pendek kenikmatan
m pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pes
suara merdu di seb
dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt.. tuutt.
lam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim k
h sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sek
apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekaran
amar jaga aku diketuk d
agak malas untuk bangun
konsul", suara dibalik pintu itu
tku sejuru
tas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesi
ika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil d
i, boleh dibilang hampir putus dan yang ter
ngan dipotong", pinta
arangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mend
an sambil melirik ke status untuk memastikan ba
", sahutn
jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging
uga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin m
lah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik d
eratornya?" tanyaku s
elu aja deh", jawabnya
besar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu.
a mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak
, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari
engar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk ber
di sini?" ta
riksa-periksa dulu terus ngapain elu buka b
embut seraya bergerak ke balik pintu biar tida
ampai dengan ke pangkal lengannya, "San, pundak elu bagus", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda se
a. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak
n kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hin
gan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan unt
tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan i
perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias
, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidun
disertai terbukanya bibir ranum itu. "Ssshh.. acchh.." Kusentuhkan bi
ku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus
u lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas
i menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "Ach.. ach.. ach.." s
alur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah
ngnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "Ach
dan, "Fran.. ugh.." teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar s
lananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang m
tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan s
ang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdir
gahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hi
ertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam dagin
ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas mak
ak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah t
untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya ak
aat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah mel
berikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutny
dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach.. ach.. eehmm", desisnya berirama dan sesaat kemudian ak
enetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang maki
engan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "Eeegghh.." jeritannya tertahan bersamaan dengan meng
t yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai suda
sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kuli
emudian, "Ehmm.. Fran aku bo
um dan menyeka keringat yang
terdiam sejenak. "Yang pertama", kataku meyakinkannya, namun Sa
perjakaku juga elu yang ambil", bisikk
ap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya da
sukai dan