fa, menangis hingga kelelahan, lalu jatuh tertidur dalam dekapan kehampaan. Pagi harinya, ia bangun dengan kepala pening dan hati yang ma
idak pernah mencapai matanya. Ia bergerak seperti bayangan di rumah yang terasa semakin luas dan dingin. Adam tetap acuh tak acuh, setiap interaksi di antara mereka hanya sebat
kompleks, pasien-pasien yang membutuhkan perhatian, dan tuntutan akademik yang tinggi, semua itu menjadi distraksi yang menyelam
ramah. Sejak awal mereka berinteraksi, Reyhan selalu memperlakukan Aurora dengan hormat, penuh perhatian, dan tanpa prasangka. Ia adala
bersama. Obrolan mereka ringan, sering kali diselingi tawa. Reyhan adalah orang pertama yang membuat Aurora tertawa lepas sejak pernikahannya. Ia tidak berusaha menjadi lebi
n suatu pagi, saat mereka bertemu di
is. "Sudah, kok, Rey
ya. "Kau terlihat tertekan b
puk." Ia tidak mungkin menceritakan tentang pernikahan nerakanya
berkata lembut, lalu menyodorkan sekotak su
menghangat perlahan. Ia tidak merasakan ketertarikan romantis pada Reyhan, tidak sama sekali. Ia hanya merasa nyaman, merasa diharga
uh tak acuh di rumah, ia adalah pria yang sangat jeli dan memiliki jaringan informasi yang kuat. Ia sering mendengar bisik
si sebuah vas bunga kristal yang cantik dengan ukiran yang rumit, dan sebuah kartu kecil terselip di antaranya. Ad
dam dingin, berdir
enyembunyikan kartu itu. "Oh, ini... ini
n? Sejak kapan temanmu memberimu hadiah semewah ini?" Ia meraih vas
"Dia memberikannya sebagai ucapan terima kasi
ring mendengar nama itu. Rekan koas Aurora yang selalu menelepo
nyum saat menatap vas itu. Dan setiap kali ia melihat senyum itu, perut Adam terasa mual. Ia tidak bisa menjelaskan mengapa. Itu bukan cemburu, ia me
dan mendengar tawa Aurora yang renyah berasal dari balkon. Aurora sedang duduk di sana, memegang ponselnya, tertawa kec
nsel Aurora. Aurora sedang melakukan video call. Wajah
masih tersisa tawa. "Kau harus lihat ekspres
ali menguasainya. Dengan gerakan cepat dan kasar, Adam me
yang kau
lu jarinya dengan cepat menggeser layar, membuka aplikasi pesa
ngkuhan. Hanya percakapan dua orang teman yang saling mendukung. Namun, bagi Adam, otaknya menginterpretasikan itu semua dengan cara lain. Ada rasa panas yang membakar di dadanya. Ia tidak bisa menam
akukan di belakangku, Nyonya Dirgantara?" Nada suaranya rendah, penuh ancaman. "
bali. "Apa yang kau bicarakan? Reyha
njauhkannya dari jangkauan Aurora. "Teman macam apa yang mengirimimu
a perhatian, Adam! Dia memperlakukanku seperti manusia!
anusia, ya?" Adam tertawa sinis, tawa yang tidak ada kehangatannya sama sekali. "Lalu kenapa kau masi
dari Reyhan, yang mengucapkan terima kasih atas bantuan Aurora dalam sebuah tugas, dan diakhiri dengan e
nya menggelegar di suite mewah itu. Ia tidak lagi bisa
itu. "Apa yang kau katakan?! Tentu saja tidak! A
au begitu nyaman tertawa dengannya? Kenapa kau simpan vas bunga
as. Itu adalah penghinaan paling kejam yang pernah Adam lontar
istal pemberian Reyhan yang masih terpasang mawar putihnya. Dengan langkah
Jangan se
ggi, lalu membantingnya ke lantai dengan sekuat tenaga. Suara pecahan kaca memekakkan telinga, berge
ing bersamanya. Itu adalah satu-satunya benda di rumah itu yang memberinya
ngal. "Hukuman karena berani-beraninya men
ar. "Aku tidak murahan! Aku tidak pernah berselingkuh! Kau yang menjadikanku seperti ini! Kau yang
ali dalam sorot matanya, amarah yang menutupi emosi lain yang lebi
ngan kekuatan penuh. "Kalau kamu butuh pelampiasan, silakan tidur dengan siapa saja. Deng
ini dengan mulut tertutup! Jangan pernah kau berani mencoreng nama Dirgantara dengan perbuata
inya izin untuk berbuat dosa, hanya demi menjaga nama baiknya sendiri. Itu bukan izin, itu adalah penghinaan. Penghinaan tertinggi yang bisa seorang suami berikan kepada istr
isa harapan, tidak ada lagi jejak-jejak cinta yang mungkin bisa tumbuh. Hanya ada kehancuran yang menyakitkan. Ia
ng telah ia timbulkan. Ia berbalik, meninggalkan Aurora sendirian di antara peca
ang peduli? Apa gunanya berjuang jika hasilnya hanya penghinaan? Di tengah kegelapan yang menyelimuti suite, Aurora merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang ma