da yang lebih kecil. Mereka duduk bersila di lantai, sebagian ber
ih, saya bawa teman baru buat kalian semua. Kenalin, nama
mereka penuh rasa ingin tahu, namun ada
k-acakan dan pipinya penuh bekas luka kecil. "Hai nama aku Alin" ucapnya sa
tu dengan gugup. "Aku Ne
m hanya mendengus dari sudut ruangan. "Ngapain juga kenalan? Be
bil melotot. "Nezha baru di s
h." Ia kembali sibuk dengan sesuatu
dia emang gitu orangnya. Jangan dimasukin hati. Kita
an. "Kalian udah lam
tahun. Ada juga anak lain yang udah lebih lama lagi. Kebanya
ba-tiba berlari ke arah Bang Udin sambil menarik ujung
bar, Dandy. Nanti malam kita makan bar
itu. Anak-anak di sini tampak seperti keluarga besar yang dipimpin oleh Udin, Nezha memperhatikan anak-a
alau kamu butuh apa-apa, bilang sama aku aja. Aku biasanya
ah. "Aturan? Maks
juga bakal tau. Tapi yang pasti, di sini gak ada yang gratis. Bang Udi
tanya Nezha, merasa
ri tatapan Nezha. "Besok
mulas, bukan karena lapar, tapi karena r
uara. "Oke, anak-anak. Malam ini kita istirahat dulu. Besok pagi saya
ngguk. "Si
yang tertutup rapat, hatinya penuh kebingungan. Ia mulai bertanya-tanya. "Ya
--
ak nyaman di atas kasur tipis di lantai. Cahaya matahari yang masuk dari jendela ke
ya pelan. "Bangun, Nezha. Bang Udin pasti mau
ngucek matanya. "Siap
Nezha. Hari ini kamu bakal ikut aku dan Daus. Aku akan ajari
i di sana, merokok sambil memegang sebuah tas besar. Di sampingnya,
ada tegas. "Sini kamu. Saya ka
tap tas besar di tangan Udin. "Apa yang h
ni. Hari ini kamu ikut sama Alin dan Daus. Tugas kamu gampang, kamu cuma perlu duduk di tr
Minta-minta, Bang? Ta
tajam. "Saya yang kasih kamu makan dan tempat tinggal. Kalau kamu
engangguk, meski h
h kantong kecil. "Udah, jangan banyak protes. N
hingga tiba di jalan raya yang ramai. Daus memilih tempat di sudu
edih, terus ulurkan tangan kamu kayak gini." Ia mencontohkan dengan gerakan t
tak punya pilihan. Dengan berat hati, ia duduk di tempa
k dan memberikan koin. Setiap kali itu terjadi, Nezha merasa hatinya semakin
m. Ia tersenyum kecil saat melihat kantong Nezha mula
ng yang mereka dapatkan. Ia menyerahkann
lan kamu lumayan juga buat anak baru. Besok kamu ikut Daus ke t
ata apa. Ia merasa lelah, bukan han
n, memeluk lututnya sendiri. Alin menghampir
capnya sambil menyo
"Alin, apa kamu gak pengen keluar dari si
pi kita gak punya pilihan. Di luar sana, gak ada yang peduli sama ki
sadar, hidup di jalanan jauh lebih