enyebalkan. Ia duduk di bangku paling belakang, menumpuk buku-buku di meja, berharap bisa menyembunyikan wajah
ng dosen paruh baya masuk, diikuti oleh seorang
ainkannya. Ia membenamkan wajahnya di balik t
ngan mahasiswa baru pindahan dari luar negeri
menyapu seluruh ruangan, dan entah bagaimana, Vella merasa mata itu berhe
alkan diri," pi
ma saya Rayden Wijaya.
uk diabaikan. Rayden adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis yang bergerak di mana-mana. Vella mend
an cari bangku koson
pada satu-satunya bangku kosong yang tersisa. Bangku d
di sebelahnya, membuat suara berderit yang mengalihkan perhatian semua orang di kelas,
sibuk dengan buku-bukunya. Rayden m
Vella bisa merasakannya. Aroma cologne mahal menguar
Ia membalik halaman
mpukan buku Vella. "Aku pikir setelah semalam, kita bisa
an amarah. Ia menatap Rayden tajam, seolah-ol
" desis
r itu bukan akting, kan? Atau it
meja, menahan diri untuk tidak meninju wajah Rayden. Ini temp
ya Vella, berpura-
ang harganya 100 juta. Aku rasa
ahal, hanya imajinasinya saja. Ia menendang kaki
"Galak sekali, ya. Beda sekali deng
ra sembarangan!" bisik Vella,
ri kita mulai babak baru, Vella. Babak baru di siang ha
enggertakkan giginya. "Tunggu saja. Aku akan mem
Vella tidak berarti apa-apa. Ia mengambil pon
ar. Butuh minum
sekuat-kuatnya. Ia tidak akan membiarkan Rayden menghancurkan kehidupan yang s