img Surga Terlarang Sang Dokter  /  Bab 2 Dinginnya Ranjang dan Bisikan Penyesalan | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Dinginnya Ranjang dan Bisikan Penyesalan

Jumlah Kata:2104    |    Dirilis Pada: 15/06/2025

. Tuan Edward berbicara dengan tenang, menjelaskan filosofi Club Elysium, tentang kebebasan ekspresi seksual, tentang penjelajahan diri tanpa batasan moral yang membelenggu. "Di sini,

rasa bersalah yang samar mulai menggerogoti, tapi juga terdorong untuk lebih jauh lagi, untuk memahami dunia baru ini dan segala yang ditawarkannya. Ia melih

han, membuka pintu tanpa suara, berusaha untuk tidak membangunkan sang istri. Lalu, ia memandang Sarah yang tertidur pulas di sebelahnya. Wajahnya polos, damai, dan begitu jauh dari dunia yang baru saja Aldi jelajahi. Bagaimana ia bisa membawa Sarah ke dunia ini? Bagaimana ia bisa meyakinkan wanita yang begitu menjunjung tinggi reputasi dan harga diri itu untuk memasuki jurang yang telah ia selami? Ia tahu, ini adalah tantangan te

a terikat rapi dalam sanggul profesional, wajahnya bersih tanpa riasan, menampilkan kecantikan alami yang tanpa cela. Seragam dokternya sudah siap dipakai, tergantung rapi di kursi, menanti untuk dikenakan. Sarah adalah gambaran kesempurnaan seorang istri dan profesional di mata masyarakat: cerdas, berdedikasi, selalu menjaga integritas

yang seharusnya menghangatkan, tapi kini terasa dingin. Ia meletakkan sepiring nasi goreng hangat di hadapan Aldi, lalu duduk

ninggalkan rasa tak enak di tenggorokannya. Namun, ia harus menjaga rahasia ini. Bagaimana mungkin ia menjelaskan kepada Sarah, wanita terhormat yang menjunjung tinggi etika dan moral, yang bangga dengan reputasinya yang bersih, tentang sebuah klub di mana suami istri saling bertukar pasangan

otoritas. Bahkan sensasi saat ereksinya masuk bersamaan dengan ereksi Tuan Edward-rasa tabu itu, yang seharusnya menjijikkan dan membuatnya merasa kotor, justru terasa begitu memabukkan dan membangkitkan, seolah ia

aku, ciumannya sebatas formalitas, sebuah tanda bahwa ia mengizinkan, bukan menginginkan. Ia berusaha mencium leher Sarah, meremas payudaranya di balik piyama tipis. Sarah mendesah, tapi desahannya terasa hampa, seperti sebuah kewajiban yang harus dituntaskan, bukan ledakan kenikmat

is, atau masalah keuangan rumah sakit. Semuanya terasa seperti ritual yang diulang tanpa makna, tanpa gairah yang membakar. Gairah itu seolah telah dikubur di bawah tumpukan rutinitas, pekerjaan, dan ekspektasi sosial yang berat. Sarah terlalu fokus pada karier, pada pencapaian, pada bagaimana mere

gannya, menariknya kembali dari lamunan yang dalam.

Sayan

merasakan ada dinding tak kasat mata yang tak bisa ia tembus. Sarah sibuk dengan dunianya, dunia medis yang mulia, dunia yang tak mengenal kata "Elysium" atau "sensasi terlara

i terasa kering, seperti sumur yang mengering di musim kemarau panjang, hanya menyisakan keretakan di dasarnya, tanpa setetes air pun. Ia menginginkan percikan, ledakan, sesuatu yang bisa mengguncang jiwanya, seperti yang ia rasakan semalam. D

ata yang penuh pengertian tanpa perlu kata-kata. Itu adalah komunitas. Komunitas orang-orang yang juga mencari sesuatu di luar norma, di luar batasan yang ditentukan masyarakat. Ia merasa diterima, dimengerti, meskipun hanya dal

knya, ia tanpa sadar membandingkan dr. Rina dengan Vivian. Rina cantik, muda, cerdas, seorang calon dokter bedah hebat, dengan masa depan cerah. Tapi entah mengapa, aura gairahnya tidak sekuat Vivian yang baru saja ia temui. Atau mungkin, ini hanya tentang konteks? Jika Rina berada di Elysium, terlepas

tupi apa yang ia rasakan. Konsentrasinya menurun drastis. Beberapa kali ia hampir membuat kesalahan kecil saat menulis resep, tangannya gemetar, atau saat berdiskusi dengan perawat, pikirannya melayang ke tempat lain, ke malam penuh gairah itu. Sarah, yang peka

siang di kantin rumah sakit, suaranya pelan, hanya u

tai. "Tidak ada apa-apa, Sayang. Hanya lel

ya lelah. Ada sesuatu yang lain. Kamu... menjauh." M

ata-kata itu tercekat. Tidak. Belum saatnya. Sarah tidak akan mengerti. Sarah akan jijik. Sarah akan hancur. "Tidak ada apa-a

mu tidak mau cerita." Ada nada kekecewaan di suara

begitu kuat hingga ia bisa merasakannya di ujung jarinya. Hasrat itu mendesak, menuntut untuk dipenuhi, sebuah panggilan yang tak bisa ia abaikan. Ia tahu ini salah. Ia tahu ia mengkhianati Sarah, mengkhianati sumpah pernikahan mereka, mengkhianati semua yang mereka bangun bersama. Tapi desakan untuk merasakan sensasi itu lagi, untuk memuask

iri terasa begitu keras di telinganya, bergemuruh, berpadu dengan bisikan-bisikan penyesalan yang samar, namun juga diiringi dentuman musik Elysium yang masih terngiang, memanggilnya kembali, menjanjikan pelarian dari kehampaan. Ia tahu, ia harus melakukan

de gila melintas di benaknya, sebuah pemikiran yang selama ini ia tepis, namun kini terasa begitu menarik. Bagaimana jika Sarah juga mencicipi Elysium? Bagaimana jika Sarah ju

embutuhkan ini." Aldi tahu Sarah memiliki harga diri yang tinggi, profesinya adalah segalanya. Tapi, di Elysium, semua topeng itu akan jatuh. S

ngging di bibir Aldi dalam gelapnya malam. Ia akan melakuka

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY