AN
ngkah keluar. Di halaman, ibu dan ayahku sudah muncul, wajah mereka tegang. Rizky dan R
erah padam, amarahnya menyala seperti api yang siap membakar. Tubuhnya geanak lu yang sudah gue bina selama dua tahun?!" teriak Andri, suaranya menggem
uk, tak berani menatap Andri, seolah terperangkap antara cinta dan kewajiban padrtinya tak ingin menambah keributan. Napas semua orang terasa tercekat; bahkan beberapa tetangga
di tangannya bergetar karena
? Fitri bukan barang yang bisa lu jual-belikan Jaya!" teriaknya lagi
ukan yang terlalu nyata, menegangkan, dan... menyedihkan. Dunia yang selama
pir menepuk bahu Fitri, tapi dit
bah ke Haji Atma? Kamu tak peduli perasaanku, Fitri!" suaranya p
duk, air matanya bercu
keluargaku, Ndri... Maafkan aku..."
AN
alam amarah yang lama tertahan. aku, yang menyaksikan dari kejauhan, merasakan jantungnya berdetak kencang. D
ntang seorang bapak-bapak, B
i!" serunya, berusaha menenangkan Andri yanak-ledak. "Gue nggak mau tenang! Kalian pikir bisa seenaknya menghancu
a menepis tangan Bang Karta, tubuhnya kaku menahan rasa ingin meledak. Kedua lelaki it
ang awalnya cuma menonton, mulai berteriak-teri
berantem di sini!
bawa pergi!" ter
!" seru seorang Bapak,
ap menolak, berusaha membebaskan diri sambil terus berteriak. Sementara Bang Karta juga ditari
Suara teriakan, bentakan, dan gerakan panik warga bersatu jadi kekacauan yang membuat napasku tercekat. Semu
a masih berteriak-teriak di antara kerumunan pemuda yang menahannya. Ia menatap rumah Fitri sekali lagi, wajahnya penuh
aksikan drama yang baru saja terjadi. Hati kecilku bergetar, merasa sedih sekaligus lega karena diriku belum terlibat langsun
api suara-suara di halaman masih terdengar jelas. Beberapa tetangga saling b
ri tapi nggak mau bantu orang tuanya." Terdeng
atau bantu orang tua di sawah, kebun... dasar p
nuhnya mengkritik Andri, tapi sesekali terdengar suara kecil y
Tapi rupanya ayah, ibu juga kedua adikku maish di rumah orang tua Fitri. Mung
tapi kupaksa tetap diam. Suara-suara dari samping kamark
ri lulus sekolah, tinggal setahun lagi. Baru aja dia naik ke kelas tiga,"
belah duren sama perawan, hihihi," tim
geduda sejak ditinggalin istrinya," sahut
campuran geli dan cemas di da
ggak cari yang perawan udah siap berumah tangga atau janda aja sekalian. Kan har
urusan utang. Pak Jaya udah lama nggak bisa
ya?" Seseorang kepo, seo
a nggak bisa bayar," sahut suara t
isikan padaku dengan samar-samar. Dan tiba-tiba, aku sadar bahwa Fitri, teman sebaya yang biasa kuanggap ceria dan mandi
ung di hati. Suara mereka perlahan mereda, tapi bayangan Haji Atma dan Fitri te
uan antara Andri dan keluarga Fitri juga tetangga lainnya. Dan bagaimana Fitri kini berada di tengah pusaran yang tak b
ya poya-poya. Punya uang sedikit, habis dipakai minum-minum atau nongkrong dengan teman-temannya. Selama pacaran dengan F
lan, menahan rasa kes
rang tua Fitri: menjodohkan Fitri dengan Haji Atma, lelaki berusia di
ain, aku juga ragu apakah Haji Atma, meski tajir dan berpengar
as, kesal, dan penasaran. Dunia Fitri, yang selama ini kudengar sebagai kisah manis persahabatan dan c
*