img Kau Akan Mencariku, Saat Dia Menghilang  /  Bab 3 Pesta makan malam | 60.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Pesta makan malam

Jumlah Kata:2420    |    Dirilis Pada: 20/06/2025

gan gelak tawa para tamu, menciptakan simfoni kemewahan yang familiar bagi Cantika Putri. Mengenakan gaun merah marun yang menjuntai anggun, Cantika tersenyum ramah kepada setiap tamu yan

, Sayang," bisiknya, mencium lembut rambut Cantika. Tatapan Ardi penuh puja, memuja setiap inci dari Cantika yang ia anggap sebagai miliknya. Cantika membalas dengan senyum tipis,

waktu sejenak untuk mengingatnya. Pria itu adalah Reza Dirgantara, seorang konglomerat muda yang namanya sering disebut-sebut di berbagai media bisnis. Cantika pernah bertemu dengannya bebera

balas sapaan para tamu dengan senyum tipis yang ramah namun menyimpan jarak. Ia memang tidak terlalu suka keramaian seperti ini. Ia dat

lihat semakin bersinar, dan rambut hitam panjangnya yang ditata rapi menambah kesan anggun. Namun, ada sesuatu di mata Cantika yang menarik perhatian Reza. Di balik senyumnya yang sempurna, ada sebersit kesed

ih dekat padanya. Sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya, menunjukkan kepemilikan. "

at. "Tentu saja, Ardi. Selamat atas kesuksesan

bangga. "Aku akan memperkenalk

ngannya pada Reza. "Cantika Putri. Sena

h tubuh Cantika. Mata Reza menatapnya dalam, seolah mencoba membaca apa yang ada di balik senyumannya. "Reza Dirgantara. Senang bertemu dengan Anda juga

kan lengannya di pinggang Cantika. "Cantika adalah perma

, meskipun dalam hatinya ia merasa tidak nyaman. Kata-kata "permata" dan "insp

. Sebuah kepemilikan yang terasa sedikit berlebihan. "Aku bisa melihat itu, Ardi. Kalian pasangan yang serasi," ujar Reza, menco

erasaan aneh menyelimuti hatinya. Ada sesuatu tentang Reza, sebuah aura yang tenang dan membumi, yang terasa begitu kontras dengan dunia gemerlap yang me

m, dan sesekali tertawa renyah. Namun, pikirannya terus melayang pada sosok Reza Dirgantara. Mengapa

anen. Rambutnya diikat kuda, dan beberapa helai anak rambut menempel di pelipisnya yang basah oleh keringat. Wajahnya berseri-seri, tanpa polesan make u

on!" teriak Ibu

ap. Ia tahu siapa yang menelepon. Senyum langsung merekah di bi

Reza!" sa

angat dan menenangkan. "Bagaimana kaba

wab Luna. "Mas Reza sendiri bag

. Tadi malam aku menghadiri pesta

kening. "Bukankah itu pesta or

una," kata Reza tulus. "Oh ya, aku sudah memesan tiket untukmu b

"Siap, Mas Reza! Aku

lam aku akan ke sana. Aku akan menjemputmu beso

Reza mau menginap di si

Reza. "Dan aku ingin menghabiskan waktu be

alau begitu, aku harus mempersiapkan

Luna adalah kebahagiaannya, pelengkap hidupnya. Gadis itu membawa kesederhanaan

ahan sederhana yang selalu berhasil menghangatkan hati Reza. Mereka makan bersama di teras rumah, diterangi cahaya rembulan dan suara jangkrik

bersinar terang di langit gelap, membentuk gugusan yang indah. "Aku sena

menikmati setiap momen bersamamu sebelum kita kembali ke kota.

it. Jakarta itu kota besar, Mas.

ukannya. "Aku akan selalu bersamamu. Aku akan m

atap mata Reza. "Ak

yang, dan menenangkan. Luna merasa aman di samping Reza. Ia tahu, meskipun

Dirgantara terus menghantuinya. Ada sesuatu yang misterius dari pria itu, sesuatu yang menariknya se

alik lukisan lain. Lukisan wanita di dalam sangkar emas. Ia menyentuh lukisan it

seorang pria, dengan mata yang tajam namun meneduhkan, bibir tipis yang tersenyum tipis. Wajah itu adalah wajah Reza Dirgantara. Cantika sen

di mata pria itu, kerinduan yang entah mengapa, terasa familiar baginya. Cantika merasa

mampu melihat menembus topeng kebahagiaan yang ia kenakan. Reza tidak memuji kecantika

asaan tertarik pada pria lain, adalah hal yang salah. Ia adalah istri

ngan Reza dari benaknya. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanyalah kelelahan dan imajinasinya saja. Ia harus

Cantika sudah rapi. "Kau sudah bangun sepagi

sa tidur lagi," jawab Ca

tersenyum, mengusap pipi Cantik

uapkan segala kegelisahan yang membanjiri hatinya. Air yang dingin sedikit menenangkan pikirannya. Setelah beberapa

miliki segalanya, namun mengapa ia merasa ada kekosongan yang tak t

Luna di kursi penumpang. Mereka mengobrol santai, sesekali tertawa lepas. Luna merasa begitu nyaman di

n Mas Reza," ujar Luna, menatap Reza. "Selama ini aku h

gai bidang, mulai dari properti, teknologi, hingga energi. Aku juga serin

una mengangguk-angguk. "Tapi Mas

oritasku, Luna. Dan aku ingin kau tahu, aku serius dengan

erkejut. "Bena

kin akan terkejut. Tapi aku akan meyakinkan mereka. Aku tidak peduli

Ia sangat bersyukur memiliki pria seperti Reza dalam hidupnya. Pria yang t

Reza," bisiknya, ma

Luna. "Jangan menangis, Sayang. Ki

untuk Luna, tidak jauh dari lokasi kursus kerajinan tangan. Apartemen itu tidak terlalu besar

ar Reza. "Kau bisa datang ke apartemenku kap

erat. "Mas Reza te

encium kening Luna. "Sekarang, istirahatlah. Besok

Ia membuka lemari, melihat beberapa baju baru yang sudah disiapkan Reza u

Sebuah babak baru dalam hidupnya akan segera dimulai. Ia tahu ini akan menjadi tantangan, namun ia tidak takut. Dengan Reza di sisinya, ia merasa sang

lakukan apa. Ardi sibuk di kantor, dan ia tidak memiliki teman dekat yang bisa diajak bicara atau sekadar jalan-jalan. Sejak menikah dengan Ardi, t

dan ia harus menerima segala konsekuensinya. Namun, terkadang, ia merindukan kesede

eza. Ia ragu sejenak, lalu membuka kotak itu. Gambar wajah Reza masih ada di sana. Cantika menyentuh gambar itu, merasakan

kin ia mencoba menguburnya, semakin kuat perasaan itu muncul. Ia merasa terjebak, terkurung dalam labirin perasaannya sendiri. Ia ingin bebas, ia ingin m

nnya pada jiwanya yang terpenjara. Cantika merasa air matanya menggenang. Ia tidak bisa lagi menahan beban ini

nghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatan. Ia harus bisa melewati ini. Ia harus bisa me

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY