pukul delapan diantar Andri, sa
angunan tua berdinding kayu, atap seng plastik, dan pintu tipis dengan kait seadanya. S
sering memantulkan bayangan Vina ke dinding seng. Malam itu, seperti biasa, ia sedang menghitung uang untuk beli pu
ip istriku?' Se
an manusia di dinding belakang sedang mengintip. Posisi mereka memung
i Dayat, si Haikal dan si Daren
g lain-perasaan getir yang juga mendebarkan. Ia tahu seharusnya marah, tapi tubuhnya ju
pasti melihat tubuh istrinya lebih dari yang seharusnya, bahkan bisa jadi mereka mengintip sambil melakukan ritual lain. Dan anehny
i tubuhnya yang masih basah. Aroma sabun dan uap hangat dari kamar mandi masih
pelukan. Nafasnya berat, dadanya naik turun. Vina sempat terkejut, tapi tak melawan. Sebagai istri, ia hanya bisa mener
nyak hal sekaligus. Seolah ingin menghancurkan rasa cemburu, mendominasi dan hasrat
detik yang bahkan penisnya belum masuk ke vagina istrinya, ia sudah
ngit-langit kamar yang kosong. Tak ada amarah, tapi juga tak ada se
kotoran lagi, mending kalau memuaskan. Masa
aku Vin. Aku terlalu bernafsu dan terb
enutupi sebaian tubuhnya yang dingin, bukan karena uda
irannya tak bisa berhenti bekerja
ekanan benda hangat di perutnya. Juga... saat dia turun dari motor terlihat sesuatu yang menyembul j
dan keras banget, bed
erkulai. Menggigit bibir, menahan sesuatu yang tak bisa ia jelask
kirin dia? Gila... i
in cepat. Dada kirinya terasa hangat, sementara d
uan. Badannya masih kokoh, dan kalau lihat cara
wajah dengan
i... siapa yang gak bakal membandingkan ka
lah merapikan pakaian, dia berjalan pela
h, menatap kebun gelap yang hanya diterangi cahaya bulan sepenggal. Telinganya masih
buka. Berkali-kali. Helaan n
n makin parah!" bisikn
enggertakkan giginya. Bayangan dua sosok yang tadi mengintip istrinya terus menghantui pikiran
entara aku tak mampu bertahan lebih lama dari sekejap? Apa aku sudah menj
putar menebak-nebak sia
an ojek Vina saat berangkat dan pulang kerja. Mereka memang terkenal agak kurang a
dengan santai. Kadang numpang ngopi, kadang cuma main gitar di teras sambil ngobrol ngalor-ngidul. Mereka juga tahu kebiasaan
n-jang
ayap dari ulu hati ke tengkuknya. Angin malam makin
tu?" gumamnya lirih. "Atau... jangan-jangan dia s
i ia juga dihantui perasaan bahwa dirinya hanya seperti pagar... sementara tamannya terus diinca
akhluk hidup yang mengintai dari balik gelap. Tak ada suara selain desir angin dan decit langkahnya di atas ta
api setidaknya untuk menatap wajah mereka, memastikan mereka atau bukan yang tadi
i hanyalah keheningan. Lampu-lampu rumah mereka sudah padam. Tak ada
pundaknya-ketika matanya menangkap gerakan samar di ujung
n napas, menyempil di balik pohon jambu yang rimbun. Ia
cekatan menyelinap masuk lewat pintu samping yang hanya ditutup tirai bambu. Jantung
dak tanpa suara. Matanya tak berkedip, menatap warung yang kini menela
Dunia kampung yang dulu ia anggap tenang, ternyata penuh dengan racun dan kepalsuan. Dan
gnya sendiri. Ia menahan napas, tubuhnya menempel di dinding warung yang cat k
ingan. Tapi tak lama kemudian, nada itu berubah. Sahutan desahan tert
ng di bawah matahari. Ada bagian dari dirinya yang ingin segera pergi, berpur
dari lampu pijar, menciptakan suasana remang dan bayangan yang menggelisahkan. Dan saainya mengangkang. Sementara Andri, sang menantu berlutut di depannya dengan kepala bergerak-gerak, seperti
bagian tubuh Bu Susi yang ternyata sudah tak tertutup sehelai benang pun. Dan tubuh
hlak!" kecam Ryan dalam hati. Namun matanya tak bisa
*
lanjutnya terdapat adegan dewasa yang eksplisit, tanpa sensor yang memang diperun
ikan beberapa novel yang
ihan Mam
as Para
Menantu
Liar Ist
irahi Kampun

GOOGLE PLAY