unggal keluarga Evander yang terpandang. Namun, gelar itu tak lebih dari belenggu yang kini mengikatnya. Belenggu yang disebut perjodoha
meja rias. "Kenapa harus aku yan
s berhadapan dengan bahaya. Tapi kali ini, ia merasa tak berdaya. Keluarganya, terutama sang Ayah, menuntutnya untuk sege
ekspresi. Michael Jackson, pria yang tak pernah ia temui seumur hidupnya, k
an ini terjadi," gumamny
t, seolah-olah ia seorang tahanan. Para penjaga, pelayan, bahkan supirnya, semua diperinta
dipatahkan. Setiap pagi, ia akan bangun dengan kebencian baru, keben
yang paling ia benci akhirn
ambutnya di sanggul rapi, gaun pengantin berwarna putih gading membal
sangat cantik," puj
kini terlihat seperti boneka. Wajah yang dipaks
a dengan suara dingin. "Ak
Mereka tahu siapa Alana, gadis yang diken
yan menghampirinya. "Nona, sudah wak
erak tanpa emosi. Ia dituntun oleh pelayan itu menuju altar. Sepanjang perjalanan, ia melih
r, wajah-wajah yang ia kenal sejak kecil. Namun, tak ada satupun yang peduli pada penderi
chael Jackson. Pria yang akan men
nya yang tampan terlihat dingin, tak ada senyum sedikit pun di bibirnya. M
bisik Michael saat Alan
i membalas. Ia tak sudi m
kata-kata sakral. Namun, Alana tak mendeng
nya, tiba sa
gkau dengan anak saya Alana Evander binti Tuan Evander,
us jiwanya. Alana menahan napas, berharap ia salah mengu
na Evander binti Tuan Evander denga
an tegas, tanpa keraguan sedikit
ahan, akhirnya jatuh. Ia kalah, ia tak berdaya. Ia kini
datangani buku nikah. Ia mengambil pena, tangannya
a tertawa, menari, dan menikmati hidangan yang mewah. Para warta
nya mendekat. Alana mencoba melepaskan di
el di telinganya. "Tersenyum, Ala
kan. Ia melihat wajah-wajah bahagia di sekelilingn
Alana mendekat, menundukkan kepalanya, dan mencium bibirnya. Ciuman itu t
tengkuknya, memperdalam ciuman itu. Ia merasa mual,
ia bisa kabur dari neraka ini. Namun, ia tahu, ini hanyalah awa
uang pesta yang kini kosong, menatap ke arah pintu. Ia merasa sendirian, teras
capnya dengan nada data
dengan tatapan penuh kebencian. "Aku t
untuk menatapnya. "Kau sekarang istriku, Alana," bisiknya, matanya yang ta
er!" balas Alana, suaranya meninggi.
ri dariku, Alana," bisiknya, suaranya ter
encoba melepaskan diri, namun Michael terlalu kuat. Ia tak berd
teriak Alana, air ma
unci pintu, dan menghempaskannya ke tempat tidur. "Kau tak a
apa-apa. Ia hanya bisa menangis, menangisi nasibnya. Ia kini terjebak dalam ne