img Suamiku Dingin, Hatinya Beku  /  Bab 2 Adam mungkin hanya kelelahan | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 Adam mungkin hanya kelelahan

Jumlah Kata:2078    |    Dirilis Pada: 19/07/2025

lum matahari terbit. Ada sisa-sisa harapan, keyakinan naif bahwa mungkin, hanya mungkin, ini semua hanyalah mimpi buruk yang akan sirna saat fajar menyingsing.

. Kopi hitam tanpa gula, sarapan ringan, sepertinya Adam bukan tipe pemakan berat di pagi hari. Aurora memutuskan untuk membuat sandwich panggang sederhana dengan keju mozza

u disetrika dan celana bahan yang rapi. Ia berhenti sejenak, melirik meja makan yang sudah tertata, lalu menatap

ya dingin dan tanpa ekspresi, se

gup kencang. "Sudah, Adam. Aku membuat

letakkannya kembali dengan desah napas berat. "Kopinya terlalu encer," katanya, nada suaranya lebih sep

dak menunjukkan kekecewaannya. "Maaf, Adam. Aku tidak tahu. Aku

g Adam. "Aku akan sa

i suite. Suara pintu tertutup menandakan kepergiannya. Aurora terdiam, mematung di dapur. Sarapan yang ia buat dengan segenap harapan kini tergeletak dingi

nyaman. Ia mempelajari apa yang Adam sukai dan tidak sukai dari pembicaraan yang tak sengaja ia dengar Adam lakukan di telepon, atau dari kebi

kedatangan Adam pulang kerja. Ia akan tersenyum, menyapa den

ewatinya begitu saja, seolah Aurora adalah bagian dari perabotan. Ruang tamu yang sudah Aurora tata sedemikian rupa, dengan bantal-bantal empuk dan buku-buku yang ia pikir akan menarik minat Adam, tak pernah disentuh.

n selalu berhasil membuat ayahnya lahap. Ia menata meja dengan indah, menyalakan lilin, dan bahk

eak untuk makan malam

a sekilas. "Aku sudah

berdesir. "Janj

ke kamarnya untuk berganti pakaian. Ia keluar

kan di rumah?" tanya

. Aku

sempurna, dengan steak yang kini mendingin. Air mata kembali membasahi

rlanjut. Adam tak pernah ragu melontarka

tanya suatu pagi, setelah mencicipi sup ayam bua

erawat tempat tinggal, ya?" ejeknya ketika meli

ndan sedikit, mengenakan gaun selutut yang cantik dan membiarkan rambutnya terurai. Ia

?" Nada suaranya sinis. "Seharusnya kau lebih memikirkan cara membersihk

anya ingin Adam melihatnya, hanya itu. Rasa sakit ha

ngan udang, cumi, dan berbagai bumbu rempah. Ia tahu Adam menyukai masakan Asia. Ia bahkan sudah belajar resep dari koki hotel khusus untuk ini. Aroma harum

a di ambang pintu, seperti biasa. "Selamat datang kembali,

ihat piring nasi goreng yang mengepul, aromanya begitu menggoda. Namun, Adam ti

gan aroma hangat nasi goreng. "Nasi goreng? Kau benar-be

nasi goreng seafood, Adam. Ak

urora sempat berpikir Adam akan mencicipinya. Namun, dengan tatapan lurus ke mata Aurora yang membelalak, Adam berjalan menuju tempat sampah di dapur, lalu membuang seluruh isi

a Adam, tanpa sedikit pun penyesalan di wa

matanya, tapi kali ini, bercampur dengan rasa marah yang luar biasa. Itu bukan hanya nasi goreng.

urora, suaranya bergetar menahan ta

"Aku tidak suka. Aku tidak akan memaksak

un menawarkan Aurora. Aurora hanya duduk di ruang tamu, air matanya tak henti mengalir, menyaksikan Ad

a, seorang wanita bernama Stella, yang Aurora tahu adalah arsitek sukses yang sering berkolaborasi dengan Adam. Adam sering menyebut namanya, selalu dengan nada pr

idangan istimewa, sup asparagus krim, salmon panggang, dan salad segar. Ia bahkan

n senyum menawan. Ia mengenakan gaun kantor yang sangat modis. Senyumnya ramah

la ramah kepada Aurora, mengulurka

si Adam cepat.

, menjabat tangan Ste

haan. Adam tertawa lepas, sesuatu yang tak pernah Aurora lihat selama mereka bersama. Ia bahkan melontarkan lelucon-lelucon ringan yang membuat Stella terkikih. Aurora hanya duduk di

ji masakan Aurora. "Sup asparagusnya enak sekali,

a, aku lebih suka masakan restoran. Tapi, ya, kadang-kadang butuh variasi." Kalimat itu

dai sekali memasak." Ia melirik Aurora dengan senyum simpul, se

am berkata kepada Stella, "Mungkin lain kali, kita bisa membahas proyek ini d

di tangannya. Ia menahan napas, berusaha tetap tenang. Malam itu, ia menyadari, ini bukan hanya tentang ketidaksukaan Ada

ya, mengunci diri seperti biasa. Aurora tetap di ruang makan, membereskan piring-piring

ngan langkah gemetar, Aurora berjalan ke kamar Adam. Ia

unya!" panggilny

ni

anya mengalir deras. "Adam! Ak

bang pintu, wajahnya menunjukkan kejengkelan yang kentara. Ia

aranya tajam, sarat amarah. "Kau

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanyanya, suaranya

ahmu? Salahmu adalah kau ada di sini.

Aku memasak untukmu, membersihkan rumah, mencoba bicara denganmu. Tapi kau selalu mengabaikanku, menghinaku, bahkan membuang masakanku di

penuh keputusasaan. Aurora menatap Adam, berhar

yang menusuk. Adam menatapnya dengan tatapan j

ata-katanya menggores jiwa Auror

, suaranya rendah namun penuh penekan

au. Itu bukan hanya penolakan, tapi pernyataan kebencian ya

ria yang kini menghancurkannya tanpa ampun. Ia tak bisa lagi menahan isakannya. Tangisnya pecah, lebih keras, lebih pilu dari sebelum

rora sendirian, terisak di lorong yang gelap, dengan hati yang hancur berkeping-keping. Di luar, kota masih bersinar terang, namun di dalam suite itu, hanya ada

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY