/0/29787/coverbig.jpg?v=75ac60136b5cd0b65fc505aa97293a71)
ngusir rasa berat yang menumpuk di dadanya. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini, hidupnya akan berubah selamanya.
ya untuk saling menjaga. Arman adalah cinta pertamanya, dan ia yakin Arman adalah pria yang akan menemaninya sampai tua. Bahkan ketika Arman melamarnya set
anya sendiri untuk men
ing seorang pria yang bukan pilihannya: Reza. Reza, tunangan sepupunya, Nadia, yang selama ini selalu tampak sopan dan hangat. Reza bukan pr
, Tara, ketika menahan tangis di kursi paling depan. Suara
u... aku harus melakukannya, Tara. Demi ayah..." suaranya serak, nyaris
rasa kasihan. "Aku mengerti... tapi... ini
ya. Ia sudah membuat keputusan. Ia harus menikah dengan Reza. Demi ayahnya yang sakit, de
ungnya. Ia tahu Luna tidak bahagia, tapi ia juga tak bisa menolak hari ini. Ia
atap gaun pengantinnya sendiri, memikirkan Arman yang mungkin sekarang tengah menahan amarah dan kesedihan di
tuh sakit. Dokter mengatakan ayahnya tidak akan bertahan lama jika stres atau kecewa. Maka, ketika keluarga Reza datang dengan niat baik
tegas. "Luna... aku janji akan menjagamu
da satu nama: Arman. Ia menatap mata Reza, mencari secercah ketulusan y
mahnya, menatap langit dengan mata kosong. Nadia, sepupu Luna, menep
ya, Nadia. Dan sekarang ia menikah dengan pria lain. Ka
mi..." Suaranya terputus, dan ia menatap ke arah tubuh kecil yang mulai tumbuh di rahi
yang ia tidak cintai, yang tidak memiliki pekerjaan tetap, dan harus menanggung beban harapan keluarganya. Malam-malamnya dipe
rumah sederhana mereka, tetapi Luna selalu menolak terlalu dekat. Ia takut luka hatinya
Reza suatu sore, menyerahkan pirin
. "Terima kasih, Reza... tapi aku tidak lapar." Su
erpikir itu hanyalah gosip, tapi setiap kali ia melihat Nadia, ada sesuatu di matanya yang sulit diabaikan. Rahasia yang disemb
ikirkan masa depan, bagaimana ia harus menjadi tulang punggung ayahnya yang sakit, dan
is di jurnalnya: "Aku mencintai Arman. Aku men
uk di ruang tamu yang sederhana, kopi panas di tangan. "Luna... ka
u, Tara... tapi hatiku... hatiku masih penuh luka. Bagaimana bisa
ima keadaan, Luna. Hidup tidak selalu tentang cinta
idak cukup untuk menghapus rasa sakit yang menumpuk. Ia tahu akan ada
yang tersembunyi. Arman tahu apa yang ia lakukan salah, tapi hatinya tetap menuntunnya pada Nadia. Dan Nadia... ia membaw
han tangis, menelan rasa cemburu, dan tersenyum di hadapan Reza ketika dibutuhkan. Namun di dalam hatinya, ia tahu: kehi
kuat," bisiknya, suara nyaris tenggelam dalam hening. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok, minggu depan, atau bulan depan. Tapi ia tahu satu hal:
rumahnya, menenangkan pikiran yang tidak pernah diam. Setelah beberapa minggu menikah, rasa asing terhadap rumah
etap, lelah, namun selalu berusaha tersenyum ketika Luna menatapnya sekilas. Tapi Luna... Luna tidak
bunga melati yang ditanam Reza memukul hidungnya. Ia menutup mata sejenak, mencoba menarik napas pan
i saku. Pesan masuk dari seseor
uh bicara. Sekal
ta dari Arman selalu bisa membuat hatinya runtuh, membuat semua yang telah ia bangun bersama Reza terasa s
lasan singkat: "Besok. Di kafe tempatru saja menyalakan api dari masa lalu, api yang mungkin
aroma kopi yang khas, meja kayu yang sudah tergores tanda waktu, kursi yang biasa mereka duduki k
cepat, wajahnya tegang. Begitu melihat Luna,
, hampir berbisik. "Kau..
langsung. "Aku tahu kau tahu... tapi ini bukan
yahmu akan bangga jika kau bahagia. Tapi kau... kau sendiri yang
gun selama berminggu-minggu. "Aku... aku tidak punya pilihan lain. Reza...
"Luna, aku tidak akan meminta kau meninggalkan Reza. Aku hanya ingin kau jujur pada di
inya ada masalah hukum yang bisa mempengaruhi bisnis mereka." Suara itu menimbulkan garis-garis tegang di wajah Reza. Ia menutup mata sejenak, mer
tagihan yang belum dibayar, telepon dari orang-orang yang menuntut janji-janji bisnis. Luna mulai menyadari bahwa pernikahan ini lebih kompleks dar
nya ada foto-foto Nadia yang sedang tersenyum di depan rumah sakit, perutnya tampak
lagi. Kau harus tah
sakit dan pengkhianatan memuncak. Ia menatap foto itu lama, membayangkan Arman dan Nadia bersam
dia. Rumah sepupunya tidak jauh, tapi setiap langkah menuju pintu terasa seper
suara Nadia terdengar se
Nadia. Tentang semuanya." Luna me
k tahu bagaimana... kau menikah dengan Reza, da
tang bayi yang kau kandung. Kau pikir aku tidak tahu? Aku tidak akan menangis atau mara
dak tahu... aku tidak ingin seperti ini, Luna. Tapi Arman.arus kuat... karena aku harus menghadapi Reza juga. Kita semua... kita semua telah membuat
langit. Pikiran tentang masa depan, tentang Reza, tentang Arman dan rahasia Nadia, semua berputar di kepalanya sep
ah. Ia memperhatikannya setiap saat, mencoba menebak apa yang terjadi di balik tatapan jauh itu. Suatu
idak... tidak ada. Aku hanya... lelah. Pek
. Dan sebagai pria yang mencintai Luna dengan cara sederhana tapi tulus, ia bersumpa
inya menolak menyerah. Rahasia dan kebohongan telah menumpuk, dan ia harus membuat pilihan: apakah ia akan terus memb
ang hilang, ada rahasia yang membara, dan ada tanggung jawab yang menekan. Aku tidak tahu a
satu hal: pernikahan hanyalah awal dari konflik yang jauh lebih rumit, dan ia harus menghad

GOOGLE PLAY