/0/28416/coverbig.jpg?v=a461bfbf0f8ce2027c34bfca64f87c99)
dihku. Udara kamar ini dipenuhi bau tubuhnya, hangatnya masih tersisa, tapi tidak ada artinya. Ia datang, seperti biasa, t
elesaikan sesuatu, bukan menikmati. Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam, mencoba bertahan. Hatiku koso
ya, menggeliat sedikit unt
edikit..." desahku lembut, me
ucapku lagi, mencoba seolah menikma
m telingaku, berat dan memaksa. Aku tahu itu tanda-tandanya. Dia akan selesai sebentar lagi. Dan ben
terbaring, tubuhku masih terbuka sebagian, kehangatan itu pun menguap lebih cepat dari
dengar, seolah hanya satu hela napas yang putus di udara. Sebagi
celananya dari kursi, berdiri,
dul tidak p
-keras ke kaca rapuh. Tangan yang tadi kugunakan untuk menggenggam selimut kini jatuh lemas. S
pul di pelupuk mata. Tubuhku masih basah, bukan karena kenikmatan, tapi k
g tersisa dariku malam ini. Leo sudah keluar dari kamar tanpa menoleh sedikit pun. Yang tertin
hangat, tapi bagiku r
t yang menutupi tubuh telanjangku, suara detik jam terdengar pelan, mengisi ruang yang koson
eo, pria yang tiga tahun lebih tua dariku. Kami menikah tiga tahun yang
kang saat aku memasak, dan selalu menanyakan kabarku meski hari sedang sibuk. Pelukannya pernah
a uang. Sumbernya lebih sunyi dari itu, lebih menyakitkan, karena semua ber
tu garis, Leo memelukku dan berkata, belum rezeki. Tapi lama-kelamaan, kalimat it
g menghalangi keinginannya untuk menjadi ayah. Ia menyebutku wanita mandul, dan aku ta
yataan bahwa aku tak tahu kapan tepatnya Leo berhenti mencintaiku. Atau mung
iam. Keheningan menelanku bulat-bulat. Lama-kelamaan,
yang kutahan. Aku mengenakan daster tipis dari kursi tanpa repot memakai
sepi, hanya diterangi cahaya remang dari ruang tengah dan sedikit nyala lampu dapur yang belum dipadam
di ambang pintu dapur
jang tanpa atasan. Punggungnya lebar, otot-ototnya terlihat jelas di bawah cahaya lampu dapur yang k
ungku langsung be
rumahku? Tengah malam, tanpa baju, d
tau justru... penasaran. Aku hanya berdiri diam, memperhatikan punggungnya yang lebar da
l air dari mulutnya. Ia mengh
terkejut. Tidak panik. Hanya diam. Dan dalam kepala y
indah itu...

GOOGLE PLAY