nya, membuat Vella tidak bisa fokus. Setiap bisikan, setiap tatapan Rayden terasa seperti api yang
dua sahabatnya, Gina dan Citr
u-buru banget, kenapa?" tany
g," jawab Vella, suar
erkekeh. "Udah, santai aja kali. Kita mau ajak lu makan nih. Ada resto
ella langsung menolak. "N
. "Tumben amat lu nolak. Kita kan b
Vella dengan nada bar-bar-ny
Citra dengan nada penasaran. Pertan
menempel di telinga. Ia pura-pura menelepon, tetapi telinga
aranya sedikit meninggi. "Semalem baru lunas semua, sepuluh bulan, gila
apan sih lu jadi hemat?" Gina menaikkan alisnya. "Emangnya semalem
l yang tak bisa ia jelaskan. Vella yang ia temui semalam, gadis yang begitu liar, te
Om Rian aja. Om-Om sugar daddy gue, walaupun udah tua tapi uangnya ba
inga. "Serius, Cit? Om Rian itu beneran suga
udah gue buktiin. Nggak kayak Om-Om lain yang cuma mau having
eal tuh susah. Mending lo sama Om Rian aja, Vella. Gue yakin dia pa
addy yang loyal, ia tidak perlu lagi bekerja di klub yang melela
n nada bersemangat. "Lo bilang gue tertarik
ilangin ke Om Rian. Gue yakin lu bakal da
mendekati mereka dengan langkah santai, tetapi tatapannya tajam. Gina dan Ci
enyindir. Matanya menatap Vella. "Daripada repo
menatapnya taja
um sinisnya muncul. "Gue bisa kasih apa
dan Rayden bergantian, bingung.
ik Vella. "Jan
ma mau ajak lo pulang," R
Gue bisa pulang sendiri!" tolak V
megang lengan Vella erat. "Lo ng
aksa gue!" Vella beru
e cuma mau lo pulang
erancam. Di sisi lain, ia tidak ingin terlihat lemah di d