img Godaan Desah Majikan  /  Bab 5 Mahasiswa Magang | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Mahasiswa Magang

Jumlah Kata:1622    |    Dirilis Pada: Hari ini03:06

n, langkah Alda terasa berat ketika melewati pekarangan rumah. Tak ada suara

a napas panjang. Jemarinya lemas membuka kerudungnya, menjatuhkannya begitu saja di atas ranjang, lalu dudu

tentang derita batinya. Ia tahu, Bah Duloh bukan kyai, bukan psikolog. Tapi ada sesuatu dalam diri Bah Du

ntal. Pikirannya melayang-layang, mencoba meredam gejolak yang sedari tadi menggunca

ra riuh di halaman depa

luar lewat celah jendela. Dodi sudah turun dari mobil, lalu membuka pintu belakang. Arga ik

imis dan rapi. Ia mengenakan kemeja kotak lengan panjang yang digulung sampai siku, celana jeans biru gelap, da

i mata yang teduh. Gaya berpakaiannya sederhana tapi bersih dan terawat. Bahkan dari jauh, aura 'anak b

enalin dulu ke istri saya," katanya, kemudian menoleh ke dalam r

, lalu melilitnya seadanya ke kepala tanpa cermin. Perasaannya masih tercekat, entah karena sisa perc

ga sudah berdiri di depan

dia akan bantu di lapangan. Penempatan di unit budidaya

pan. "Assalamuala

engkung sedikit, tidak sepenuhnya senyum, tapi c

Bu. Terima kasih sudah

n. "Tapi karena kamu dititip perushaan ke

agi. Ada sedikit kegugupan di wajahnya, seperti anak muda yang t

dua kamar kosong, kamu pilih aja. Biasanya dipakai mahasiswa magang ju

," jawab E

s, tapi tetap hormat. Tidak dibuat-buat. Tapi justru keso

ulu sama area sekitar. Besok ikut Pak Jamal ke lapa

ak," uj

t Elkan, ya," pinta Arga, lalu menoleh pada Al

h," jawa

Uun membawa nampan berisi dua

ta Mak Uun sambil

gap. "Terim

truksi membereskan kamar yang akan ditempati Elkan. Alda sempa

re itu berbeda. Langit belum berubah warna, tapi

ngar mendekat dari halaman depan. Derak roda besi menghantam kerikil dan tanah pekarangan yan

keluarlah seorang lelaki berperawakan kekar, berkulit legam, dengan topi lapangan dan sepatu bot. Wajahnya keras, tapi sorot

a lantang, berat, menggema

lam!" sahut A

gkit reflek. I

ini Elkan, yang mau magang di Afdeling Barat,"

wah, seolah sedang menilai barang baru. Tapi ekspresinya ti

ya nyali gak kamu, Dek?" tanyan

, lalu menjawab, "Say

ngan gampang ngeluh. Di lapangan, yang d

Elkan diam-diam. Ia tidak tahu kenapa, tapi mendengar suara Elkan berbicara tega

gidul, sementara Alda sudah

samping, biar Pak Jamal gampang koordinasi. Bes

medan." Jamal kembali menatap Elkan. "Bawa sepatu lapangan, ya. Dan jang

," jawab E

rah dapur, menyeka ta

k, Emak antar. Nanti bisa sekalian

ar Elkan cepat-cepat s

Dulu bekas gudang teh, kini sudah direnovasi jadi mess sederhana-bersih, terang, dan cuku

" kata Mak Uun sam

n dan pel menyambut segar. Seprai bergaris biru-putih baru d

, panggil aja Emak.

Terima kas

au betah, tiga bulan bi

itu. Masih tertinggal di ruang tamu-di tatapan singkat Bu

lda berdiri termenung, menatap ke arah mess di sebelah rumah. Tirai tipis di depannya bergoyang pelan tertiup angi

ah masuk kamar dan tidak lupa menutup pintu atau membuka jendela k

ejanya satu per satu. Tidak dengan gerakan menggoda, tidak juga sok gaya-ia hanya sedang

a terpaku adalah apa ya

t rata dengan garis otot yang samar namun jelas, bahu yang lebar dan proporsional. Bukan kekar berlebihan, tapi ter

p sosok asing dari jendela yang tak sengaja terbuka. Ia reflek mundur satu

g lebih rumit dari sekadar melihat tubuh muda laki-laki tak berbaju. Apa yang ba

bil mencoba menenangkan napas yang tak beraturan. Tapi bayangan dada Elkan yang

terjadi hanya dal

duduk di halaman depan, entah sedang membicarakan apa. Suara mereka m

iri sendiri, menahan detak jantung

ali ini ia tidak menangis, tidak pula gelisah seperti saat kembali dari gubug Bah Duloh. Tapi waj

erupai rasa... be

*

a ini pada daftar pustaka

cerita yang paling ba

Cinta Gigo

manku

Nakal Ay

ihan Mam

Menantu

r Besan d

as Para

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY