lampu-lampu kota yang berkelip tak kenal lelah. Nayara melangkah keluar dari gedung kantor sambil menenteng tas kerjan
ng. Kata-kata Leonardo tadi mas
acara amal di Hotel Gra
an berpikir pertemuan itu hanyalah sebuah insiden kecil yang tidak
ingat?" gumam Nayara samb
nnya masih penuh tanda tanya. Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada ala
ntor. Sorot matanya kosong, menatap keluar jendela yang dipenuhi pantulan lampu kota. Namu
ma itu pelan, seolah menco
sopir, melirik dari kaca spion. "Tuan,
alu kembali menatap ke luar
dan senyum canggung itu sesekali muncul di kepalanya. Ia memang jarang mengingat wajah orang de
r aduk. Ia berusaha bersikap biasa saja, tapi jantungnya berdeba
isik Dita sambil men
memang pemilik perusahaan,"
nyari alasan buat deketi
an ngomong. Aku nggak
u, saat Nayara sedang menyalin beberapa dokumen di ruang printer, pintu ruanga
suara bariton itu
nardo?" Naya
aya sedang mencari seseorang untuk membantu memahami
ngah. "M-maksu
idak menakutkan. Lebih seperti sebua
lan ludah.
topnya, sementara Nayara menyiapkan dokumen yang diperlukan. Suasana ca
an tatapan penuh arti. Nayara yang men
sih banyak staf senior yang lebih berpengalaman,"
caya, terkadang orang yang terlihat biasa
an itu terlalu aneh u
yara mulai bisa sedikit rileks, menjelaskan angka-angka dengan lancar. Leonardo pun tampak memperha
dan jatuh ke lantai. Nayara buru-buru membungkuk untuk mengambilnya, namun di saat
fleks mundur, w
dalam, lalu tersenyu
karuan. Ada sesuatu pada tatapan mata p
rekan kerja mulai berbisik-bisik setiap kali Nayara lewa
ra kayaknya deka
ik. Tapi ya ampun, cepat
atinya terasa sesak. Ia tidak pernah menc
ngomong. Kamu nggak salah apa-apa. Lagian, siapa yan
an. Aku cuma staf biasa,
sama kamu, kenapa nggak? H
tahu Dita bermaksud baik, tapi
iap pulang, Nayara kembali dipangg
n bertemu dengan Anda di ruangan
cekat. "S-
sekar
ntu ruangan mewah itu. Dari dalam terden
k meja kerja besar dengan pemandangan kota Jakarta di belakang
," ujarny
menenangkan dirinya. "Ada
rinya di atas meja. "Ak
tentang apa?"
gkan tubuhnya sedi
rbelalak.
api entah kenapa, wajahmu tidak pernah benar-benar hilan
Ia tidak tahu h
lebih pelan, namun tegas. "Aku ing
hnya bergetar. Ia tidak pernah membayangkan seorang pria sekel
ahu satu hal: jalan yang baru saja terbuka di hadapannya bukan jalan y

GOOGLE PLAY