skenario-skenario mengerikan. Apakah aku harus membersihkan seluruh kos? Atau mengepel kamar mandi setiap hari? Atau mungkin, yang paling kutakutkan, aku haru
baru saja berlalu. Suara tawa Mei Lin yang renyah dan senyum tipis Li Hua adalah satu-satunya
, membawa piring kotor ke wastafel, berniat untuk mencuci piringku sendiri. Saat aku membasuh sisa nasi goreng, aroma teh hangat dari Bu Ratih masih te
kecil dari rak. Saat aku mencari kan
arapan, Dens? Cepat
ringnya di wastafel. Jantungku sedikit berdebar. Aku belum terbiasa berin
-pura sibuk mencari gula. Di rumah, Ibu selalu membuatkan teh de
erisi gula pasir di sudut meja. "Atau jangan-jangan mau bikin t
kepala, terke
hu! Dulu, penghuni kamar nomor tujuh sebelum kamu juga suka pakai
g samar, tapi terlalu malu untuk bertanya lebih lanjut. Rasa penasaran
kalau ada,"
n-bongkahan gula jawa berwarna cokelat gelap. "Nih, ambil saja. Bu Ratih tidak akan marah kok
ngan air panas dari dispenser. Aroma teh dan gula jawa yang mulai larut perlahan mengua
tanya Mei Lin, kini bersandar di ambang pintu dapur,
pertahananku sedikit runtuh. Aku menghela napas.
Galaknya cuma di depan. Aslinya baik kok," kata Mei Lin, lalu ia berjalan ke arah meja, mengam
elan. "Tidak usa
uga. Nanti kalau sisa, pasti dibuang Bu Ratih. Kan s
gguk, mengambil sepotong kue. Rasa manis dan lembu
ucapku, suaraku sedikit l
a juga anak rantau kok. Sama-sama berjuang," kata Mei Lin, lalu ia men
Aku mengira ia sudah melupakannya
aru di kamar nomor tujuh, ada tugas khusus. Aku jadi berpikir ma
emudar, digantikan oleh ekspresi yang lebih serius. "Kamar n
ajamkan pendenga
orang yang sangat tertutup. Suka menyendiri. Tapi dia juga sangat pintar. Dia sering membantu Bu Ratih meng
aran. Perasaan aneh mulai merayapi benakku, seolah
ak. Tidak ada yang tahu alasannya. Bu Ratih juga tidak pernah mau ce
snya itu... berhub
atih kan suka 'mewariskan' tugas ke penghuni baru. Siapa tahu kamu disuru
atnya tentang penghuni sebelumnya itu tidak membuatku lebih tenang. Justru sebaliknya, perasaan campur aduk itu semakin membelit. Tugas apa sebenarnya yang menungguku? Dan kenapa kamar nomor
"Kamu tahu kan kalau kamar nomor tujuh ini letakny
k, mengingat
. Bu Ratih tidak pernah mengizinkan siapa pun menyentuhnya. Dia selalu bilang, itu gudang pribadinya. T
sal dari gudang yang dimaksud Mei Lin? Dan mungkinkah 'tugas khusus' Bu Ratih ini ada hubungannya dengan pintu terkunci itu? Aku menatap Mei Lin, rasa penasaran dan ketaku
ra di dapur mendadak terasa dingin. Aku merasakan merinding di punggungku, seolah ada sesuatu yang mengawasiku dari balik dinding kamarku sendiri. Aku menatap Mei Lin, mencari jawaban, tapi ia hanya tersenyum tipis, menyimpan lebih banyak rahasia di balik t

GOOGLE PLAY