yang menguras tenaga. Rumah megah Ardi yang dulunya dipenuhi tawa dan rencana masa depan bersama Maya, kini diselimuti aura canggung dan t
diam-diam, terlihat jelas betapa terpukulnya ia dengan kenyataan bahwa putra kesayangannya membatalkan pernikahan dengan seorang wanita yang sudah mereka a
kerja Ardi. Jeda yang panjang menyelimuti pertanyaan itu, seperti badai yang tertahan. "Bukan hanya Maya yang
ya yang terluka dan suara tangisannya akan muncul di benaknya. "Saya tahu, Ayah. Dan saya sangat m
i, kamu mengatakan kamu memiliki perasaan padanya. Apa itu kebena
k bisa berterus terang, tidak bisa mengakui bahwa insiden itu adalah hasil dari kecerobohan d
eyakinkan. "Perasaan itu memang ada. Saya hany
n perdebatan itu. Ada kekecewaan yang mendalam di matanya, k
buatnya nyaman. Setiap sudut rumah ini mengingatkannya pada pernikahan yang gagal, pada wanita lain yang seharusnya menjadi penghuni rumah ini. Ia sering
kompleksitas situasi orang dewasa di sekitar mereka. Mereka hanya senang bisa bermain di rumah yang lebih besar, dengan A
sedang pergi bekerja. Mereka berdua duduk di teras belakang, men
jadi begitu cepat." Ia menoleh ke Rio, matanya menunjukkan kepedihan. "Aku merasa bersalah p
dirimu, Citra. Ini bukan salahmu. Ini murni kesalahan Abang Ard
isik, suaranya parau. "Pernikahan yang tidak didasari
rdi berjanji akan bertanggung jawab. Setidaknya, dia
," Citra membalas pahit. "Keluarganya tidak
tuk diresmikan." Orang tua Citra, meskipun terkejut, merasa sedikit lega dan bangga bahwa putri mereka akan menikah dengan seorang pria kaya dan terpandang seperti Ardi. Mereka t
syukuran kecil yang dihadiri keluarga inti dari kedua belah pihak, dan beberapa teman dekat yang tidak terlalu banyak bertanya. Ardi bersikeras untuk merahas
rhana berwarna putih gading, wajahnya pucat. Ia terlihat cantik, namun pancaran kebahagiaan yang seharusnya ada di mata seora
s kawin tersebut dibayar tunai," Ardi mengucapkan
heningan yang canggung, dan tatapan mata yang bercampur aduk dari para tamu. Ada yang
senyumnya terasa kaku dan tidak sampai ke mata. Citra juga berusaha tersenyum,
Ardi dan Citra tidur di kamar yang berbeda, sebuah kesepakatan tak tertulis yang mereka berdua butu
suh. Mereka jarang berbicara, kecuali tentang hal-hal praktis terkait si kembar atau urusan rumah tangga.
a, saat mereka berdua berada di ruang keluarga, setelah si kembar terti
ong. "Kamu benar, Ardi. Ini t
"Aku tahu maaf tidak akan mengubah apa
hilang, Ardi," Citra membalas, suaranya tenang namun
"maaf" terasa begitu hampa di hadap
a bertanya, menatapnya lurus. "Kita sudah m
s bertanggung jawab padamu. Aku akan berusaha menjadi suami yang baik. Aku
ua tentang uang, Ardi? Aku menikahimu bukan karena uangmu! Aku menik
hu bagaimana caranya membangun jembatan di antara mereka,
ranya lembut. "Aku hanya... aku tidak
a, suaranya lirih. "Mungkin kita hanya harus menerima k
i hidup sebagaimana mestinya. Sebuah k
, menjadi gosip hangat di kalangan sosialita Jakarta. Spekulasi bermunculan, mulai dari Ardi yang selingkuh, hingga Maya yang t
pertanyaan dari berbagai pihak. Ia harus pandai-pandai be
nya salah seorang teman dekat Rio saat mereka bert
Cinta itu memang misterius, kan?
uncul di acara sosial, dan bahkan memblokir semua kontak Ardi. Hati Ardi semakin mencelos setiap ka
rasa sangat terhina dan terluka. Ini menambah beban di pundak Ardi. Ia telah kehilangan Maya, d
i objek bisik-bisik dan tatapan aneh. Beberapa kolega yang dulunya ramah kini menjaga jarak. Proyek-proyek besar yang sehar
pun. Ia tidak bisa menjelaskan kebenaran pada orang tuanya, pada tema
ra sedang duduk di sofa, memandang kosong ke luar je
-baik saja?" tany
merasa lelah. Lelah dengan semua t
lebih buruk, karena ia adalah "orang baru" yang tiba-tiba masuk k
kata, suaranya lembut. "Tapi k
"Bersama? Bisakah kita benar-benar bersama, Ardi?
alu menjadi bayangan yang mengikuti mereka, bayangan yang a
hit di lidahnya. "Tapi aku akan mencoba. Aku akan berusaha. Aku
b, hanya kembali me
r Citra. Ia berdiri di depan pintu yang tertutup, ragu-ragu. Haruskah ia masuk? Haruska
pulas di ranjangnya, dengan Kevin dan Kiki yang tidur di kasur terpisah di lantai, dekat ranjang Citra. Melihat mereka ber
di pipi Citra. Ia tahu, Citra juga menderita. Mungkin lebih dari dirinya. Citra telah kehilangan kehidup
Citra. Sentuhan itu lembut, nyaris tidak terasa. Citra
, suaranya parau. "Aku akan mencoba
adalah satu-satunya janji yang bisa ia berikan. Ia akan menjalani pernikahan ini, ia akan mencoba memban
sekuat dulu. Citra fokus mengurus rumah dan si kembar, yang kini mulai terbiasa dengan lingkungan baru mereka. Rio sering datan
u. Senyum tipis terukir di wajah Citra saat Kevin mengeja kata-kata dengan susah payah. Pemandangan itu, mes
ongak, menyadari kehadiran Ardi. Senyumnya sed
pulang, Ardi
engangguk. "
a menjawab, menunjuk buku di ta
angguk. "
a. Ardi ingin mengatakan sesuatu, ap
imu?" Ardi akh
itra menjawab singk
alah sebuah formalitas, sebuah facade untuk menutupi kebenaran. Tap
aranya lebih serius. "Kita
menunjukkan sedikit kek
mudah. Untukmu, dan untukku. Tapi kita tidak bisa terus hid
ulit diartikan. "Membangun apa, Ardi? D
natapnya lurus. "Membangun pengertian. Mu
agaimana pernikahan ini dimulai. Namun, ia tahu ia harus mencobanya. Demi
secercah keraguan yang mungkin bisa menjadi pintu menuju sesuatu yang lebih baik. Bayangan masa lalu memang masih mengikut