ern. Di atas ranjang, Adara Paramitha menggeliat pelan, merasakan kehangatan yang familiar memeluknya. Ia membuka mata,
buah mahakarya yang menawan. Bagi Garen, Adara bukan hanya seorang istri; ia adalah inti dari setiap mimpinya, inspirasi di balik setiap ga
, dan disiplin yang ketat. Namun, sebuah cedera lutut mengakhiri kariernya. Saat itulah Garen datang, tidak hanya menyembuhkan luka fisiknya, teta
aroma kopi hangat adalah sapaan terbaik untuk memulai hari. Saat air mendidih,
h cinta. Ia menarik Adara ke pelukannya, menciumnya da
menyukai pelukan pagi itu. "Kau harus berangkat kerja. Bukankah h
rsitek. Ia adalah arsitek utama yang ditunjuk oleh pengembangnya, seorang konglomerat kenamaan yang dikenal sangat perfeksion
n berkata, tatapannya menyiratkan ambisi yang membara. Ia adalah seorang yang berdedikasi
ren berpamitan. Ia memeluk Adara erat, menciumnya lam
" bisik Garen, menatap m
ab Adara, membalas tatapan tulus
. Adara kembali ke dalam, memulai hari dengan rutinitasnya. Ia tidak t
ngan kota yang terbentang luas di hadapannya. Ia adalah seorang pengusaha properti kenamaan, dengan kekayaan yang tak terbatas dan r
u dan sederhana yang berasal dari sebuah desa kecil di Jawa Tengah. Kirana tidak terbiasa dengan kemewahan, dan ia sering merasa se
, suaranya lembut, matanya menatap Rian penuh harap. Ia tidak men
proyek-proyek ini sudah selesai, kita akan beli rumah di
tu, ada dunia yang tak ia pahami, dunia yang penuh dengan intrik dan persaingan. Kirana hanyalah tit
sana," Rian berkata, suaranya kembali ke nada profesional. "Ada ars
alan lancar, agar mereka bisa segera membangun rumah impian mereka di desa, jauh dari semua masalah ini. Ia tidak tah
Garen. Ia ingin merayakan kesuksesan proyek Menara Kencana. Ia akan memasak pasta
Nama yang tidak dikenal muncul di layar. Adara mengangka
ya Adara Wijaya?"
?" Adara menjawab, hatinya tib
uan Garen Wijaya, mengalami kecelakaan di lokasi p
Ia tidak bisa berpikir, tidak bisa bernapas. Suara di ujung telepon terdengar seperti den
engemudi dengan panik, melewati kemacetan yang terasa seperti neraka. Air mata
urat. Di sana, ia melihat Garen terbaring tak berdaya di atas ranjang, selang infus menempel di tangannya,
berapa bagian, dan cedera serius di sumsum tulang belakang. Kondisinya sangat kritis. Kami sudah melakukan yang terbaik. Namun,
iliki tabungan, tetapi tidak akan cukup untuk menutupi biaya yang disebutkan dokter. Ia merasakan keputusasaan yang lua
namun tidak ada yang bisa membantunya dengan jumlah uang sebanyak itu. Ia merasa sendiri, pututinggi dengan setelan mahal berdiri di sampingnya. Matanya yang tajam menatapnya lekat-lekat,
anya pria itu, suaranya tenang dan dalam
ngguk, masi
ana. Adara membacanya: Rian Kusuma, CEO PT Kencana Properti. Na
nnya tak beranjak dari Adara. "Saya pengembang pr
menyebabkan suaminya berada di sini. Pria inilah
melanjutkan, suaranya datar. "Asalkan... Anda bersedia bertemu
tidak bisa ia mengerti. Itu adalah tatapan seorang pria yang menginginkan sesuatu, dan ia tidak akan berhenti sampai mendapatkannya. Sebuah