hotel yang megah, kini terasa begitu kosong dan sunyi, meskipun beberapa pasang mata penasaran masih melirik ke arahnya. Hawa dingin AC hotel terasa menusuk tulangn
rah yang mereda menjadi keputusasaan. Ia menepuk bahu Ardi pelan, isya
, Bang?" tanya Rio, suaranya pelan d
bagaimana aku akan memperbaikinya." Ia memejamkan mata, membiarkan air mata yang tadinya ia ta
gingatkan, menatap jam tangannya. "Waktu akad su
ya tentang Maya. Ini tentang orang tua mereka, keluarga besar yang sudah berkumpul dari
p," Ardi berbisik, suara
. "Kamu yang membuat kekacauan ini, kamu yang harus mem
Ardi butuhkan saat ini. Ia mengangguk, menarik napas da
rat, seperti berjalan di atas pecahan kaca. Ardi bisa merasakan tatapan penasaran dan bisik-bisik dari para tamu yang sudah
Suara tawa, sapaan, dan alunan musik tradisional yang seharusnya mengiringi momen s
h familiar yang tadinya tersenyum ceria kini berubah menjadi keheranan. Orang tuanya, orang t
cemas. "Ardi? Kamu kenapa, Nak? Mana Maya? Kenapa kamu
anya memancarkan ketakutan. "Ada apa,
harapan dan kebahagiaan mereka. Ia melihat ke arah Ayah Maya, Pak Bayu, dan Ibu Maya, Bu Laras, yang
Ardi memulai, suaranya serak dan bergetar
ta menatap Ardi, menunggu. Rio berdiri di sam
rnya mengucapkan kata-kata itu. Meskipun ia sudah mengucapkannya pada Maya
. Ada yang terkejut, ada yang tidak percaya, dan ada pula yang
ang kamu katakan, Ardi?! Kamu bercanda, kan?!" teriaknya,
nya. Namun wajahnya juga terlihat sangat tesiksa. "Ardi
skan pada kami! Ada apa sebenarnya?!" Pak Danu bertanya,
benarnya. Tidak di sini, tidak sekarang, tidak di depan semua orang. Ia harus mencari alas
yang terjadi. Sebuah masalah keluarga yang sangat serius dan tidak terduga. Saya tidak bisa menceri
membasahi pipinya. "Ini tidak masuk akal! Semua sudah siap! Pu
kata itu terasa seperti pisau yang mengoyak-oyak hatinya. Maya tidak tahu yang sebe
aya. Ia muncul di ambang pintu, dengan rambut berantakan, wajah sembap, dan mata merah bengkak. Gaun pengantin yang seha
erteriak, menghamb
gkhianatan, dan kesedihan yang tak terhingga. "Kamu pengecut, Ardi!" teriaknya,
-bisik, beberapa mencoba mendekat untuk mendengar
nghampiri Ardi. "Ardi! Jelaskan ini padaku sekar
tidak bisa menyakiti Maya lebih jauh. Tapi ia juga tidak
engucapkan. "Saya... saya tidak bisa melanjutk
mbingungkan semua orang.
a juga dipenuhi air mata. "Ardi, Nak... ap
tahu ia harus pergi. Ia tidak bisa menghadapi ini lebih lama lag
lik dan berjalan cepat keluar dari ballroom, meninggalkan kekacauan dan kebingungan di belak
berjalan cepat menyusuri koridor hotel, turun menggunakan lift, dan keluar dari pintu utama
ikan diri dari kenyataan yang baru saja ia ciptakan. Rasa bersa
a Citra muncul di layar. Ardi ragu-
suaran
engar cemas. "Rio memberitahuku apa yang
aranya putus asa. "Aku sudah
"Kita harus segera membuat keputusa
eputusan untuk menikahi Citra. Sekarang, ia harus me
b. "Aku akan kembali ke hotel. T
uaranya sedikit lega. "A
asti. Ia tahu ia harus menghadapi kenyataan. Ia telah membu
satu sudut, dengan wajah tegang. Ia terlihat sudah rapi, namun ma
i kursi di hadapannya. "Maaf
apa-apa. Bagaimana... bagaimana den
merasakan nyeri di dadanya. "Dia menangis h
tar. "Aku turut prihatin, Ardi
us ke mata Citra. "Ini semua salahku. Aku yang mabuk,
bertanya, suaranya lebih tegas. "Kamu sudah membata
masalahnya. "Aku sudah bilang padamu. Aku a
h kamu yakin, Ardi? Ini bukan pernikahan yang didasari
atunya cara. Aku tidak bisa membiarkanmu menanggung semua i
, suaranya lirih. "Bagaimana dengan hatiku? Bi
ia membangun rumah tangga tanpa cinta? Bisakah ia h
wab, meskipun ia sendiri tidak yakin. "Kita akan b
ya menatapnya dengan tata
mencoba menyusun rencana. "Dan juga keluargaku. Kita haru
uamu?" Citra bertanya. "Mereka pasti sangat terk
erdua memutuskan untuk memulai babak baru bersama. Mungkin kita bisa bilang kita sudah lama punya perasaan satu sama lain, tapi
kit keraguan di matanya. "
rdi bersikeras. "Ini satu-satunya cara
?" Citra bertanya. "Dia s
njawab, yakin. "Dia mengerti situ
hadapi kemarahan Rio. Rio mungkin akan mendukungnya di depa
check-out. Kamu bisa siapkan si kembar. Kita akan pulang ke rumahku. Kita
lah. Aku akan siapkan b
isa berpikir jernih dan bekerja sama. Setidakn
berusaha menenangkan Pak Bayu dan Bu Laras yang masih syok dan marah. May
meluk suaminya. "Bagaimana bisa Ardi melakukan
kan. "Kita harus mencari tahu apa yang seb
ada alasan yang bisa membenarkan ini! Ini
ncoba menjelaskan. "Om, Tante... ada hal mendesak ya
tap Rio dengan mata sembap. "Katak
kakaknya, dan juga Citra. "Saya tidak bisa menceritakannya secara detail sekarang, Tante
a dengan Ardi nanti. Tapi sekarang, kita harus menghadapi para
ka yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan reputasi. Ardi tahu bahwa ia akan menghadapi
lanan menuju rumah Ardi. Di kursi belakang, si kembar, Kevin dan Kiki, sudah
gemudi, sementara Citra menatap keluar jendela, memandangi hiruk
orang tuamu, Citra?" A
"Belum. Aku tidak tahu har
i membalas. "Yang penting sekarang,
enuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Mereka akan menghadap
rasa semakin canggung. Ini adalah rumah Ardi, rumah yang seharusnya ia tempati
asih terlihat lelah dan khawatir. Ia membantu
itra?" tanya Rio, menat
u baik-baik saja, Rio. Teri
leh ke Ardi. "Bang, Ayah dan Ibu sudah menunggu
sesungguhnya. Ia menoleh ke Citra. "Kamu bisa is
tahu ini bukan saat
berdebar kencang. Di sana, duduklah Pak Danu dan
skan pada kami apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa pernika
akan menjadi dasar dari kehidupan barunya. Ia harus meyakinkan orang tuanya
ang rumit terjadi antara aku dan Maya. Kami menyadari bahwa kami... kam
Bu Amira membelalak. Terkeju
u kenal Citra hanya sebagai pengasuh keponakanmu! Bagaimana mungkin ka
i sudah ada sejak lama. Tapi aku selalu menepisnya, karena aku pikir aku harus menikah dengan Maya. Tapi semalam, aku menyada
ikahan karena kamu tiba-tiba menyadari kamu mencintai pengasuh
engar tulus. "Ini adalah kebenaran. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tahu ini me
Nak? Dia pasti hancur. Bagaimana dengan keluarg
gung semua konsekuensinya. Saya akan bicara dengan keluarga Maya. Saya akan meminta
informasi yang baru saja ia dengar. "Jadi... kamu
Citra. Saya ingin bertanggung jawab atas perasaa
dengan tatapan yang sulit diartikan, antara kekecewaan, kemarahan, dan mungkin jug
a berkata, suaranya kini sedikit lebih lembut. "Kamu harus yakin deng
. Jalan yang sulit, penuh tantangan, dan mungkin akan membawa lebih banyak penderitaan. Namun, ia telah membuat janji. Dan j