nyinggung "kebebasan hubungan". Sebaliknya, ada kerutan di keningnya, tatapan menerawang yang menandakan otaknya sedang bekerja keras, menganalisis, mungkin, memproses
ingan yang nyaman. "Dokter Budi itu kan spesialis jantung senior, reputasinya bagus sekali. Dan Ibu Wina, arsitek terkenal. Dokt
seperti kita, Sayang. Profesional. Terpandang. Tapi mereka juga manusia, dengan hasrat dan kebutuhan yang sama. Mereka ha
benaknya. "Jadi, menurutmu... mereka juga melakukan hal itu?" bisiknya, suaranya nyaris
rbicara, dari aura kebebasan yang mereka pancarkan, aku bisa merasakan mereka menemukan sesuatu yang membuat hidup dan hubungan mereka jauh lebih... hidup. Mereka tidak terlihat seper
orang seperti mereka akan terlibat dalam hal semacam itu. Itu kan... melangg
ih tangan Sarah. "Lihat kita, Sayang. Kita mencintai satu sama lain, tapi ada sesuatu yang hilang, bukan? Kita terlalu terbebani oleh 'seharusnya' dan 'bagaimana pandangan orang'." Ia mengusap punggung tang
lah kemajuan besar. Ia hanya menatap A
apa,
kan kehilangan diri kita. Kehilangan kehormat
ya, yang selama ini tersembunyi di balik jubah dokter dan ekspektasi masyarakat. Aku tidak akan memaksamu melakukan apapun yang tidak kamu inginkan. Tapi...
nasaran Sarah sudah terlalu besar untuk ia abaikan. Sarah adalah wanita ce
ahan napas, menunggu vonis. Akhirnya, Sarah mengangguk pelan, nyaris tak terlihat. "
um paling tulus yang ia bisa berikan. Hatinya melo
"Tuan Edward, saya berhasil! Sarah mau datang ke Elys
Tuan Edward di ujung telepon, nadanya tenang namun ada s
an ini? Biar dia t
nyaman. Ajak dia berkeliling. Kenalkan dia pada beberapa wajah ramah. Janga
n Tuan Edward tidak bisa
arian bekerja. Ia menciptakan suasana yang penuh cinta dan pengertian, membuat Sarah merasa aman dan dicintai, seolah ini adalah fase bulan madu kedua mereka. I
a yang datang ke sana. Aldi menjawab dengan hati-hati, hanya menceritakan tentang kemewahan klub, tentang orang-orang terpandang yang datang
a merias wajahnya dengan polesan natural, menunjukkan kecantikan alaminya. Aldi mengenakan setelan ka
i erat-erat. Tangannya terasa dingin dan sed
t. Jika kamu merasa tidak nyaman, kita langsung pulang, oke
Club Elysium, Sarah mengerutkan kening.
lah melewati verifikasi ketat, pintu itu terbuka, menyingkapkan suara
luet tubuh-tubuh yang menari dengan intim. Sarah melangkah perlahan, matanya memindai setiap sudut dengan rasa tak percaya. Ia melihat beberapa pasan
rah, tangannya mence
yang lebih tenang, jauh dari keramaian lantai dansa. "Merek
gan senyum ramah. "Selamat datang, Dokter Sarah. Senang s
, Tuan Edward. Tempat ini... sangat
kata Tuan Edward, melirik Aldi dengan makna. "Saya bisa mengajak Dokter S
i saya." Ia tahu ini adalah bagian dari rencana Edward
api ia mengangguk. "
bahkan lorong-lorong yang menuju kamar-kamar pribadi, meskipun ia tidak menjelaskan fungsinya secara eksplisit. Ia berbicara tentang filosofi kebebasan
n Edward dengan seksama, sesekali mengangguk, sesekali wajahnya menunjukkan sedikit keterkejutan, namun tidak ada lagi ra
li ke Aldi. Wajah Sarah kini tampak lebih tenang, namun matanya mem
Aldi, begitu Tuan Edward pe
tang kebebasan, tentang kejujuran antara pasangan. Dia bilang banyak pasangan yang pernikahan mereka diselamatkan se
tentang mencari yang lain, ini tentang menemukan kembali 'kita'. Dengan cara
ntu itu transparan, dan terlihatlah sepasang suami istri yang baru saja memulai sesi cumbuan panas mereka, tanpa malu, di hadapan pandangan semua orang. Sarah melihatnya, matanya melebar, tubuhnya sedikit menegang. Itu adalah Dokter Budi dan Ibu
"Itu... Dokter Budi?" bisiknya, suaranya n
a, Sayang. Mereka adalah
aneh di benak Sarah. Sebuah pertentangan. Antara nilai-nilai yang ia pegang teguh, dengan kenyataan di hadapannya. Orang-orang terhormat itu, yang ia kag
a tunggu. Bukan saatnya memaksa, tapi saatnya membiarkan Sarah mencerna sen
reka lagi. "Bagaimana, Dokter Sarah? Apakah Anda sudah lebih...
. "Saya... saya tidak tahu ha
at di mana semua topeng dilepaskan, dan kejujuran adalah mata uang
kan sesuatu. Gairah yang ia lihat, kebebasan yang terpancar, seolah memanggilnya. Aldi tahu, bibit itu sudah tertanam kuat. Kini tinggal menunggu waktu, m