img Satu Talak Seribu Luka  /  Bab 4 menenangkan pikirannya | 13.33%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 menenangkan pikirannya

Jumlah Kata:1923    |    Dirilis Pada: 16/09/2025

leksi yang berkilau dan romantis. Aurelia berdiri di depan jendela kantornya, menatap tetes

nalisasi dekorasi personalisasi, dan ia tahu-Damian sengaja memili

aian bunga yang harum semerbak. Ia mengenakan jas abu-abu gelap, rambut tersisir rap

hatnya, senyum samar menghiasi waj

us cepat menyelesaikan ini. Aku masih ada jadwal

api aku ingin kau melihat ini lebih dekat. Aku ingin kau menilai, b

di di tengah keramaian butik. Ia menatap rangkaian bunga, mencoba tetap fokus, tapi Dam

gin semua ini sempurna. Tapi lebih dari itu... ak

tapi penuh perhatian-perhatian yang sengaja menimbulkan dilema batin. H

enyentuh tangannya sebentar, seakan tanpa sadar membuat dirinya terperangkap lagi. "Riel...

erasaannya, tapi profesionalismenya menuntut ia tetap tegar. "Tuan Alveric... ini...

elia. "Aku tahu. Tapi terkadang, Riel... yang profe

membuat Aurelia merasa dekat sekaligus waspada. Ia sadar Damian sedang menguji batasnya-apakah ia akan

natap mereka dengan ekspresi penasaran. "Wah... kau dan Tuan Alveric terlihat dekat se

an hanya tersenyum samar, matanya menatap Aurelia, seakan

menatapnya dengan intensitas yang membuat Aurelia sulit mengalihkan pandangan. Setiap perhatian yang ia tunjukkan-meski

buru, sementara klien mulai memperhatikan chemistry yang terlihat begitu alami, bahkan di tengah profesionalisme. Semua itu menambah

p hujan yang masih turun. Damian berdiri di belakangnya, sediki

gai klien atau pria yang pernah menyakitimu. Aku di sini, k

: antara hati yang memanggil Damian dan profesionalisme yang menuntutnya menahan diri. Damian bukan hanya menguji keteg

pengaruhi hatinya. Itu akan memengaruhi semua orang di sekitarnya-staf, kli

lai permainan emosional yang lebih intens, dan ia tidak tahu a

Aurelia. Ia berdiri di dapur, menyiapkan teh hangat, mencoba menenangkan pikirannya yang

dering. Layar menam

sedang di dekat apartemenmu. Bolehkah aku masuk sebentar?

enjadi momen pribadi, dan ia tahu Damian sengaja menciptakan situasi ini. "Baik... t

jas hitamnya basah karena hujan ringan yang baru reda. Senyum samar menghia

pelan, matanya menyapu seluruh sosok Au

ingin membiarkan perasaan lama yang tersembunyi muncul, tapi sisi profesionalismenya

uk di sofa, lalu mengambil secangkir teh hangat dan meletakkannya di tangan Aurel

adar dari teh. Perhatian Damian, begitu lembut dan pribadi, membuat hatinya bergejol

rusnya terjadi," bisiknya pelan,

ku tahu, Riel. Tapi terkadang, yang salah menurut dunia, teras

ciptakan momen intim ini, menguji batasnya. Setiap gestur-senyum, tata

ia, Livia, datang tanpa sengaja, ingin mengembalikan dokumen yang

, menatap mereka dengan ekspresi k

yum samar, menatap Aurelia seolah mengatakan: Ini

merasakan tekanan baru. Sekarang bukan hanya hatinya yang berperang, tapi j

engan lembut. "Riel... kau tidak perlu takut. Ak

mbiarkan perhatian Damian menembus semua dinding yang ia bangun selama dua tahun. Tapi ia

tidak akan menyakitimu, Riel. Aku hanya ingin kau tah

Ia sadar, Damian telah menciptakan situasi yang memaksa dirinya menghadapi

ofesional atau perhatian biasa. Itu adalah badai emosional yang memaksa dirinya

kan semakin meningkat, tidak hanya antara mereka, tapi juga dengan oran

. kau tidak sendiri. Aku akan selalu berada di

inya kini benar-benar terseret dalam badai yang Damian ciptakan-bada

Étoile Weddings, menatap tumpukan dokumen, namun pikirannya entah kemana-Damian. Selama beberapa minggu ter

ta diri dengan sempurna, mengenakan blazer hitam elegan dan rok midi, mencoba menyibukkan diri

kantor. Sebentar saja. Aku ingi

hu Damian sengaja menciptakan momen pribadi di tengah

sebenta

putih dan jas biru tua. Tatapannya langsung menempel pada Aurelia, senyum

," katanya lembut. "Aku tahu kau lelah, j

p gesturnya-senyum, pandangan intens, bahkan cara ia mencondongkan

. Ia menatap Aurelia dengan intens, sesekali menyentuh tangannya untuk menunjukkan arah atau mene

rus profesional," bisikn

dang profesionalisme dan perasaan tidak bisa dipisahkan begitu saja,

Adrian, yang tampaknya curiga dengan kedekatan mereka, menatap dengan ekspresi t

arang orang lain mulai ikut campur secara langsung. Damian menatap Adrian, matanya ta

ciptakan ketegangan publik yang tak diinginkan Aurelia. Hatinya semakin ca

jangan biarkan orang lain menentukan bagaimana kau harus merasa. Ini

ghadapi perasaannya sendiri. Ia ingin lari, tapi juga ingin membiarkan dirinya terhanyut. Konflik emosionalnya semakin

ia dengan intens. "Riel... kau tidak sendiri. Aku akan selalu ada untukmu, meski or

ciptakan kini memuncak. Perhatian agresifnya, dilema batin Aurelia, dan campur

ungan, ketegangan, dan kerinduan yang membara. Ia sadar, permainan Damian bukan sekadar ujian emosional biasa. Ini adalah badai ya

a perhatian Damian yang intens, cemburu orang di sekita

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY