img Satu Talak Seribu Luka  /  Bab 3 kemungkinan bertemu | 10.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 3 kemungkinan bertemu

Jumlah Kata:2166    |    Dirilis Pada: 16/09/2025

a berjalan menyusuri jalan utama menuju café tempat pertemuan berikutnya dengan klien. Gaun kasualnya yang elegan menon

k pria itu duduk di salah satu meja terbuka, mengenaka

mi

ini ada sesuatu yang lembut, hampir hangat, di balik tatapan tajamnya. Hati Aurelia berdebar

an sorot mata yang sulit dibaca. "Aku tidak sengaja

ang sering memaksa kita bertemu, Tuan Alveric." I

nunggu seorang vendor florist. Tapi aku melihatmu dat

bisa dipungkiri, kata-kata Damian membuatnya merasa

iasa. Ia mencondongkan tubuh, menatap Aurelia saat ia menjelaskan detail bunga dan dekorasi, se

a kau yakin warna ini cocok untuk tema pernikahan?" Damian bertanya sa

ria ini tak hanya sekadar klien yang ingin masukan

Damian menahan pelayan itu dengan lengan kuatnya, dan matanya kembali tertuju pa

dengan rasa aman yang dulu ia rindukan, tapi sisi profesionalnya

k lebih nyaman, membuat dirinya berdiri di sampingnya sejenak. Hal itu membuat beb

a pun yang melewati batas. Tapi perhatian kecilnya-tatapan hangat, senyum samar

au sekadar ingin berbagi pandangan dengannya. Setiap kali mata mereka bertemu, denyut jantung Aurelia meningkat. Ia merasa bers

contoh bunga. "Aku harap kau tahu, aku menghargai setiap sara

"Aku profesional, Tuan Alveric. Itu tugasku," ja

u tahu kau profesional. Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk peduli, Riel. Ak

a membuatnya dilema: apakah ia harus menjaga jarak demi profesionalisme, at

ambang emosi yang tak pernah padam. Aurelia sadar satu hal: kehadiran Damian di tempat publik bukan hanya tentang p

l, Damian menahan tangannya sebentar. "Riel... sampai ketemu

ahan hati yang berkecamuk. "

kkan, kini tak hanya ada di kantor, tapi di dunia nyata, di depan orang banyak

profesionalisme dan perasa

rlari dari satu rapat ke rapat lain, meninjau dekorasi, memastikan vendor tepat waktu, sambil me

muncul dengan cara yang tak pernah ia duga-lebih intens, lebih dekat, dan tanpa

menerima pesan s

tiga. Ada beberapa hal yang ingin kubah

ng Aurelia berdebar. Ia menundukkan kepala, m

lveric. Aku a

ri balik layar komputer, hatinya berdebar keras. Ia mencoba menenangkan diri, tapi aur

nya. "Aku tidak akan lama. Hanya ingin meninjau b

u, silakan duduk." Suaranya terden

gan seksama. Ia sesekali mencondongkan tubuh, menatap Aurelia ketika

suatu. Tidak banyak orang yang sepeka itu terhadap detail,

ti menyelam ke ruang batinnya yang rapuh. "Itu memang tugasku, Tuan Alveric,"

tapnya lebih lama. "Riel... aku ingin kau tahu, aku ti

a. "Tuan Alveric... ini kantor, dan ki

n menantang. Tatapannya penuh makna, membuat Aurelia terdiam sejenak

h, tapi ia menahan diri. "Aku tidak ingi

Profesional. Tapi aku tahu kau masih punya perasa

mencoba menenangkan hati yang kacau. "Aku... aku tidak in

menatapnya sekilas, dan berkata lembut, "Riel... aku akan sabar. Tapi kau tidak bisa me

yang ia bangun selama dua tahun. Ia ingin menatapnya, ingin menangis

ini. Aku tidak bisa-" kata

ksamu. Aku hanya ingin kau menghadapi perasaanmu sendiri. Kau tidak bisa lari darinya

ni bangkit kembali, liar dan sulit dikendalikan. Ia tahu Damian benar-tidak ada yang bisa ia lari. Setiap pe

tahu ini adalah ujian, bukan sekadar kata-kata. Ia ingin Au

u juga tidak bisa membiarkanmu menutup hatimu. Aku

, aku juga masih mencintaimu. Tapi mulutnya tetap terkunci. Profesionalismenya

enja. Ia sadar satu hal: badai emosional yang Damian mulai tunjukkan bukan lagi sekadar ujian profesional. Itu telah memasuki wila

berbahaya: antara mempertahankan profesionalisme atau

alnya-dan Aurelia sadar, ia mungkin su

kelip. Ia mencoba menenangkan pikirannya, tapi bayangan Damian terus hadir, menghantui setiap langkahnya. Perhatiannya yang intens beberapa

oom, dengan cahaya kristal yang memantul di dinding, dan tamu-tamu bergaya elegan memenuhi ruangan. Aurelia sibuk memeriksa detail

m klasik yang membuatnya tampak maskulin dan menawan. Tanpa

ndukkan kepala dan menatap dokumen yang dipegangnya. Tapi Damian mendekat

at seluruh tubuh Aurelia gemetar. "Bagaimana kau bisa

las, mencoba tetap tegar. "Tuan Alveri

empel di pipinya, sebuah gestur kecil yang membuat jantungnya hampir berhenti. "Aku hanya in

nis, tapi di saat bersamaan, membuatnya merasa cemburu pada orang-orang di sekelili

da Damian menghampiri mereka. "Damian, aku ingin berdiskusi tentang konsep bunga,"

tapi sebentar saja. Riel sedang menjelaskan beberapa detail penting," ujar

uatnya dilema: antara profesionalisme dan perasaan yang ingin meledak begitu saja. I

nalisasi dekorasi. Saat mereka berdiri di tepi balkon, angin malam berhembus lembut, membawa aro

enti memikirkanmu. Setiap kali aku melihatmu, setiap kat

ah pada perasaan lama atau tetap tegar. "Tuan Alveric... kita... tidak bisa seperti ini. Kita harus me

terkadang yang salah menurut dunia, terasa benar bagi hati. A

nkan jarak atau membiarkan dirinya terhanyut dalam perhatian Damian yang intens. Semua perasaa

ja menempatkannya dalam situasi yang memaksa Aurelia menghadapi perasaannya sendiri, memunculk

. Damian berjalan di sampingnya, matanya sesekali menatapnya, penuh arti. Ia tahu Aurelia kini berada di persimpangan

a, tapi juga menimbulkan ketegangan dengan orang-orang di sekitarnya-yang mulai melihat hub

u bukanlah kenangan yang bisa hilang begitu saja. Damian telah memulainya ke

datang, karena semakin Damian menunjukkan perhatiannya, sema

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY