i?" Suara Cassie kental den
Kedatangan Cordelia yang tiba-tiba membuatnya tak sempat meng
an. Karena terlahir sebagai orang kaya, gadis ini memang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah, tetapi di situasi sepe
ade. Kendati suaranya mantap, t
Penekanan Cassie membuat pipi Jade bersemu merah. "Kau memb
lengan Cassie dengan lembut, tetapi kekasihnya menepis
tahu. Cassie tidak bisa menjelaskan isi dalam benaknya, tetapi dia yakin orang ini punya alasan khusus berada di sin
pa langkah. Dia menohok Jade lagi, "Jade, aku bersumpah padamu. Kal
buat gadis itu menabrakkan punggungnya di dada Jade. Cassie yang berdiri di hadap
ta Cassie, terengah frustrasi
Cassie. Dan gadis ini
assie menyipitkan mata jijik. "Kau tahu
idak seperti ya
r baj
dalah korban.
uru. Dilumuri amarah, gadis itu mencengkeram kerah Jade dan berdesis murka di wajahnya, "Aku sudah menahan diri sejak dulu, tapi
ak mau mendenga
lu Cassie menampar pipi Jade sehing
seruan Jade di belakang. Dia menyambar koper kecilnya yang teronggok di atas meja ruang tamu, lalu keluar setelah menjeblak pintu utama de
Dalam waktu singkat, kekacauan yang merubungi sekitarnya mendadak saja lenyap. N
au tidak m
a berputar, memandangi Cordelia dengan lapisan
damu untuk menunggu
secara refleks memandangi tungkai Cordelia yang telanjang. Dia terlihat begitu p
delia terus keluyuran sambil mengenakan gaun tidur? Pemikiran itu sekonyong-konyong membuat Jade
is dan masuk kembali ke rumah, menyusuri tangga ke lantai tiga untuk mengambil ponsel, kali ini berniat menelepon polisi atau se
delia yang membuntutinya bertanya lagi, "Jadi, kenapa k
ling menghadap Cordelia.
a saja bila hubunganmu den
u apa-apa soal
ia kek
spresi itu tampak berbeda dari beberapa menit lalu, ketika Cordelia menangkap basah dirinya yang mencium Cassie. Jade membasuh
anya apa yang terjadi, tapi kau tidak mengejarnya. Itu
eadaan kacau ini disebabkan olehmu. Kau sudah merusak rencanaku dan membuatku melewatkan dua hari dengan sia-sia. Kau menceburkanku ke situas
tanda-tanda gentar atau waspada. Namun, gadis itu tetap bersikap angkuh. Mata kelamn
u?" Jade mengger
sebelum Jade sempat menyelanya. "Sampai aku mengingat kesel
erdengar egoi
di rumah ini, kau har
epala Cordelia
al secara cuma-cuma d
n dingin dan tanpa ampun. Jade tanpa sengaja menelan ludah gugup lantaran melihat ekspresi Cordelia yang keras, seolah-olah mata gadis itu bisa memancarkan sinar laser u
"Jadi aku tidak diperbolehkan
hadiah dariku. Aku keluar dari lukis
kita berdua, kau adalah pihak y
tatapan lama dengan seorang gadis asing yang pesonanya sungguh tidak sopan. Bohong bila mengatakan bahwa paras Cordelia
elukaimu agar kau bertekuk lutut di hadapanku. Tapi kedunguanmu yang tidak meny
adi pekat dengan kemuraman. "Sebenarnya aku tidak peduli dengan apa yang akan kau lakukan, tapi seti
erkata yakin dan tajam. "Darah yang kuisap tidak akan sampai membuatmu
usibah yang muncul bertubi-tubi membuatnya lelah fisik dan pikiran. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, lalu mengusap wajah dengan satu tan
ah
mpit yang menjadi akses ke ruang bawah tanah, menuruni tangga berikutnya yang melandai curam dengan hati-hati. Tempat ini gelap dan dingin. Jade bahkan hampir tidak
rtanya agak skeptis. Langkah mereka
buah kotak besar
ahan diri untuk bersin karena di dalam sini udaranya sungguh berdebu. Dia mengangkat kausnya menutupi hidung selagi mengikuti Cordeli
secara tidak wajar, sehingga bentuknya menjadi asimetris dan bisa diangkat dengan mudah. Jade merasakan tajamnya pecahan logam di bawah kakinya, sehingga
ka kotak ini?"
atang kemari, gemb
imana
lah yang Jade pikir sebelum dia sadar bahwa itu adalah setelan gaun kuno berwarna hitam, dengan potongan yang rendah di bagian dada beserta
ya adalah pakaian
lihat dari sini, sepertinya iya. Aku menemukan beber
corong yang elastis. Jade membutuhkan waktu sejenak untuk tersadar bahwa itu adalah semacam kera
ahangnya melongo. Kakeknya bahkan menyimpan p
n ini dulu milik nenekku." Namun dia tetap saja ragu. Rasanya
yakin. Dia memungut korset di bawah lantai dan m
utar menghadap belakang, lalu mengangkat gaun ti