Tubuh
mandi besar di sudut rumah. Gemericik air dari pancuran me
dan Ayu berdiri berdua
pi tidak ada kegugupan. Tidak ada gerakan terburu-
bil sabun cair, menuangkannya ke tangannya
ding marmer, tubuhnya rileks. Sentuhan Niko bukan tentang
Niko pelan d
gangguk sambi
yatu di bawah guyuran air. Niko menyapukan jemarinya di wajah Ayu, membasuh pipi dan l
anya pelukan. Lalu c
leh
d
i dengan jemari yang menyentuh punggung Niko, me
an. Air jatuh di kulit mereka seperti berkat. Dan untuk pertam
an lagi p
n sekada
r alat penyembuh, tapi hadiah
eka menyatu. Tidak tergesa. Tidak rakus. Hanya hangat,
a berbeda. Lebih terang, le
tnya diikat longgar, wajahnya segar meski tanpa riasan. Di sampingnya, Niko
mana?" tanya Niko, bingun
kanan itu saus tiram. Jangan salah taruh, na
Aroma manis gurih langsung memenuhi udara. Mereka tertawa bersama
a jadi asisten
e 'Nasi Gosong by Niko & Ayu',"
an. Tidak dibuat-buat. Tawa yang sudah
kecil, berdua. Menu sederhana: nasi goreng buatan
ngguk puas. "Nggak nyangka... enak j
berkata, pelan, "Ini pertama kalin
Menatap Ayu penuh makna. Ia t
"Dan ini pertama kalinya... aku merasa
Tapi bukan heni
lupa almarhum. Tapi ternyata, aku bukan sedang melupakan. Aku
angan Ayu di atas
. "Tapi kalau kamu izinkan, aku mau jadi
um, dan mat
itu, tanpa gaun, tanpa pesta, tanpa mu
menjingga perlahan berubah biru tua. Di dalam rumah, Ayu duduk di
an pagar. Ayu segera berdiri, lalu menata rambutnya sek
rumah
jah Lelah tapi senyum langsung muncul saat ma
, menjemput dengan se
mencium kening Ayu singkat. "
asuk sesuatu yang besar dari luar. Sebuah plastik b
up mulutn
erlihatlah boneka beruang be
sambil tertawa kecil. "Biar kam
tertawa kecil sambil memeluk boneka itu. La
ahu nggak, ini boneka pert
atapnya,
u se
u nggak pernah minta boneka. Ak
pelan, lalu dud
adiah pengganti masa kecilm
ndang, lalu tert
kan cuma boneka y
ntanya kali ini tumbuh bukan da
dingin dari AC menyentuh kulit, dan di atas ranjang, Niko be
g bersih, garis bibirnya tenang. Tidur dalam pose miring, dengan tangan mengerucut di baw
rsenyum
lembut, tulus, bersih. Sementara aku... man
gnya berdegup pelan namun mantap. Perasaann
, mengusap pelan ram
lahan, masih setenga
tersenyum kecil, lalu menari
a kamu," bisiknya. "Aku kira aku cuma num
iko pelan. "Kamu ken
nnya bergerak lembut, naik ke bahu, lalu turun menyusuri lekuk pi
ndah dan manja, ia be
n jatah,
lu, menunduk sebentar
m Pe
rk