apan intens antara Vella dan Rayden. Mata mereka menyorot
tra, matanya berbinar penasaran.
rik Rayden pergi sebelum semua rahasianya terbongkar. Vella langsung menar
minggir!" kata Vella, lalu men
k terkendali, jauh berbeda dari Vella yang misterius di klub malam. Di parkiran kampus,
Jangan pernah bawa masalah semalam ke sini! Ini kampus, tempat gue
ya. "Kenapa? Lo malu? Lo malu dengan pekerjaan lo? Jujur, gue lebi
ah padam. "Lo ngg
, ia malah membuka pi
au!" tol
t. Kaca jendela mobil yang gelap membuat mereka seolah terisolasi dari dunia luar. Rayden mencondongkan tubu
en, suaranya serak.
Lo nggak ngerti gimana hidup gue. Gue butuh uang buat bayar kuliah, buat biaya hidup, buat semuanya! Lo enak,
yebalkan, melainkan senyum yang menggoda. "Lalu kenapa
natapnya
al dari harga sewa kosan lo yang sepuluh bulan. Apartemen mewah, mobil, bulan
menawarkan hal gila seperti itu. "Nggak, gue
a Rayden. "Gue
sama Om-Om yang lebih dewasa, yang tahu ca
an yang penuh gairah. Tanpa ragu, ia membuka resleting c
suaranya berat. "Lihat ini,
mulutnya. "Rayden, lo gila
lu menempelkannya ke penisnya. "Rasakan, Vella. Lebi
epat, wajahnya memerah karena marah
erontak. Ia memegang kepala Vella dengan kuat, lalu
," desah Rayden. "Lo akan dapat sem
iasa yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Vella memberontak,
er bar-bar!" desah Rayden,
macem-macem sama
ohong sama diri lo sendiri, V