img Kesalahan di Malam Sebelum Akad  /  Bab 3 Raungan histeris | 15.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 Raungan histeris

Jumlah Kata:2753    |    Dirilis Pada: 09/07/2025

hotel yang megah, kini terasa begitu kosong dan sunyi, meskipun beberapa pasang mata penasaran masih melirik ke arahnya. Hawa dingin AC hotel terasa menusuk tulangn

rah yang mereda menjadi keputusasaan. Ia menepuk bahu Ardi pelan, isya

, Bang?" tanya Rio, suaranya pelan d

bagaimana aku akan memperbaikinya." Ia memejamkan mata, membiarkan air mata yang tadinya ia ta

gingatkan, menatap jam tangannya. "Waktu akad su

ya tentang Maya. Ini tentang orang tua mereka, keluarga besar yang sudah berkumpul dari

p," Ardi berbisik, suara

. "Kamu yang membuat kekacauan ini, kamu yang harus mem

Ardi butuhkan saat ini. Ia mengangguk, menarik napas da

rat, seperti berjalan di atas pecahan kaca. Ardi bisa merasakan tatapan penasaran dan bisik-bisik dari para tamu yang sudah

Suara tawa, sapaan, dan alunan musik tradisional yang seharusnya mengiringi momen s

h familiar yang tadinya tersenyum ceria kini berubah menjadi keheranan. Orang tuanya, orang t

cemas. "Ardi? Kamu kenapa, Nak? Mana Maya? Kenapa kamu

anya memancarkan ketakutan. "Ada apa,

harapan dan kebahagiaan mereka. Ia melihat ke arah Ayah Maya, Pak Bayu, dan Ibu Maya, Bu Laras, yang

Ardi memulai, suaranya serak dan bergetar

ta menatap Ardi, menunggu. Rio berdiri di sam

rnya mengucapkan kata-kata itu. Meskipun ia sudah mengucapkannya pada Maya

. Ada yang terkejut, ada yang tidak percaya, dan ada pula yang

ang kamu katakan, Ardi?! Kamu bercanda, kan?!" teriaknya,

nya. Namun wajahnya juga terlihat sangat tesiksa. "Ardi

skan pada kami! Ada apa sebenarnya?!" Pak Danu bertanya,

benarnya. Tidak di sini, tidak sekarang, tidak di depan semua orang. Ia harus mencari alas

yang terjadi. Sebuah masalah keluarga yang sangat serius dan tidak terduga. Saya tidak bisa menceri

membasahi pipinya. "Ini tidak masuk akal! Semua sudah siap! Pu

kata itu terasa seperti pisau yang mengoyak-oyak hatinya. Maya tidak tahu yang sebe

aya. Ia muncul di ambang pintu, dengan rambut berantakan, wajah sembap, dan mata merah bengkak. Gaun pengantin yang seha

erteriak, menghamb

gkhianatan, dan kesedihan yang tak terhingga. "Kamu pengecut, Ardi!" teriaknya,

-bisik, beberapa mencoba mendekat untuk mendengar

nghampiri Ardi. "Ardi! Jelaskan ini padaku sekar

tidak bisa menyakiti Maya lebih jauh. Tapi ia juga tidak

engucapkan. "Saya... saya tidak bisa melanjutk

mbingungkan semua orang.

a juga dipenuhi air mata. "Ardi, Nak... ap

tahu ia harus pergi. Ia tidak bisa menghadapi ini lebih lama lag

lik dan berjalan cepat keluar dari ballroom, meninggalkan kekacauan dan kebingungan di belak

berjalan cepat menyusuri koridor hotel, turun menggunakan lift, dan keluar dari pintu utama

ikan diri dari kenyataan yang baru saja ia ciptakan. Rasa bersa

a Citra muncul di layar. Ardi ragu-

suaran

engar cemas. "Rio memberitahuku apa yang

aranya putus asa. "Aku sudah

"Kita harus segera membuat keputusa

eputusan untuk menikahi Citra. Sekarang, ia harus me

b. "Aku akan kembali ke hotel. T

uaranya sedikit lega. "A

asti. Ia tahu ia harus menghadapi kenyataan. Ia telah membu

satu sudut, dengan wajah tegang. Ia terlihat sudah rapi, namun ma

i kursi di hadapannya. "Maaf

apa-apa. Bagaimana... bagaimana den

merasakan nyeri di dadanya. "Dia menangis h

tar. "Aku turut prihatin, Ardi

us ke mata Citra. "Ini semua salahku. Aku yang mabuk,

bertanya, suaranya lebih tegas. "Kamu sudah membata

masalahnya. "Aku sudah bilang padamu. Aku a

h kamu yakin, Ardi? Ini bukan pernikahan yang didasari

atunya cara. Aku tidak bisa membiarkanmu menanggung semua i

, suaranya lirih. "Bagaimana dengan hatiku? Bi

ia membangun rumah tangga tanpa cinta? Bisakah ia h

wab, meskipun ia sendiri tidak yakin. "Kita akan b

ya menatapnya dengan tata

mencoba menyusun rencana. "Dan juga keluargaku. Kita haru

uamu?" Citra bertanya. "Mereka pasti sangat terk

erdua memutuskan untuk memulai babak baru bersama. Mungkin kita bisa bilang kita sudah lama punya perasaan satu sama lain, tapi

kit keraguan di matanya. "

rdi bersikeras. "Ini satu-satunya cara

?" Citra bertanya. "Dia s

njawab, yakin. "Dia mengerti situ

hadapi kemarahan Rio. Rio mungkin akan mendukungnya di depa

check-out. Kamu bisa siapkan si kembar. Kita akan pulang ke rumahku. Kita

lah. Aku akan siapkan b

isa berpikir jernih dan bekerja sama. Setidakn

berusaha menenangkan Pak Bayu dan Bu Laras yang masih syok dan marah. May

meluk suaminya. "Bagaimana bisa Ardi melakukan

kan. "Kita harus mencari tahu apa yang seb

ada alasan yang bisa membenarkan ini! Ini

ncoba menjelaskan. "Om, Tante... ada hal mendesak ya

tap Rio dengan mata sembap. "Katak

kakaknya, dan juga Citra. "Saya tidak bisa menceritakannya secara detail sekarang, Tante

a dengan Ardi nanti. Tapi sekarang, kita harus menghadapi para

ka yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan reputasi. Ardi tahu bahwa ia akan menghadapi

lanan menuju rumah Ardi. Di kursi belakang, si kembar, Kevin dan Kiki, sudah

gemudi, sementara Citra menatap keluar jendela, memandangi hiruk

orang tuamu, Citra?" A

"Belum. Aku tidak tahu har

i membalas. "Yang penting sekarang,

enuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Mereka akan menghadap

rasa semakin canggung. Ini adalah rumah Ardi, rumah yang seharusnya ia tempati

asih terlihat lelah dan khawatir. Ia membantu

itra?" tanya Rio, menat

u baik-baik saja, Rio. Teri

leh ke Ardi. "Bang, Ayah dan Ibu sudah menunggu

sesungguhnya. Ia menoleh ke Citra. "Kamu bisa is

tahu ini bukan saat

berdebar kencang. Di sana, duduklah Pak Danu dan

skan pada kami apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa pernika

akan menjadi dasar dari kehidupan barunya. Ia harus meyakinkan orang tuanya

ang rumit terjadi antara aku dan Maya. Kami menyadari bahwa kami... kam

Bu Amira membelalak. Terkeju

u kenal Citra hanya sebagai pengasuh keponakanmu! Bagaimana mungkin ka

i sudah ada sejak lama. Tapi aku selalu menepisnya, karena aku pikir aku harus menikah dengan Maya. Tapi semalam, aku menyada

ikahan karena kamu tiba-tiba menyadari kamu mencintai pengasuh

engar tulus. "Ini adalah kebenaran. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tahu ini me

Nak? Dia pasti hancur. Bagaimana dengan keluarg

gung semua konsekuensinya. Saya akan bicara dengan keluarga Maya. Saya akan meminta

informasi yang baru saja ia dengar. "Jadi... kamu

Citra. Saya ingin bertanggung jawab atas perasaa

dengan tatapan yang sulit diartikan, antara kekecewaan, kemarahan, dan mungkin jug

a berkata, suaranya kini sedikit lebih lembut. "Kamu harus yakin deng

. Jalan yang sulit, penuh tantangan, dan mungkin akan membawa lebih banyak penderitaan. Namun, ia telah membuat janji. Dan j

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY