p layar monitor dengan tatapan kosong, pikirannya melayang entah ke mana. Wajah Leonardo, dengan tatapan dingin dan kalimat yang me
diknya, tertera di layar. Nayara langsung menggeser
bantu bawa ke mobil. Kita mau ke rumah sakit sekarang. Tapi Mbak... rumah sakit minta u
a. Napasnya tersengal. "Y
banget kalau telat penanganan..." s
ara. Jangan panik. Bawa Ibu ke rumah sakit dulu, jangan ditunda.
nekan pelipisnya. Gaji bulan ini bahkan sudah habis untuk membayar cicilan kos dan biaya sekol
atu-sat
surd sekaligus menghina harga dirinya sebagai perempuan. Kontrak menjadi kekasih bayaran, deng
lakukan, artinya aku menyerahkan hidupku. Tapi kalau tidak...
ilihan itu seperti pisau bermata dua. Mem
ruangannya tanpa peduli tatapan rekan-rekan kerja yang heran. Sepatu haknya berdetak kenca
n ragu. Lalu, teringat kembali suara Nadia yang panik di tel
as
berdiri di samping jendela besar, punggungnya menghadap ke arahnya. Seperti biasa, tubuh tinggi itu tampak ga
ss Nayara?" tanya
mengatur napas. "Aku... aku in
an. Ia melangkah mendekat dengan tenang. "Kontrak?" bibirnya melengkung samar, s
aku... harus segera dibawa ke rumah sakit. Aku butuh uang,
"Cepat juga kamu goyah," katanya datar. "Padahal semalam kamu dengan lantang bilang bahwa aku seba
ku nggak punya pilihan lain," jawabnya pelan. "Kalau soal aku... anggap saja aku memang perempuan
uan murahan, huh? Kamu terlalu me
uarkan map cokelat berisi beberapa lembar kertas. Deng
Sudah kusiapkan
gannya bergetar saat menyentuh map, seakan kertas it
ca baik-baik. Semua syarat sudah tertulis jelas. Set
yang terasa begitu mengekang.Nayara dilarang berhubungan atau berdekatan deng
pingi Leonardo dalam acara form
rahasiakan dari publik, kec
l dua tahun. Tidak bo
t rumah di kawas
mobil
tetap dengan
keluarga ditan
lembar imbalan itu nyaris membuatnya pusing. Jumla
k perempuan cantik dan kaya yang pasti rela jadi kekasihmu tanpa
biasa, miskin, tidak punya apa-apa-itu yang membuatmu menarik. Kamu tidak tergiur
Kata-kata itu m
do tenang. "Atau kamu ingin keluar dari ruanga
mengingat wajah ibunya yang pucat, tubuhnya yang lemah, juga sua
Tanpa berkata apa-apa lagi, ia menuliskan tanda tangannya"Bagus. Mulai sekarang, ka
gian miliknya dengan tenang, lalu menutup m
ubungi rumah sakit. Pastikan semua biaya pasien atas nama ibu Nayara d
ng nyaris pecah. Campuran rasa lega, tak
yang berlinang air mata. "Ingat, mulai sekarang hidu
"Aku... aku hanya in
in, sebelum kembali duduk di kursinya, meninggalka

GOOGLE PLAY