map coklat yang berisi dokumen-dokumen lamaran kerjanya d
aline memandang kantor salah seorang kolega ayahnya miris. Tidak ada yang bersedia menolongnya saat keluarganya te
or itu juga bukan sembarang kantor. Mainkan kantor-kantor rekanan ayahnya sebelum ayahnya jatuh bangkrut. Raline mengira, dengan melamar pekerjaan di kantor-kantor yang dulu pernah dibantu oleh ayahnya, niscaya dirinya akan diterima. Min
minta-minta apapun pada Mas Axel. Khususnya meminta uang. Tolong, punguti sedikit saja harga diri yang masih ada di diri kita. Mas Axel sudah tahu kalau Raline ini bodoh. Aya
ak. Mungkin sebentar lagi keduanya akan diputus. Debt collector juga sudah berkali-kali mempermalukan ayah, kar
i pekerjaan demi kelangsungan hidup kita. Ayah
yakin, kamu akan menyerah sebelum mulai berjuang. Ayah sangat mengenalmu. Jangan memaksakan diri. Kamu itu
ya seperti apa, Yah. Yakinlah, Raline pasti akan
in kembali terngiang-ngiang di benak Raline. Dirinya sendiri yang bersikukuh
dan ada uangnya. Yang penting ia mau usaha. Hasil akhirnya biar Tuhan saja yang memperhitungkannya. Soalnya masalah hitung menghitung, dirinya memang pa
melanjutkan langkah ke trotoar. Lebih baik ia menunggu angkutan umum di halte d
menjadi tenaga marketing seperti yang diinginkannya, menjadi OG pun dirinya rela. Yang penting ada gajinya. OG itu juga pekerjaan penting. Bayangkan, akan ja
mbuat orang-orang lebih memilih berdiam diri di rumah atau kantor. Tidak sepert
a luar biasa. Rambutnya pasti juga sudah lepek karena keringat. Ditambah rasa lapar yang memilin-milin perutnya Raline merasa sungguh tersiksa. Menjadi orang miskin seperti ini rup
i tangan remaja laki-laki itu menenteng sebuah bungkusan. Ketika bungkusan itu dibuka, isinya adalah nasi bungkus es teh manis, dan air
l
rus kemudian giliran perut Raline yang bergemuruh. Bagaimana perutnya tidak berbunyi. Sang remaja lelaki
g remaja putra berbasa
. Beberapa saat kemudian, perutnya kembali bergemuruh. Dirinya memang lapar. Tadi pagi ia memang tidak sempat sarapan, s
" tanya sang
ine cepat sambil m
angguk?" sang remaj
harus berbohong. Istimewa keadaannya sedang lapar begini. Kalau o
Dirinya tidak boleh mengeluh. Bukankah dirinya semalam begitu jumawa mengaku ak
n. Kedua matanya yang digambari dengan c
ri pekerjaan." Raline memutuskan untuk jujur saja. Otaknya tidak sampai, kalau harus berbohon
ini Raline mengenakan set blazer tweed merek Chanel. Penampilannya meneriakkan hoyang kayah. Tas chanel maxinya saja yang kw. Itu pun mirror quality. Alias
t bahu pasrah. Dirinya dulu memang kaya bukan? Walau dulun
menuduh. Ia kemudian mencuci tangan dengan plastik yang berisi air putih. Melipat
tua Kakak banyak hutang iya. Gaya hidup kami yang borjuis iya juga. Pokok
sa uang. Saya belikan makanan
Kakak? Memangnya kamu banyak duit apa? Sepengliha
kaya. Tetapi karena saya tahu bagaimana rasanya lapar tapi ti
mau menerimanya kalau Kakak tidak
ia melihat wajah sang remaja putra yang diwarnai bagai p
orisnya. Juga cat untuk merias wajah sepertimu. Boleh tidak
a putra mengerutkan kening. Ia tidak yakin kalau gadis can
adi badut begini 'kan tidak butuh keahlian. Yang dibutuhkan hanya berani malu, bertingkah lucu dan panas-panasan. Betul tidak?" Raline yang sedang hopeless memutuskan akan menjadi badut
g pemuda antara yakin dan tidak yakin. Ia masih belum percaya kalau kakak cant
siapa?" Rali
, anak-anak jalanan untuk bertahan hidup. Misalnya dengan mengajari kami menjadi badut dalam acara-acara ulang tahun dan event-event tertentu. Mengajar
ggar ini be
erja dengan Bang Ali. Kamu mau m
di badut tidak? Kata Bang Ali menjadi badut i
kankah badut selalu memb
nyedihkan. Karena ia tertawa di luar namun
ini. Ia tidak perlu berperan. Ia hanya menjalani hari-harinya seperti
ta temui Bang Ali. Oh ya, nam
aja saya b