karena mimpi buruk, melainkan karena gejolak ide-ide yang ingin ia terapkan. Rencananya kini lebih matang, lebih licik, dan ia harus bisa
epada Sarah. Ia tahu, langkah pertamanya adalah membangun kembali jembatan komunikasi yang retak aki
meletakkan sebotol minuman isotonik kesukaan Sar
h, terima kasih, Di. Kamu tidak perlu repot-repot." Nada suarany
i, menatap Sarah lurus, menyiratkan penyesalan yang ia harap terlihat tulus. Ia tahu ini adalah kebohongan yang di
nya. "Aku juga mencintaimu, Di. Tapi c
meraih tangan Sarah. "Aku hanya ingin kita baik-baik saja. Seperti dulu." Ia men
t. Perlahan, ia mengangguk. "Baiklah. Aku... akan mencoba." Seb
ar lelucon receh yang membuat Sarah tersenyum tipis. Rekan-rekan mereka di rumah sakit melihatnya dan berbisik, "Wah, Dokter Aldi dan Dokter Sarah makin mesra saja." A
n perpaduan warna gelap dan terang yang mencolok, serta siluet-siluet samar yang menyerupai tubuh manusia menari. Gambar itu, jika dilihat sekilas, terlihat artistik. Namun jika di
sta baru yang kelihatannya enak," kata Aldi
llpaper itu. Ia tak berkomentar, hanya mengalihkan pandangan dengan cepat, namun Aldi
entang "Gaya Hidup Bebas Kaum Urban" dengan sub-judul samar "Menjelajahi Batasan Hubungan Modern". Di dalamnya, ada artikel dengan foto-foto artistik yang samar-samar menamp
dikit bergeser dari tempat ia meninggalkannya. Artinya, Sarah membukanya. Dan membaca. Ia tidak ber
angnya, sesekali melirik ke arah Aldi, lalu ke majalah di meja kopi.
ecah keheningan. "Majala
ajalah itu? Hanya bacaan iseng. Ada artikel m
.. pesta seperti itu?" Sarah menunjuk majalah itu. "A
. "Itu hanya gaya hidup sebagian kecil orang yang percaya pada kebebasan ekspresi. Mereka tidak merugikan siapa-siapa, sela
kir keras. "Konsensual? Jad
ara Tuan Edward menjelaskan filosofi Elysium. "Mereka percaya, dengan eksplorasi semacam itu, justru bisa menguatkan ikata
lihat itu sebagai kepercayaan. Aku melihatny
ang yang selingkuh diam-diam, berbohong, menipu pasangannya. Tapi mereka ini, me
hal seperti itu." Nada suaranya masih tegas, tapi Aldi bisa merasakan sedikit g
iasa Sarah pakai. Warna-warna berani, renda tembus pandang. Sarah menerimanya dengan canggung, tapi ia tidak menolak. Bebera
en intim terasa berbeda dari rutinitas membosankan mereka. Ia mencoba teknik-teknik baru yang ia baca di forum-forum. Sarah merespons, perlahan. Desa
z yang lembut, menciptakan suasana yang lebih intim dan sensual. Sarah menatapnya dengan pandanga
menghisap lembut lehernya. "K
merasakan api yang dulu pernah ada di antara kita. Aku tidak mau kita berakhir menjadi dua orang asing yang hanya
ng. "Aku juga merindukan itu, Di. Tapi... j
embaca pikiran Sarah. "Tapi terkadang, kita perlu menghada
in mengajakmu dan istrimu makan malam. Bersama dengan pasangan lain yang
dengan rencana Tuan Edward. Memperkenalkan Sarah kepada pasangan swinger lain yang
alam. Dia pemilik grup rumah sakit kita. Bersama dengan beberapa rekan dokter lainnya." Aldi s
jut. "Tuan Edward?
ier kita, Sayang. Dia bilang ada dokter bedah senior juga yang akan datang
tu, kita harus tampil sebaik mungkin." Ia masih sedikit curiga, n
dengan cermat. Aldi tersenyum tipis melihatnya. Ia tahu, Sarah sedang mempersiapkan diri untuk "pertunjukan" sosial, ta
t sudah ada beberapa pasangan yang duduk di meja privat. Tuan Edward menyam
Budi, spesialis jantung, dan istrinya Ibu Wina, seorang arsitek. Dan ini Dokt
Dokter Citra dan Bapak Danu tampak lebih santai, tapi tetap elegan. Mereka semua adalah orang-or
rah terlihat nyaman, terlibat dalam percakapan, sesekali tertawa renyah. Aldi mengamati Tuan Edward, m
," katanya, mengambil jeda, "bahwa hidup ini terlalu singkat untuk terjeb
d. Kebosanan adalah pembunuh pelan. Kita harus selalu
a maksud, Dokter Budi?
a berbinar. "Rutinitas bisa membuat kita mati rasa. Kadang, kita p
bebas," tambah Dokter Citra. "Di
ntang pengalaman. Dan pengalaman paling intens seringkali ada di
garkan, wajahnya menunjukkan campuran rasa ingin tahu dan sedikit kecurigaan. Ia menatap Aldi,
t menyebut swinging atau Elysium, namun bahasa mereka sarat makna, penuh kiasan yang bisa ditangkap oleh telinga yang terlatih. Sarah mendengarkan dengan seksama, sesekali
... berpikir. Sebuah senyum tipis, penuh kemenangan, tersungging di bibir Aldi. Per