oti. Ada sebuah rencana yang berputar di kepalanya, sebuah strategi licik yang, ia yakini, akan menjadi kunci untuk membuka gerbang gairah Sarah, dan pada akhirnya, menyelamatkan perni
gan kehangatan, namun kini hanya menjadi latar belakang yang samar bagi gejolak hasrat dan rencana Aldi. Sarah menoleh, senyum tipis t
aroma rambut istrinya yang lembut. Ada sesuatu yang berbeda dalam sentuhannya, sebuah kelembutan yang lebih, sebuah perhatian
semanis ini belakangan. "Ada apa denganmu? Tumben sekali merayu seperti ini," katanya
nmu." Kalimat itu keluar dengan mulus, setengah tulus, setengah taktik. Ia memang merindukan kedekatan dengan Sarah
hal-hal di luar dunia medis yang selama ini mendominasi percakapan mereka. Ia sesekali menyentuh tangan Sarah, membelai rambutnya, mencoba menciptakan kembali intimasi fisik yang telah lama hilang. Sa
ela napas panjang, memberikan jeda dramatis, sebuah teknik yang ia pelajari dari seminar kepemimpinan. "Kita ini t
. "Memang. Tapi mau bagaimana lagi? Pekerjaan kita m
dengan tatatan penuh arti, mencoba menembus lapisan rasionalitas Sarah. "Maksudku... kita perlu mencari sesuatu yang
emangnya selama ini kita mati?" Ada nada
ti, kita butuh dilumasi lagi." Ia menggeser duduknya mendekat, meraih tangan Sarah, mengusapnya lembut dengan ibu jari. "Aku merasa kita terlalu seri
membaca pikiran suaminya. Ada kebingunga
buat kita merasa benar-benar hidup." Aldi sengaja menggunakan kata "gairah" dengan penekanan, mengamati reaksi Sarah dengan cermat. "Aku sudah mencari-cari, dan aku menemukan s
arakan, Di? Jangan-jangan itu komunitas aneh-aneh? Komunitas yang... seperti yang sering diberitakan di tabloid-tabloid sensasional itu?
ng memahami bahwa hidup itu tidak selalu hitam-putih. Bahwa ada sisi lain dari diri kita yang kadang perlu dieksplorasi. Mereka percaya, dengan menjelajahi batas-batas, justru bisa memperkua
jurnya, aku tidak suka arah pembicaraan ini. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan... apa yang kamu baca di internet itu? Majalah-majalah 'dewasa' yang kamu
menemukan itu. "Itu bukan majalah cabul biasa, Sayang. Itu adalah publikasi dari sebuah komunitas yang aku maksud. Mereka punya filosofi yang menarik tentang kebeba
ni! Apa kamu sedang berpikir untuk... bertukar pasangan? Astaga, Aldi! Aku tidak percaya kamu sampai berpikiran sekeji itu! Kamu menganggapku wanita m
Sarah. Sebuah cara untuk menghidupkan kembali api yang sudah mati, untuk merasakan sensasi baru yang bisa membuat kita lebih terhubu
ta punya reputasi! Harga diri! Kita punya sumpah profesi!" Sarah berteriak, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mengkhia
merasakan gairah satu sama lain? Apa gunanya semua kehormatan itu kalau di balik pintu kamar kita adalah dua orang asing yang hanya melakukan kewajiban?" Nada suara Aldi meninggi, amarahnya meledak. Ini adalah perta
a yang memerah. Wajahnya pucat pasi. "Jadi... kamu sudah tidak bergairah lagi denganku?" t
angan Sarah, mencoba meraih kembali koneksi. "Aku bergairah denganmu, tapi... aku merasa kita perlu sesuatu yang lain. Sesuatu yang bisa membangkitkan gairah kita berdua, bersama-sama
ya kasar, seolah memutus semua ikatan. Ia berbalik, berlari ke kamar tidur, meninggalkannya Aldi sendirian di ruang keluarga, dikelilingi kehe
bus. Tapi Aldi juga keras kepala. Ia sudah mencicipi Elysium, merasakan surga terlarang itu, dan ia tahu Sarah pun, di lubuk hatinya yang paling dalam, mungkin mendambakan
rpandang, namun bisa hidup dalam kebebasan yang ia idamkan. Aldi memutuskan, ia akan menghubungi Tua
usaha besar yang memiliki saham di beberapa rumah sakit swasta, termasuk yang satu ini. Ia menemukannya di
a terlihat santai dan profesiona
ahu apa yang ada di benak dokter muda itu. "Ah, Dokter Aldi. Senang bertemu Anda di sini. Bagaima
emastikan tidak ada yang terlalu memperhatikan percakapan mereka, men
atau masalah... yang lain?" Suaranya datar, namun matanya menyiratkan pemahaman yang mendalam. "Kita bisa bicara
kesempatan yang ia tunggu. "Sem
sias yang membara. Ia disambut oleh seorang penjaga yang mengenalnya, dan langsung diantar ke lanta
memegang segelas wine merah di tangannya. Aroma wine dan cerutu ma
ward." Ia duduk di sofa kulit yang mewah, merasakan keempukan
an segelas wine kepada Aldi, menatapnya dengan tatap
t. "Bagaiman
luar biasa, merasakan kebebasan yang tak terkira, lalu mereka ingin pasangannya juga merasakannya. Tapi banyak juga yang istri atau pasangannya menolak mentah-mentah." Ia
li pertengkarannya dengan Sarah. "Saya tidak tahu bagaimana lagi cara meyakinkannya. Saya tidak
n berdua memahami bahwa ini adalah bagian dari solusi, bukan masalahnya. Ini adalah jalan menuju pembebasan, men
Aldi bertanya, m
butuh alasan yang logis, atau setidaknya, emosional, untuk melanggar batas yang sudah mereka bangun kokoh selama bertahun-tahun." Tuan Edward menggeser posisi duduknya, menat
awab Aldi cepa
suk ke dunia ini, dia tidak akan kehilangan semua itu, justru malah akan mendapatk
patkan
ebih kuat, lebih bergairah, lebih otentik, karena kalian telah berani menghadapi tabu bersama." Tuan Edward menyeringai, sebuah
itu?" tanya Aldi, penasaran, otaknya mulai
tuk mencoba pengobatan baru. Kita tidak bisa memaksa, tapi kita bisa menunjukkan betapa besa
Aldi mengulang, otaknya
engisyaratkan dunia ini. Biarkan dia melihat, membiarkannya merasa jijik pada awalnya, tapi juga menumbuhkan bibit penasaran di benaknya. Ini seperti virus, Dokter Aldi
marah besar," kata Aldi, men
itu sudah tertanam. Sekarang, giliranmu untuk menyiramnya, memupuknya hingga tumbuh," Tuan Edward menjelaskan. "Cobalah untuk menunjukkan padanya bagaimana hidup kita bisa lebih hidup
rap setiap kata Tuan Edwar
g yang sama, tapi jangan langsung dari klub ini. Teman-teman dari lingkup profesional kalian, mungkin?" Tuan Edward menuangkan wine untuknya. "Aku punya beberapa kenalan dokter di sini, m
Itu ide bagus, Tuan E
erasaanmu. Bukan tentang fantasimu yang gila, tapi tentang betapa kamu frustrasi, betapa kamu merindukan gairah. Buat dia merasa bahwa ini bukan hanya tentang 'ha
a malah marah dan merasa dileceh
yang dulu, dan bahwa kamu mencari solusi, bukan sekadar pelarian. Anggap ini sebagai terapi pernikahan ekstrem, Dokter Aldi. Sebuah cara untuk menghadapi masalah yang tak teruc
tama dalam drama gairah yang akan ia ciptakan. Ia pulang ke rumah malam itu dengan rasa percaya diri yang baru, keyakinan yang membara. Ia tidak akan menyerah. Sarah akan datang ke Elysium. Ia akan
hingga akhirnya menyerah pada kenikmatan. Sebuah senyum licik terukir di bibirnya. Ini akan