a ayam berkokok memecah keheningan desa. Namun, Siti sudah terjaga sejak subuh. Tangannya sibuk memasukkan
emana pagi-pagi sudah rapi? Terus, kenapa baju-baju itu dimasu
nek mau ke kota. Kamu di sini aja, ya? Kal
menatap neneknya dengan bingung. "K
tau rencananya untuk mencari Winda, ibunya Nezha. Dengan suara tenang, ia berkata, "Nenek cum
nghampiri Siti. Ia menggenggam tangan neneknya erat-er
"Nezha, perjalanan ini berat. Kamu masih kecil, lebih ba
berkaca-kaca. "Tapi, Nek, kalau Nenek sakit di jalan, siapa yang
enarik napas panjang sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, k
. "Iya, Nek! Aku janji aku
"Kalau begitu, kamu bersiap-siap sekarang. Bawa ba
gkan kehidupan kota yang menurutnya penuh keindahan dan kemewahan. Namun,
--
t tangan neneknya. Matanya berbinar penuh semangat, meskip
sih?" tanyanya polos, sambil mel
hatinya. "Ada yang ingin Nenek temui," jawabny
dengan antusias. Ia melanjutkan sambil membayang
k nyentuh langit! Terus, aku juga mau lihat Monas, Nek. Pasti bagus banget! Kal
rasa sedih karena tidak bisa menjanjikan apa-apa kepada cucunya. Ia ses
tir. "Nenek, Nenek nggak apa-apa
nek nggak apa-apa, sayang. Kamu istirahat saja
punya terang banget, ya? Kayak siang meskipun malam!" ucap Nezha dengan mata berbinar. Ia terus berbicara t
lelap. "Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada hamba. Hamba hanya i
yang tertidur, termasuk Nezha, yang bersandar nyaman di bahu Siti. Siti tetap terjaga, pandanganny
t panjang memecah malam. Bus oleng ke kanan, membuat penumpang yang tertidur terb
indungi cucunya. "Ya Allah, lindungi
Roda-rodanya meluncur di aspal, hin
AK
tubuh para penumpang t
ecah berhamburan, dan tubuh Siti terlempar ke depan. Di saat yang sama, Nezha yang duduk d
Asap tipis mulai keluar dari mesin bus yang hancur, bercampur
yeri di beberapa bagian, kepalanya terasa berat, pandangannya kab
tap berusaha mencari jalan kembali ke bus yang terguling. Ditengah kegelapan malam, ia hamCahaya lampu senter sesekali memerangi lokasi kecelakaan. Nezha mengikuti
terbaring ditanah, sementara yang lain dibantu oleh tim penyelamat. Nezha berla
a!" teriaknya, airm
tanah dengan genangan cairan merah di sekitarnya. Wajah itu, wajah Siti, ne
ris, ia berlari mendekat, teta
biar kami yang urus," ujar seorang p
Aku butuh Nenek!" Tangis Nezha pecah. Ia meronta
ang. Dia tidak merasakan sakit lagi," uc
rus bangun!" Nezha terus meronta, suara
masuk tubuh Siti yang sudah kaku. Nezha hanya menangis m
lagi tubuh neneknya, tangisnya semakin deras. Mereka membawanya ke pos da
a air mineral dan menenangkannya, namun gadis kecil itu hanya bisa menangis,