img Sangkawang  /  Bab 4 Diantara Dua Pilihan | 19.05%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Diantara Dua Pilihan

Jumlah Kata:1275    |    Dirilis Pada: 10/10/2025

mku, mencoba menarik kembali kata-kata yang sudah terla

nya. "Mimpi yang benar sebagai kabar gembira dari Allah, mimpi yang data

"Bagaimana jika mimpi itu terus datang? Lagi dan lagi seola

u Zayden menghela napas dalam. "Entahlah," katanya pelan. "Aku buka

rgema di dada. Pandanganku menerobos keramaian kantin kampus yang mulai dipenuhi oleh lalu-lalang mahasiswa. Suara gelak tawa, dentingan sendok, dan panggila

perlahan kehilangan makna i

ata kosongnya, yang seolah menyimpan ribuan luka yang tak pernah ia ucapkan. Setiap kali dia

merasaka

tak memiliki bentuk, dan jeritan bisu yang menghancurkan ketenangan batin. Aku merasakannya seolah penderit

ng tak bisa dijelaskan oleh logika. Sebuah ikatan yang tak kumengerti, t

pi rasa sakitnya bisa aku rasakan

ey?" Suara Zayde

kapan mengalir dari pelupuk mata. Air mata yang muncul tanpa ak

tu terasa begitu nyata dan meninggalkan bek

ti memanggilku, seperti sedan

, nyaris tak terdengar, lebih ditujukan

lalu membuka tas ranselnya dan mengeluarkan buku usangnya yang telah sobek di beberapa bagian, seperti p

h?" tanyaku tiba-tiba. Suaraku mengandung beban y

tak ada simpati, hanya keheningan yang memanjang di antara kami. Hanya suara ha

terpaku pada baris-baris tulisan yang mulai pudar dimakan usia. "Kalau begitu, seharusnya rakyatnya hidup makmur, bukan?

u, suaraku meninggi, sambil memijat pelipis. Rasanya kepalaku akan mele

h kubilang, hentikan saja hobi berbahayamu itu," katanya dengan na

mendengu

a kali Ayah memintaku masuk pesantren, sudah berkali-kali. Namun, aku tetap teguh p

an syaratnya. Aku frustasi. Terjebak di antara mempertahankan kebebasanku atau me

u. Setelah ini, tidak ada lagi negosiasi," katanya teg

endiri dengan kasar. Pe

lap motor. Dunia malam. Adrenalin. Asap knalpot. Lintasan basa

nia yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dunia asing yang

atap seng kantin yang penuh debu dan sarang laba-laba.

lingaku. Kursi di depanku ditarik kasar, menimbulkan derit nyaring yang menusuk suasana. S

iasa, nyaris tanpa ekspresi. Sudah bisa ditebak, dia selalu

iptakan pusaran yang nyaris hipnotis di mataku. Kuah panas mengepul, menyebarkan aroma gurih yang biasanya menggugah seler

dalam kali ini. "Jangan bilang kau frustasi

Please, bukan urusanku siapa pun pacaran sa

l masuk p

a di meja itu langsung membelalak. Mereka terdiam seketika, terpaku seperti patung lilin.

Sasa sambil celinguka

yden, suaranya terdengar taja

langsung men

ali ini aku serius. Aku nggak

kenali. Mungkin wajahku sama, tapi ada sesuatu dalam sorot mataku yang beruba

apa tiba-tiba?" Indah memecah diam. "B

dari Ayah. Kalau aku nolak sekarang, semuanya selesai. Seluruh jalan

, "Terus gimana denga

nti. Masalah ini jauh lebih penting dari a

an dentuman mangkuk yang ia gebrak, kuahnya muncrat, sebagian mem

Kau tahu risiko apa yang

engibas-ngibas malas seolah ingin menyapu semua kekhawatiran

yang membelah udara. "Ini hidupmu yang kau pertaruhkan, Reyna Maheza. Apa kau benar-benar yakin p

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY