/0/29150/coverbig.jpg?v=da25fbbaf0ebab2ecfc9ccb90cedc2a0)
ntai demi menyelamatkannya. Hari ini, dia kembali ke dal
ah menghabiskan sisa waktuku bersama putriku, Kania. Tapi aku digugat hak asuh oleh adik
wan masuk. Dia ada
kliennya menamparku. Dia mengancam akan mere
au kita bertemu di pengadilan, dan aku akan men
rat. Dia hanya tahu dia membenciku, dan dia sekarang punya keluarga
gan kejam agar dia bisa punya masa depan. Tapi pengorbananku telah mengubahnya menjadi
u dan mengirimnya pergi jauh. Saat dia merayakan kelahiran anak
untuknya. Surat yang akan membakar d
a
lara
nah kucintai demi menyelamatkannya. Hari ini, dia kembali ke
i seberang meja mahoni yang mengilap, Ratna Susanti, saudara dari mendiang suami kontrakku, menyeka
engendap jauh di tulang-tulangku. Leukemia, kata dokter. Sebuah bom waktu yang tak sanggup kulihat detiknya. Yang kuinginkan hany
dan publisitas persidangan, berharap penyelesaian
uka, dan duniak
Pra
dalah orang asing, terpahat dari es dan ambisi. Jasnya dijahit dengan sempurna, rahangnya sekeras batu, dan matanya-mata yang sama dalam dan penuh perasaa
eningan. "Itu dia. Si janda hitam. Lihat dia, Bram. Se
danganku terpaku p
meninggi. "Kakakku itu orang baik, malaikat, mau menerima
a lima puluhan, berdeham. "Ibu Susant
aku. "Aku mau kompensasi. Untuk penderitaan bati
ker, Ratna," kataku, suar
kekuatannya membuat kepalaku tertoleh ke samping. Rasa perihnya tajam, tapi tak ada
t dia melihat kliennya menyerangku. Bram yang kukenal dulu akan melemparkan
Aku hanya menyerap pukulan itu, harga d
erukur, suara seorang pengacara yang menguasai ruang sidang, bukan
h oleh hujan dan air mata, memohon agar aku tidak meninggalkannya.
di depanku dengan bunyi pelan. Jari-jarinya yang panjan
mi. Aku teringat saat dia menulis 'Aku akan mencintai Elara Wijaya selamanya' di serbet
ncur dan bingung saat aku melontarkan kata-kata paling kejam yang bisa kubayangkan. "Kamu itu cuma proyek amalku, Bram
ndunginya dari rentenir dan penjahat yang dilepaskan oleh kehancuran ayahku. Tapi di ruangan din
etar karena amarah. "Kamu berutang pada kami. Kalau kamu tidak bisa bay
tektif membuncah di dadaku. "Ka
metar hebat. Kemoterapi meninggalka
tar. "Itu adalah perjanjian bisnis. Dia butuh perawat, d
t Ratna. "Kaka
n esnya padaku. "Elara Wijaya. Elara Wijaya yang hebat. Aku tidak pernah menya
Dia tahu persis di
bersedia menerima lima miliar rupiah. Harga yang kecil untuk mempertahankan putrimu, bu
lagi wajahnya malam itu, cara bahunya merosot kalah, bayangan siluetnya yang hancur terpatri dalam ingatanku. S
isikku, pengakuan itu merenggut sisa harga d
suaranya seperti es yang retak. "Ini masalah hukum,
nda tangan. "Tanda tangani. Atau aku akan menemuimu di pengadila
ekanya dengan marah. Tidak. Aku tidak akan memberinya kepua
k berharga, dan aku tidak akan menghabiskannya melawan pertempuran yang sia-sia melawan pria yang
t juangku padam. Di
nya bisikan rendah yang menusuk, "kamu a
irku. "Aku tahu. Aku sudah
dirinya dan seorang wanita cantik berwajah lembut, kepalanya bersandar di bahunya. Adelia Suryo. Keluarganya yang mengatur kehancuran kel
. Dia punya kelua
dan rahasia yang kupegang selama enam tahun-bahwa mungkin, s
nganku gemetar begitu parah hingga tas itu terlepas, isinya tumpah ke lantai. Lipstik, koin receh, dan sel
un dari wajahku ke lantai, lalu kembali ke atas. Secercah sesuatu-
. "Gadis itu, Kania. Berapa umurnya?" Sebelum aku b

GOOGLE PLAY