dengan suara datar namun dalam, Abraham berkata,

nya naik. "Tiba-tiba sekali

. Aku cuma merasa... sudah waktunya. Umurnya sudah dua puluh lima,

jelaskan. "Tapi Henry belum pernah membawa perempuan satu pun ke rumah. Aku bahkan belum ta

Ia tahu, jika dibiarkan, anak tirinya itu akan terus menggali, terus mengamati, dan pada akhirnya, mungkin membongkar hubungan terlarangnya dengan Karina

tanya tenang. "Seseorang dari lingkungan kita

i dari kalimat-kalimat itu. Tapi yang dilihatnya hany

i pelan. "Aku percaya kamu t

emeluk Susi lebih erat. "T

wajah Karina yang masih memerah, nafasnya yang tersengal-sengal,

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY