img Sangkawang  /  Bab 5 Kecelakaan | 23.81%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Kecelakaan

Jumlah Kata:1137    |    Dirilis Pada: 10/10/2025

esai. Kuhentikan langkah kakiku begitu suara familiar menyusup ke

hat siapa yang datang. Moge hitam. Jaket kulit.

knya. Ia berhenti tepat di depanku, menyunggingkan senyum miring

a santai seolah kami hanya dua ke

i balik dada, gejolak itu masih belum reda, perdebatan di kantin tadi masih menggema

menyimpan niat lain? Apa kau bisa menjamin

annya tenang, bahkan terlalu tenang. Tapi justru itulah yang membua

basa-basi. K

, dengan nada ringan yang terdengar seperti senjata

ku dingin, tatapanku tajam seperti bel

elangan tanganku, gerakannya cepat, menghentik

upa taruhan

sinis. "Ah, jadi itu maksudmu?" Nada suaraku rendah,

usup seolah sedang mengukur keteguhan hat

balik, melenggang pergi tanpa menoleh sedikit pun, membiar

, aku akhirnya tiba di sebuah bangunan sederhana, pusat studi kanak-kanak yang tampak biasa di mata siapa pun. Tapi tidak u

idor sempit yang mulai lengang. Tanganku menyentuh pegangan tangga besi, dingin dan sedi

saat aku mendorong pintu dan masuk. Tenang. Datar. Tap

ela. "Tadi pria itu menemuiku," ujarku pelan tanpa mengalihkan

enyodorkan sege

p sedikit, lalu berkata, "Aku bingung. Ak

ggu. Menatapku, seakan ingin menelusuri isi pikiranku y

, aku haru

ar namun penuh makna. "Menurutku, kau nggak usah dat

ak bisa dibagi. "Itu bukan solusi, Zay. Kalau aku nggak pergi, mere

yah selalu berada di sisi yang sama. Mereka memandangku dari kacamata yang sama. Memandangku l

lu sibuk menjaga harga dirimu. Tapi, apa kau pernah berpikir seberapa

terc

luka. Tidak meninggalkan jejak. Kata-kata Zayden hanya lewat seperti an

keluar rumah. Melanggar janji. Mengabaikan

u. Kali ini saja izinka

p... satu, du

ma pria itu diteriakkan bertubi-tubi, menggelegar

putar

a ini kupendam. Motor melesat bagai peluru, menembus angin yang menyayat kulit, menyalip bayangan-bayan

ran kemenangan di ujung jemari, denyut nyata di dada. Tapi justru di detik itulah, dari s

dentum tak karuan saat roda motorku mendadak berge

egalanya terasa berhenti dalam sekejap. Tubuhku terlempar ke udara, seolah waktu melambat. Dunia berputar tak menentu.

yang membungkus kesadaranku. Suara yang terasa

suk mataku, seperti ribuan jarum dingin menari-nari di pelupuk. Semuanya ber

am rongga kesadaranku yang tersisa. Tapi perlahan, suara itu memudar, tergantikan oleh ki

Cuit

a ada suara burung? Kemana perginya suara jeritan dan der

an langsung menyerbu penglihatanku, bukan cahaya lampu jalan atau lampu rumah sakit seperti yang kuha

h di

a. Angin menyelinap dari sela-selanya, membawa aroma kayu basah yang berpadu dengan bau tanah lembab. Di

mata. Denyut nyeri yang samar menjalar perlahan di setiap persendian, menyisakan

i, aku memindai ruangan asing itu. Di mana aku? Bukankah seharu

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY