img SANG PEMUAS BIRAHI  /  Bab 5 Gadis Desa yang Binal (part.5) | 27.78%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Gadis Desa yang Binal (part.5)

Jumlah Kata:1420    |    Dirilis Pada: 05/09/2025

sempitnya, Ningsih merasa jiwanya kosong. Tubuhnya yang sintal dibalut gaun mini berwarna merah cerah, sebuah pilihan yang diberikan langsun

am ini kamu pasti dapat banyak, Ningsih! Pak Agus itu sudah

ik Ningsih, suaranya

takut. Anggap saja ini hiburan. Di

ia tahu Mirna tidak akan membiarkannya berhenti sampai

gsih tak perlu menunggu lama. Pak Agus langsung menghampirinya dengan senyum lebar. "Ni

ndarat di bibir Ningsih. Ningsih yang semula kaku, mulai mengimbangi. Ia teringat bisikan Mirna, "Anggap ini hiburan, Ningsih. Kalau kamu semakin lihai, dia akan semaki

gus. Tangannya kini meraba ke seluruh tub

sih, suaranya terasa asi

desah Pak Agus. "Kita ke hotel, ya. Saya s

njutnya. Ia melihat Mirna di kejauhan, matanya menatap lekat ke arahnya. Mirna memberi isyarat dengan tangannya, mengger

ah, Ningsih

gus tak berhenti menciumi Ningsih. Ningsih hanya bisa terdiam, memejamkan mata. Ia membayangkan wajah ibunya,

i Ningsih dengan beringas, seolah sudah tak sabar lagi. Ningsih merasa ragu. Tangan dan kak

menyadari ketakutan Ningsih. "Tidak apa-apa,

a, Pak Agus sudah telanjang bulat. Penisnya yang tegang tercetak jelas, membuat Ningsih menelan ludah. Ia meras

gsih berbaring kaku, ia merasa seperti patung. Ia ti

Ningsih, mencium keningnya. "Tidak apa-apa, Ningsih. Kalau

nghela napas. Dengan ragu, tangann

h. "Kamu cantik

a tahu, ia harus melakukan sesuatu agar Pak Agus tidak kecewa. Ia tidak in

membelai penis pria itu. Pak Agus terkejut, matanya membulat. Ningsih tidak tahu, di dunia ini, ada cara lain untu

batang penis Pak Agus hingga pria itu mendesah-desah. Ningsih yang semula jijik, kini mulai m

asa..." desah Pak Agus. Pria itu memejamk

snya. Pria itu lemas, terbaring di atas ranjang. Ia tersenyum puas. "Kamu memang *angel* saya, Ningsi

ng itu. Ia telah melakukan hal yang tidak pernah ia bayangkan. Namun, ia juga merasa lega. Ia telah m

duk antara rasa lega karena berhasil melewati 'tahapan' mendebarkan malam itu, dan rasa jijik yang tak bisa ia hindari. Pikirannya mela

nannya. "Sayang, ayo mandi," ajaknya d

mengangguk, ia bangkit perlahan, mengambil handuk, dan melilitkannya di tubuhnya. N

ai handuk,"

kejut. "Tap

Saya suka melihat kamu telanjang," g

ah berani melakukan hal gila tadi, masa kini ia mundur? Dengan berat hati, ia me

Ningsih, merangkul pinggangnya. "Jangan takut. Ki

angat mulai membasahi tubuh mereka. Ningsih memejamkan mata, membiarkan air hangat itu membasuh

membalas, tangannya melingkar di leher Pak Agus. Mereka berciuman di bawah guyura

ih. Ningsih mendesah, erangan halus keluar dari bibirnya. Ia merasa aneh. Ia merasa jijik, namun di sat

a," desah Pak Agus. "Kenapa kamu

leng. "Aku tid

ak bicara. Nikmati s

tubuh Ningsih, ia membelai punggung Ningsih, lalu turun ke pinggul. Tangannya mere

an lagi. Kita kembali ke r

ng. "Tidak, Pak.

Kalau begitu, saya akan buat kamu s

n ke leher, ke dada, hingga ke perut Ningsih. Ningsih mendesah, ia membiarkan Pak Agus melakukan apa pun

k Ningsih erat-erat. "Kamu memang bidadari say

kalau Bapak berani kasih say

sih. Berapa pun yang kamu mint

i ia mencoba menahannya. Ia harus terlihat profesional. Ia harus bisa memisahkan antara pekerj

sudah pergi, digantikan oleh seorang wanita yang pandai merayu dan mencumbu. Ia merasa takut

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY