EWASA HO
l Bonus K
masih kuliah ya," tanyanya setelah duduk bersamaku di ruang tamu "Iya Bu.. Hampir selesai sih " "Ayo diminum.. Beruntung ya kamu.. Dibelikan mobil oleh orang tuamu" si ibu berkata lagi. Kuteguk sirup pemberian si ibu. Enak sekali rasanya menghilangkan dahagaku. "Oh.. Ini saya beli dari usaha saya sendiri, Bu. Mangkanya jangan mahal-mahal dong" jawabku. "Wah.. Hebat kamu kalau gitu. Memang usaha apa kok masih kuliah sudah bisa beli mobil" "Yah usaha kecil-kecilan lah" jawabku seadanya. "Ngomong-ngomong mobilnya kenapa dijual Bu?" "Aduh kamu ini ba Bu ba Bu dari tadi. Saya kan belum terlalu tua. Panggil saja tante Sonya." jawabnya sambil sedikit tertawa genit. "Mobilnya akan saya jual karena mau beli yang tahunnya lebih baru" "Oh begitu.." jawabku. Kemudian tante Sonya tampak melihatku dengan pandangan yang agak lain. Agak rikuh aku dibuatnya. Terlebih tante Sonya duduk sambil menumpangkan kakinya, sehingga rok mininya agak sedikit terangkat memperlihatkan pahanya yang putih mulus. "Anaknya berapa tante. Terus suami tante kerja dimana?" tanyaku untuk menghilangkan kerikuhanku. "Anakku satu. Masih SD. Suamiku sudah nggak ada. Dia meninggal dua tahun yang lalu" jawabnya. "Waduh.. Maaf ya tante" "Nggak apa kok Wan.. Kamu sendiri sudah punya pacar?" "Sudah, tante" "Cantik ya?" "Cantik dong tante.." jawabku lagi. Duh, aku makin rikuh dibuatnya. Kok pembicaraannya jadi ngelantur begini. Tante Sonya kemudian beranjak duduk di sebelahku. "Cantik mana sama tante.." katanya sambil tangannya meremas tanganku. "Anu.. Aduh.. Sama-sama, tante juga cantik" jawabku sedikit tergagap. "Kamu sudah pernah begituan dengan pacarmu?". Sambil berkata, tangan tante Sonya mulai berpindah dari tanganku ke pahaku. "Belum.. Tante.. Saya masih perjaka.. Saya nggak mau begituan dulu" jawabku sambil menepis tangan tante Sonya yang sedang meremas-remas pahaku. Jujur saja, sebenarnya akupun sudah mulai terangsang, akan tetapi saat itu aku masih dapat berpikir sehat untuk tidak mengkhianati Monika pacarku. Mendengar kalau aku masih perjaka, tampak tante Sonya tersenyum. "Mau tante ajarin caranya bikin senang wanita?" tanyanya sambil tangannya kembali merabai pahaku, dan kemudian secara perlahan mengusap-usap penisku dari balik celana. "Aduh.. Tante.. Saya sudah punya pacar.. Nggak usah deh.." "Mobilnya kapan datang sih?" lanjutku lagi. "Sebentar lagi.. Mungkin macet di jalan. Mau minum lagi? " Tanpa menunggu jawabanku, tante Sonya pergi ke belakang sambil membawa gelasku yang telah kosong. Lega juga rasanya terlepas dari bujuk rayu tante Sonya. Beberapa menit kemudian, tante Sonya kembali membawa minumanku. "Ayo diminum lagi" kata tante Sonya sambil memberikan gelas berisi sirup padaku. Kuteguk sirup itu, dan terasa agak lain dari yang tadi. Tante Sonya kemudian kembali duduk di sebelahku. "Ya sudah.. Kamu memang setia nih ceritanya.. Kita ngobrol aja deh sambil menunggu mobilnya datang, OK?" "Iya tante.." jawabku lega. "Kamu ngambil jurusan apa?" "Ekonomi, tante" "Kenal pacarmu di sana juga?" Waduh.. Aku berpikir kok si tante kembali nanyanya yang kayak begituan. "Iya dia teman kuliah" "Ceritain dong gimana ketemuannya" Yah daripada diminta yang nggak-nggak, aku setuju saya menceritakan padanya tentang kisahku dengan Monika. Kuceritakan bagaimana saat kami berkenalan, ciri-cirinya, acara favorit kami saat pacaran, tempat-tempat yang sering kami kunjungi. Setelah beberapa lama bercerita, entah mengapa nafsu birahiku terangsang hebat. Akupun merasakan sedikit keringat dingin mengucur di dahiku. "Kenapa Wan.. Kamu sakit ya" tanya tante Sonya tersenyum sambil kembali meremas tanganku. Tangannya kemudian beralih ke pahaku dan kembali diusap dan diremasnya perlahan. "Anu tante rasanya kok agak aneh ya?" jawabku. "Tapi enak kan?" Tante Sonyapun kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan kemudian bibir kamipun telah saling berpagut. Tak kuasa lagi aku menolak tante Sonya. Nafsuku telah sampai di ubun-ubun. "Saya tadi dikasih apa tante" tanyaku lirih. "Ah.. Cuma sedikit obat kok. Supaya kamu bisa lebih rileks" jawabnya sambil tangannya mulai membuka retsleting celanaku. "Ayo, tante ingin merasakan penismu yang masih perjaka itu" lanjutnya sambil kembali menciumi wajahku. Tante Sonyapun kemudian membuka celanaku beserta celana dalamnya sekaligus. "Hmm.. Besar juga ya punyamu. Tante suka tongkol besar anak muda begini". Tangannya mulai mengocok penisku perlahan. Kemudian tante Sonya merebahkan kepalanya dipangkuanku. Diciumnya kepala penisku, dan lantas dengan bernafsu dikulumnya penisku yang sudah tegak menahan gairah berahi. "Ah.. Tante.." desahku menahan nikmat, ketika mulut tante Sonya mulai menghisap dan menjilati penisku. Tangan tante Sonyapun tak tinggal diam. Dikocoknya batang penisku, dan diusap-usapnya buah zakarku. Setelah sekian lama penisku dipermainkannya, kembali tante Sonya bangkit dan menciumiku. "Kita lanjutin pelajarannya di kamar yuk sayang.." bisiknya. Akupun sudah tak kuasa menolak. Nafsu berahi telah menguasai diriku. Kamipun beranjak menuju kamar tidur tante Sonya di bagian belakang rumah. Sesampainya aku di kamar, tante Sonya kembali menciumiku. Kemudian tangankupun diraihnya dan diletakkan di payudaranya yang membusung. "Ayo sayang.. Kamu remas ya" Kuikuti instruksi tante Sonya dan kuremas payudara miliknya. Tante Sonyapun terdengar mengerang nikmat. "Sayang... tolong bukain baju tante ya". Tante Sonya membalikkan badan dan akupun membuka retsleting baju "you can see"nya. Setelah terbuka, tante Sonya kembali berbalik menghadapku. "BHnya sekalian donk sayang.." ujarnya. Kuciumi kembali wajahnya yang ayu itu, sambil tanganku mencari-cari pengait BH di punggungnya. "Aduh.. Kamu lugu amat ya.. Tante suka.." katanya disela-sela ciuman kami. "Pengaitnya di depan, sayang.." Kuhentikan ciumanku, dan kutatap kembali BHnya yang membungkus payudara tante Sonya yang besar itu. Kubuka pengaitnya sehingga payudara kenyal itupun seolah meloncat keluar. "Bagus khan sayang.. Ayo kamu hisap ya.." Tangan tante Sonya merengkuh kepalaku dan didorong ke arah dadanya. Tangannya yang satunya lagi meremas payudaranya sendiri dan menyorongkannya ke arah wajahku. "Ah.. EA
kai dan taburi bint