/0/29160/coverbig.jpg?v=e18028cb48ab6e10cb2f8cfa4eabe9a3)
aku menemukan suamiku di vila suci kami
dia menyebutku "ternoda" karena trauma yang merenggut nyawa putra kami. Dia
ru. Aku memutuskan untuk menghadiri pernikahan
a
dang Aira
keputusasaan di gang-gang sempit Jakarta yang becek, saat kami hanyalah anak-anak dengan perut kosong dan kepalan tangan yang penuh ambisi. Jadi, ketika tel
ang kami beli dengan satu miliar pertama kami yang bersih. Itu adalah tempat suci kami, tanah tenang dan keramat tempat kami membiarkan diri kami berduka untuk putra yang tidak pernah bisa kami dekap.
kan dalam keheningan yang menyesakkan karena kehilangan,
. Rasa dingin yang membekukan mulai menjalari perutku. Menjelang siang, tanpa kabar darinya, rasa dingi
bergerigi. Dia ambruk di atasku, darahnya hangat di pipiku, dan berbisik, "Aku di sini, Aira. Aku selalu di sini." Dan memang begitu. Selama dua puluh tahun, Bramantyo
ia просто..
raku tenang membahayakan. "La
keraguan.
t kemudian. Darahku terasa dingin.
ereka tahu tanpa perlu bertanya. Mereka tahu hari apa ini, dan mereka tahu sorot mataku. Itu adalah sorot mata yang sama yang kumiliki sebelum melakuk
hitamnya terparkir di dekat teras. Tapi ada mobil lain, sebuah mobil LCGC butut murahan, terparkir di sampingnya. Mo
a sangat dingin, menggigit kulitku yang terbuka. Melalui jendela besar, a
kecil, dengan rambut gelap yang tergerai berantakan di punggungnya. Dia mengenakan salah satu kemejanya, kemeja kasmir abu-a
but. Itu adalah cara yang sama dia dulu menyentuhku ketika dia pikir aku sedang tidur. Gerakan lembut dan posesif yang
elengking yang menggores gendang teling
i abu. Ini bukan hanya pengkhianatan. Ini adalah penodaan. Dia
ami bangun di tepi air. Itu adalah batu datar sederhana yang diukir dengan satu nama: Leo. Leo kami. Di sampingnya ada kuda goyang ka
ng ke air kelabu. Lalu aku melihat kembali ke jendela, ke s
ancur berkeping-keping di tanah yang beku, kayunya retak dengan suara sepert
pat mengeras menjadi sesuatu yang dingin dan penuh perhitungan. Gadis itu, Kayla, mengintip dari belakangnya, matanya terbelalak dengan camp
mereka, tangan mereka di atas senjata, memben
dian ke potongan-potongan kuda goyang yang hancur. Sekilas se
anya datar. "Apa yang
aku sendiri rendah dan berbahaya. Aku menunjuk dengan daguku ke
sangat muda, sangat rapuh. Dia terlihat seperti diriku
kang, gerakan protektif yang membuat hatiku semakin per
n," dia mencoba, kalimat tertua dan
duka untuk anak kita. Kau membiarkannya memakai kemejamu di rumah yang kita
menjadi ahli strategi, orang yang bisa melihat sepuluh langkah ke depan.
" katanya, seol
ita. Pada hari ini." Aku mengambil langkah lain, mataku terkunci padanya. "Kau puny
hancurkan kepingan terakhir hatiku. Dia membisikkan sesuatu p
suaranya datar. "D
gkir balik. Dunia berhe
Saat ini juga. Di depan anak bu
ekas luka di punggungnya, pria yang pernah mencuri roti untukku karena aku kelaparan, pria yang
ng membeku. Aku menoleh ke anak buahku. Suaraku jelas
wa
 GOOGLE PLAY
 GOOGLE PLAY