g penuh kepalsuan. Pagi hari ia adalah Adara Wijaya, istri setia yang menunggui suaminya, Garen, yang terbaring koma. Sore harinya, atau kapan pun Rian memerint
pakaian terbaik dari lemari yang telah disiapkan Rian di kediaman barunya, riasan tipis menutupi rona pucat di wajahnya, dan senyum palsu tersunggin
melihat Kirana menyambutnya dengan senyum polos dan ramah. Kirana, mengenakan gaun sederhana
ya ceria. "Selamat datang! Bang
senyum. "Terima kasih, K
k Rian yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi netral. "Bang Rian bila
ni salah satu arsitek terbaik yang aku tahu. Kami akan mengerjakan proyek pemb
an tidak punya latar belakang arsitektur. Ia hanya seorang p
esekali melempar senyum yang hanya Adara yang tahu maknanya: sebuah peringatan akan janji yang telah ia buat. Kirana mendengarkan denga
yang mendalam tumbuh di hati Adara untuk Kirana. Ia tahu bagaimana rasanya mencintai dengan tulus, dan ia tidak ingin Kirana mengalami penderitaan yang sama s
sisi Garen, dan menangis. Ia akan meminta maaf berulang kali pada suaminya yang tak sadarkan d
n. "Aku tahu ini salah. Aku tahu aku mengkhianati
n di sekelilingnya yang berbunyi, seolah menjadi
atau 'penasihat proyek'. Adara harus belajar banyak hal tentang dunia properti, tentang bagaimana berinteraksi dengan para konglomerat, dan bagaimana
a beberapa relasi pentingnya. Kirana juga ada di sana, mengenakan gaun i
g pinggang Adara di depan para tamu. Tangannya terasa dingin dan posesif di kulit Adar
rana sedang berbicara dengan seorang wanita, namun sesekali melirik ke arah Rian dan Adara. Ada secer
ra. Santai saja. Nikmati pestanya," bisiknya, suaranya pelan n
uk tersenyum lebih lebar, berbicara lebih luwes. Ia menari dengan Rian, tertawa pada lelucon
iap kali Kirana tersenyum padanya, setiap kali Kirana berbicara tentang rencana masa depannya dengan Rian, Adara merasakan ha
lobi penthouse Rian, Kirana datang mengh
erbakat," Kirana memulai, wajahnya polos. "Tapi aku belum pern
k punya. Ini adalah jebakan kecil ya
lioku saat ini sedang di-update. Ada beberapa proye
iklah kalau begitu." Ia tidak terl
ndapat Kakak. Terkadang aku merasa seperti orang asing di tengah obrolan k
selalu bicara tentang betapa berartinya dirimu baginya, tentang rencana masa depan kalian." Adara mencoba meya
irana berbinar. "D
ng kau adalah nafas segarnya dari dunia yang rumit ini. Di
ebohongan itu, menipu Kirana, demi menjaga rahasianya. Tapi ia juga tahu, Rian m
dan Kirana yang sedang berbicara. Rian tidak suka Adara terlalu
lesai," Rian berkata datar.
sakan mata Kirana mengikutinya hingga ia masuk ke
asi. Jari-jarinya kadang bergerak, dan monitor otaknya menunjukkan aktivitas yang lebih baik. Ha
an, semakin Adara merasa terbebani oleh rahasia yang ia pikul. Bagaimana jika Garen terbangun?
an di rumah sakit. Ini adalah pertama kalinya Rian datang k
pan menilai. "Kau terlihat lebih kurus, Adara. Kurangi kunjungan ke ru
n di samping suami saya. Dan saya tidak akan pe
ak. Anda adalah istri saya. Dan saya tidak suka istri saya terlihat sepert
Rian dengan kasar.
melupakan siapa dirimu, tapi jangan lupa siapa aku. Aku yang me
. Ia membenci Rian, membenci diriranya bergetar. "Jangan pernah melibatkan Garen
bersikap, Adara." Ia membalikkan badan dan perg
pernikahannya dengan Rian semakin membebani dirinya. Ia tahu, suatu hari nanti, kebenaran ak
nya, dan mungkin, sebuah kesempatan untuk berjuang demi kebahagiaannya yang telah lama hilang. Namun, untuk saat ini, ia