img Istri Simpanan Itu Akan Menyesal  /  Bab 4 perselingkuhan | 15.38%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 perselingkuhan

Jumlah Kata:2293    |    Dirilis Pada: 20/09/2025

-lampu taman menyala lembut, memantulkan cahaya ke permukaan kolam kecil di samping teras. Di balik dinding k

us lapisan-lapisan tembok tak terlihat. "Aku tahu akhir-akhir ini aku...

garpu perlahan, lalu menegu

" lanjut Rafka, seolah menawar. "Dan akhir pekan nanti... ba

inya, yang dulu selalu membuatnya merasa aman, kini justru hanya menghadirkan gema kepalsuan. Senyum ya

diri, merapikan serbetnya. "Aku harus me

enahan diri. Ia hanya mengangguk, menatap punggung Nayl

-

parkir di pinggir jalan, hanya diterangi lampu-lampu jal

utuh alasan buat keluar d

t bibir, lalu

im ala

Jika ia mulai berpikir, ia mungkin akan mu

-

t minyak dan musik jazz lembut dari speaker kecil. Radya membuka pintu dengan senyum separ

atanya seolah ma

udara," b

nding, beberapa setengah jadi, penuh guratan liar warna merah dan biru. Di sudut ada sofa usang

i?" tanya Nayla sambil men

rja," jawab Radya. "Aku cuma b

merah tanpa bertanya. Nayla menerimanya, menyesap pelan. Keheningan di antara m

amu suka seni," u

bur dari rumah," sahut Radya, menatapn

an. "Anggap saja.

l?" Radya men

ntuk dirik

nggurnya. "Kamu terlihat... bebas malam ini. Sep

m gelas. Ia tahu ia sedang bermain api. Tapi api inilah yang membak

-

kutnya menjadi

, bahkan sesekali memasak makan malam. Pria itu seolah berubah menjadi versi dirinya yang dulu: penuh perhatian, romantis, seolah mereka seda

t celah kecil terbuka-Nay

elukis dengan tubuh setengah telanjang, peluh membasahi garis punggungnya. Kadang mereka minum,

iku?" tanya Nayla suatu malam, suara nyar

lanjutkan goresannya di kanvas. "K

pelan. "Jawab

Radya, menoleh, mat

setelah ia pulang. **Jujur.** Sesuatu yang

-

tu, Rafka s

enandung kecil saat berdandan, melihatnya menatap kosong dengan mata yang ber

at mereka sarapan di teras. "Kamu

melengkung kecil. "Baran

oti panggangnya dengan susah payah, mencoba ikut tersenyum. Ia tida

ka, Rafka merasa takut. Takut kehilangan s

-

ar tidur mereka dipenuhi kelopak mawar. Lilin menyala lembut, dan di tengah ranjan

g ranjang, wajahnya t

nya pelan. "Karena

natap liontin itu. Cantik

katanya akhirnya

meletakkan liontin itu pelan, l

ebelum akhirnya ikut berbaring. Mereka tidur dalam diam

ersembunyi di bawah bantal,

in kamu lihat lukisan yang ak

ata, bibirnya m

asih jauh d

nya dalam bertahun-tah

ati yang sedang tak menentu. Ia duduk di ruang kerjanya, jas masih tergantung di sandaran kursi, dasinya longgar. Sejak tadi malam ia nyaris

gin dan acuh belakangan ini. Tatapannya kosong, suaranya datar, seolah Nayla telah

a sesuatu

nci tidak

rumah mereka-kebiasaan lama yang Nayla tampaknya lupa. Ia menemukan banyak acara sosial yang tidak te

i sebuah peluncuran buku, Nayla di rooftop lounge. Dalam satu foto yang nyaris tak terlihat jelas, Rafka melihat siluet pria berdiri agak dekat di belakan

erti disiram bens

Tentu

anan pribadinya, seorang pria paru

Nona Nayla," ucap Rafka pelan, tapi nadanya tajam. "Tempat y

ak ragu. "

ya," potong Rafka. "Kamu han

utup mata. Ia tidak percaya ia sampai di titik ini-memata-matai istrinya

akkan amplop coklat di atas meja kerja Rafka tanpa sepatah

i Kemang. Malam hari. Sendiri. Dan dua jam kemudian, keluar dari studio itu... masih sendiri, tapi rambutnya sudah diu

n Radya berdiri di balkon studio itu, merokok, m

berdesi

ncari sesuatu-apa saja-yang bisa menghubungkan Nayla ke Radya. Setelah beberapa menit membongkar tumpukan majalah d

si malam-malam

Inisial itu membuat p

i meja, sebotol anggur favorit mereka, dan playlist lagu-lagu lama mereka yang dulu sering mereka dengarkan

a sebentar," ucapn

gan alis sedikit terangkat, l

tkan... bahwa kita ma

cari jejak rasa bersalah, atau keraguan... tapi yang ia temukan justru kehampaa

yum yang ia paks

tama dari sesuatu yang bisa

an suara lembut radio klasik mengisi ruang makan yang terang tapi dingin. duduk bersandar di kursi, mengenakan kimono satin abu

urna meski ini hari Minggu. Ia menatap Nayla beberapa detik-menatap seperti

n... segar," k

um ketemu manusia," jawab Na

benar-benar membaca. Ia hanya duduk diam beberapa menit, membi

mudian, nada suaranya santai, seperti sekadar pengama

mata perlahan, me

jut Rafka, masih tersenyum

bertanya," balas Nay

etakkan korannya, bersandar ke

iasanya kamu

a di air bening. Nayla merasakan detak jantungnya melambun

-orang yang sebenarnya kamu akan

k ?" tan

dara seperti pecahan kaca. Mata Nayla nyaris membelalak, tap

bertemu," katany

orang." Rafka menyuap roti panggang, matanya tidak

pura geli. "Kamu mulai ked

atanya dingin. "Mungkin aku mema

terlihat. Rafka menjadi penonton yang terlalu fokus, terlalu diam. Setiap kali ia pulang dari luar, Rafk

i ma

ran s

an si

. Sepert

elucon ringan, kadang hanya tatapan yang menelusuri wajah Nayla terla

kata, setiap jeda napas. Satu kesalahan kecil bisa m

pat favorit mereka-restoran di lantai atas hotel, dengan pemandangan kota yang berkilau sepe

ota di bawah mereka lalu kembali ke mata Nayla. "Mungkin aku te

ya perlahan. "Dan s

ut kehil

ngulurkan tangan, memaafkan, melupakan. Tapi sekarang... ada Radya. Ada Operasi Pembalasan. Ada luka

la akhirnya, senyumnya tipis. "Selama ka

ega. Itu rasa menang karena ia pikir Nayla masih menggengga

alu lama. Seperti seseorang yang sedang menghafal rasa sebelum kehilangan

han napas, lalu mengambil ponsel dar

u punya lukisan baru. T

meng

api hanya

ngnya terasa seperti tali tipis di atas jurang-dan ia berjalan di atasnya dengan sepatu

tidak bol

lu

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY