menatap kosong ke langit-langit kamar, terbayang wajah neneknya, Siti, yang terakhir kali ia liha
tih Nezha penuh kepedihan, air matanya mengalir tanpa hen
suk ke kamar, ditemani oleh dua perawat. Ia te
ebih baik ya," sapa dokter itu ramah, ia mendekat ke
n mata berkaca-kaca. "Aku...
na perasaanmu sekarang? Ada yang sakit?" tanyanya d
okter. "Nenek aku... Nenek nggak boleh pergi! Aku mau sama Nenek!" uca
dik Nezha, Saya tahu ini berat, tapi dokter dan kakak-kakak di sini akan membantu. Kalau kamu sedih,
angkan. "Adik Nezha, nggak usah takut. Kami semua di sini sayang sam
ah. Ia hanya mengangguk kecil, lalu memalingkan wajah
-
s sosial memasuki kamar. Rambutnya diikat rapi, dan ia mengenakan pakaian formal yang memb
Boleh Kakak ngobrol sebentar sama kamu
"Nama aku Nezha, Kak. Aku mau ketemu Nenek. Aku nggak ma
ahu kamu kangen sama Nenek. Tapi sekarang, kamu harus istirahat dulu ya, supaya lebih
mbicaraan. "Nezha tinggal sama Nenek ya? Ada keluarga lain yang b
jawab dengan suara pelan. "Nggak ada,
"Nggak ada, Kak.Nenek satu-satunya keluarga aku." Ia menarik napas, mencoba menguatkan diri,
inya ikut teriris melihat gadis sekecil ini h
ngung sekarang." Rina menatapnya penuh kehangatan. "Untuk sementara waktu, Kakak akan bawa Nezha ke tempat
zha dengan suara pelan, tat
bermain, belajar, dan beristirahat dengan nyaman. Tapi ini cuma sementara, ya. Kakak a
ahu harus berkata apa. Segala yang terjadi t
sedikit kehangatan di tengah kesedihannya. "Adik yang kuat ya.
diri dan meninggalkan kamar untuk
nyelimuti hatinya. Dunia yang dulu terasa hangat be
l ke sebuah panti asuhan di pinggiran kota Jakarta. Meski masih dirundung kesedihan kar
an baru. Kalau ada apa-apa, bilang ke Bu Asih ya," ujar petugas sosial itu dengan s
tempat tidur bertingkat. Beberapa anak sedang bermain, sementara yang lain sibuk
teman-teman sebayanya, seperti Lili yang ramah dan sering mengajaknya bermain, atau Budi yang selal
a hari-hari berlalu. Nezha mulai melihat
lain juga butuh giliran!" hardik seorang
elum kenyang," u
Kalau nggak cukup, tahan aja. Ja
hwa makanan di panti sering kali tidak cukup, dan an
ghadapi perlakuan keras dari
sentuh!" teriak salah satu anak perempua
.." Nezha mencoba menjelaskan, tapi an
ut sendiri. Kalau nggak, ya nggak usah maina
a mulai merasakan betapa kerasnya hidup di panti, t
ya. Ia memeluk bantal, berharap bisa bertemu neneknya lagi dala
an-lahan menjadi kenyataan. Meskipun awalnya ia merasa sedikit lega karena
uhnya separuh. Di pagi hari, suasana panti terasa riuh, suara anak-anak lainnya berlarian, bercanda, d
hati, saat melihat panti yang lebih mirip dengan te