u pulang dari sekolah. Mata menatap ke jalan, hati masih berat o
pi, jilbab menutupi rambutnya, namun pakaiannya agak ketat, menonjolkan lekuk tubuhnya dengan cara
di ujung bibirnya. Aku berdiri kaku, menelan rasa
a?" Suaranya ringan, ceria, tapi ada sesuatu dalam ta
g kukenal dulu-kalem, sopan, sedikit pemalu-sekarang menapaki jalan hidupnya sendiri, penuh percaya diri
lebih dekat, matanya menatapku penuh perhatian, namun aku tetap merasa ada jarak
tapi juga asing. Ada magnet yang menarikku, sekaligus rasa takut akan hal-hal yang be
hanya sahabat lama-aku pengamat, saksi dari perubahan yang ia jala
ya, sesekali menoleh da
r pesnan ini sebentar," katanya ringan. Aku han
gganan kami, tempat pertama aku melihatnya dengan kurir itu. Ba
ran aku yang traktir, ya," katanya sambil tersenyum c
i muda masuk, tak mengenakan seragam kurir-mu
memperkenalkan. "Teman-teman baru aku, mu
tampak santai namun penuh energi. Cara mereka menatap, hangat, akrab
t bagiku menenangkan hati. Ada getar aneh dalam interaksi mer
lalu berpindah menatap Fahmi dengan manja. Mataku terus mengikuti gerakan kecil itu.
i kurir yang ganteng itu. Tapi sikapnya pada Fahmi... terlalu manis, ba
berselingkuh dengan keduanya sekaligus? Rasanya tak
an sedikit pun rasa cemburu. Justru sebaliknya, mereka terlihat sal
ari kulit. Dunia Fitri kini tampak begitu jauh dariku-gelap,
akso-aku juga menjadi saksi dari perubahan yang tak bisa kusebutkan,
kok bakso kami isinya lude
tersenyum ringan. Ia menepuk tanganku, seperti mengajak tanpa menekan. Ka
siden beberapa waktu lalu, kerudung Fitri yang acak-acakn
arus segera pulang," jawabku
i. "Ya udah, kita aja berti
an mata, nada genit terdengar jelas.
an. Semakin teriris ketika melihat dua lelaki itu menuntun sahabatku keluar dari kedai, langkahnya ringan, senyum cer
adang naik bersamanya, meski tidak setiap hari. Suara mesin motor yang berderu pelan
ambil tersenyum ramah ketika aku menaruh tas di bag
ang lagi," jawabku, me
dan rambutku, membelai pipiku dengan dingin yang menyegarkan. Aku menarik napas dalam-
a, ya?" Mang Yadi bersuara sa
enasaran, tapi sebenarnya cuma ingin
ng pilihnya ojek muda terus, gonta-ganti
dia sekarang sibuk punya warung." Aku mencoba terdengar
nikah sama Haji
bku singkat, menu
ramah di wajahnya. "Terus, Neng R
t di dada. "Ah, saya masih mau sekola
akapan dengan Mang Yadi ringan, hatiku tetap terasa berat. Sore itu dan semua yang ku
ang jelas di telingaku: "Main
dnya apa? Apakah itu hanya candaan gen
tu, kah? Sudah segila itu kah sahabatku y
n Fitri yang berjalan diapit dua lelaki itu terus berputar dalam bena
ut kehilangan dia-bukan karena dia pergi, tapi karena di
sun rapi di meja kayu. Namun bukan Fitri yang kulihat di balik etalase kaca, melai
tu sendiri, katanya bentuk baktinya pada suami yang sudah menanggungnya.
u manis madu yang ditawarkan Rizal, Fahmi, atau lelaki manapun
*