img Kumpulan cerita dewasa  /  Bab 9 Sang dokter | 81.82%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 9 Sang dokter

Jumlah Kata:2386    |    Dirilis Pada: 27/06/2025

pendek kenikmatan

m pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pes

suara merdu di seb

dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt.. tuutt.

lam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim k

h sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sek

apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekaran

amar jaga aku diketuk d

agak malas untuk bangun

konsul", suara dibalik pintu itu

tku sejuru

tas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesi

ika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil d

i, boleh dibilang hampir putus dan yang ter

ngan dipotong", pinta

arangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mend

an sambil melirik ke status untuk memastikan ba

", sahutn

jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging

uga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin m

lah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik d

eratornya?" tanyaku s

elu aja deh", jawabnya

besar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu.

a mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak

, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari

engar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk ber

di sini?" ta

riksa-periksa dulu terus ngapain elu buka b

embut seraya bergerak ke balik pintu biar tida

ampai dengan ke pangkal lengannya, "San, pundak elu bagus", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda se

a. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak

n kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hin

gan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan unt

tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan i

perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias

, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidun

disertai terbukanya bibir ranum itu. "Ssshh.. acchh.." Kusentuhkan bi

ku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus

u lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas

i menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "Ach.. ach.. ach.." s

alur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah

ngnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "Ach

dan, "Fran.. ugh.." teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar s

lananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang m

tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan s

ang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdir

gahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hi

ertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam dagin

ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas mak

ak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah t

untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya ak

aat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah mel

berikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutny

dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach.. ach.. eehmm", desisnya berirama dan sesaat kemudian ak

enetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang maki

engan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "Eeegghh.." jeritannya tertahan bersamaan dengan meng

t yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai suda

sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kuli

emudian, "Ehmm.. Fran aku bo

um dan menyeka keringat yang

terdiam sejenak. "Yang pertama", kataku meyakinkannya, namun Sa

perjakaku juga elu yang ambil", bisikk

ap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya da

sukai dan

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY