ng kerja pribadinya-ruangan yang selama ini menjadi tempatnya menulis artikel untuk media gaya hidup, menyusun proposal proyek sosial, atau sekadar mel
aksi kartu kredit, riwayat hotel, bahkan menyusup ke email kerja suaminya-semua dengan ketelitian seorang detektif. Di balik a
tahap pertama
usahaannya. Nayla ingat, setiap kali rapat, Radya selalu datang dengan kemeja lengan digulung, senyum separuh sinis, dan tatapan mata yang se
at dengan Radya, dulu. Ironis, mengingat
sedang berlangsung, dan Nayla berdiri anggun di antara kerumunan, mengenakan gaun hitam sederhana yang menonjolkan siluet tubuhnya de
ntai pada kurator yang juga temannya. Ia menunggu dengan gelas champagne di tangan
au bukan Na
tuk senyum. Ia berbalik, menemukan sosok Radya berdiri di sana dengan jas navy tanpa das
menyapanya tena
m, memperlihatkan lesung pipi samar yang dulu membuat banyak staf perempuan di ruangan rapat mend
perti kutipan dari novel eksis
"Terserah kamu
hkan tentang kemacetan Jakarta yang seolah tak pernah berubah. Nayla memainkan peran "diri lama"-nya dengan lihai-yang cerdas, sedikit sinis, dan t
eka berdiri di balkon galeri, memandang j
... beda," ujar
kat alis. "Be
perti cermin retak-masih indah, tapi menyim
rhasil membaca sesuatu yang bahkan ia sembunyikan rapat-rapat. Ia harus hati-hat
orang berubah," j
ut minum di tempatku? Masih banyak hal yang ingin
ak. Ini terlalu cepat? Mungkin. Tapi kesempatan seperti ini tidak data
," katany
a malam Jakarta bagaikan lautan cahaya. Interiornya minimalis, maskulin, dengan dominasi hitam, baja, dan kayu gelap. Sebuah rak besar
ngkah masuk, melepas stiletto-ny
sahut Radya sambil menuangk
oreksi sambil duduk di sofa kulit
atu kaki terlipat santai di atas sofa. "Jadi... kenapa kamu
k. "Mungkin," jawabnya ringan. "Atau
a kecil?" Radya menatapnya tajam.
is itu menuruni tenggorokan. "Mungkin aku hanya but
pernah lepas dari wajahnya, dan Nayla tahu, dalam hitungan hari, ia bisa membuat pria ini jatuh. Itulah tujuannya. Membu
ukan hanya karena dendam, tapi juga karena Radya berbicara padanya seolah i
cualian," ujar Radya akhirnya. "Di
alingkan wajah, pura-pura tertarik pada lampu-lampu ko
" Radya menjawab
r bertukar pesan larut malam tentang film dan buku. Nayla memainkan perannya dengan hati-hati: cukup menggoda untuk
uah lounge eksklusif. Radya duduk di sampingnya, sangat dekat, bahunya menyentuh bahu Nayl
a, "setiap kali kamu tertawa, kelihatannya kamu
a te
jut Radya. "Dan itu... entah ke
, menjaga jarak. Tapi malam itu, dengan nada saksofon yang melankolis dan gela
hampir lupa kenapa ia melakukan semua ini. Lupa bahwa setiap detik bersama Radya
irnya, tidak me
hadiri gala dinner perusahaan-acara penuh media dan pengusaha p
im pesan
tner in crime
as dalam hit
am berapa
an TV berseliweran. Nayla turun dari mobil Radya dalam balutan gaun merah tua backless yang membungkus tubuhnya seperti cairan api. S
bukan akting
ng ruangan-mata yang melebar, kaku, lalu menyipit dingin. Nayla merasak
lalu menyentuh punggungnya ringan saat mereka berjalan. Kame
nggun, dengan senyum beracun, dan dengan rasa nyaris bebas
ru per
dan ia tidak akan berhenti sampai Ra

GOOGLE PLAY