a Ara. Ia datang lebih awal ke sekolah, berharap bisa duduk ten
rdengar di belakangnya. Ia tak perlu menoleh.
a
ranya datar, tapi terdengar
"Iya. Tapi gue ngga
mengarah ke papan tulis kosong. "
nyit. "Per
um biasa. Itu senyum yang bikin jantung Ara berdebar-bukan karena suka, tapi karena takut. Seperti melih
tang di hid
ang, lo jadi
gan apa yang baru saja ia dengar. Dia
perti bisikan dingin. "Serius. Dan semua o
sepenuhnya paham apa yang sedang terjadi. Saat guru mul
beneran c
ama cewek bias
ah deket sama s
u apapun. Belum paham permainan ini. Tapi satu hal
elas, Ara mencoba pergi lebih cepat. Tapi langkahnya dicegat oleh d
yang satu, sorot matanya men
udah. "Gue...
hong, lo bakal nyesel. Dan kalau lo bener..
ng B
pat, Ray muncul dari ujung lorong dengan senyum datar. Senyum yang ta
ya-bingung,
kalinya, dia ber
sebenar